Kamis, 22 Mei 2014

Himbauan Pimpinan Umum WAHDAH ISLAMIYAH Kepada Anggota Wahdah dan Ummat Islam Secara Umum Tentang PILPRES 2014

Himbauan Pimpinan Umum Wahdah Islamiyah Kepada Anggota Wahdah dan Ummat Islam Secara Umum tentang Pilpres 2014:
1. Kiranya tidak membuat atau ikut menyebarkan isu dan informasi negatif tentang  Capres/Cawapres 2014 melalui SMS, Whatsap dan media apapun. Sebab bisa menjadi ghibah dan fitnah, serta dapat menjadi bumerang bagi persatuan ummat & bangsa.
2. Diharapkan kepada seluruh ummat Islam yang peduli terhadap kemaslahatan ummat dan bangsa agar berupaya dengan sungguh-sungguh ikut memilih capres yang diyakini lebih berpihak pada kepentingan ummat dan keselamatan bangsa.
3. Banyak beristighfar dan berdo’a demi hasil Pilpres yang membawa pada keselamatan serta kejayaan ummat dan bangsa Indonesia.
4. Kiranya KPU dan BAWASLU, pemerintah, para Capres/Cawapres beserta seluruh pendukungnya, benar-benar maksimal dalam usaha menjadikan Pilpres ini berlangsung secara jujur dan adil.

Salam Hormat
Muhammad Zaitun Rasmin

Senin, 05 Mei 2014

Sucikan Hati Wujudkan Persatuan Umat

Persatuan umat (wihdatul-ummah) bukanlah tema atau kajian baru yang diangkat dalam berbagai majelis, media ilmu ataupun informasi walaupun metode wihdah yang dikaji dan uslub penyampaiannya kepada publik berbeda-beda antara satu kelompok/ormas dengan yang lainnya. Sayangnya, seruan tentang tema ini tidak banyak menarik simpati para inidvidu dan banyak kelompok muslim baik yang tergabung dalam ormas ataupun majelis ta’lim tertentu. Seorang muslim yang masih memiliki kepedulian terhadap agama dan kejayaan islam,pasti akan terus dipenuhi tanda tanya tentang faktor dibalik lemahnya umat ini dengan semua komponennya dalam meraih panji persatuan.

Perlu diketahui bahwa persatuan yang diinginkan Islam bukanlah menyatukan langkah untuk menyamakan seluruh pendapat dan ijtihad fiqh, hukum ataupun permasalahan kontemporer tertentu sebab ini sesuatu yang hampir mustahil diwujudkan. Namun ia sebuah langkah menyatukan kalimat dan langkah diatas fondasi aqidah yang shahih, demi menegakkan kalimat Allah dan meraih kejayaan umat (tamkiinul-ummah). Allah ta’ala berfirman :“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…” (Terj. QS Ali Imran ; 103).

Problem dan kesulitan yang dihadapi umat ini sangatlah besar dan beragam, yang mengharuskan adanya arah pandangan dan argumen yang banyak pula dalam mencari solusinya, ini butuh keseriusan dan ijtihad para ulama dalam menanganinya. Sebab itu, merupakan hal yang lazim, jika dalam perkara ini terdapat ikhtilaf /perbedaan pendapat, akan tetapi merupakan kekeliruan besar jika pendirian kita adalah memusuhi dan tidak menghargai orang-orang yang menyelisihi kita walaupun argumen mereka juga memiliki arah pandangan dan dalil yang kuat. Contoh nyata dalam hal ini adalah masalah boleh tidaknya mencoblos dalam pemilu yang baru saja diselenggarakan. Kita seharusnya bersikap dewasa dan saling menghargai argumen masing-masing dalam masalah seperti ini, tanpa harus meremukkan kaca persatuan yang awalnya memang telah retak.
Lalu apa hubungan antara hati dan persatuan umat ??

Jika mencermati berbagai kajian wihdatul-ummah ini, anda akan mendapati bahwa banyak diantaranya sama sekali tidak mengaitkannya dengan amalan hati.Padahal, hakikat persatuan dan wihdah adalah wihdatul-qulub (persatuan hati), bukan persatuan lahir sebab betapa banyak individu       muslim tergabung dalam suatu kelompok atau amalan tertentu namun hati mereka tidak saling sinergi sehingga rentan berpecahbelah. Paginya masih saling menghargai bahkan saling memuji dan menyanjung, di sore harinya sanjungan tersebut berubah menjadi celaan dan tahdziran walaupun hanya karena perbedaan pendapat dalam satu masalah tertentu.

Hati sangat berperan dalam penyatuan kalimat dan langkah umat ini, bahkan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam sangat sering memperingati para sahabatnya agar selalu menjaga persatuan hati, diantaranya nasehat beliau ketika hendak shalat; “Luruskan (shaf), dan jangan bengkokan (shaf), sehingga hati kalian akan berselisih”. (terj. HR Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa   merapatkan dan meluruskan shaf bukan hanya sekedar perintah, namun lebih dari itu memiliki hikmah besar yaitu agar tetap mengekalkan adanya persatuan.

Kriteria Hati Yang Mudah Membangun Persatuan Ummat

1.Hati yang memahami aqidah dengan benar.
Banyak umat Islam yang tidak memahami aqidah yang benar, baik dari kalangan awam, maupaun terpelajar. Bahkan tidak sedikit dari mereka terpengaruh dengan banyak praktek/keyakinan syirik, Syiah, ataupun pemikiran sesat seperti liberalisme, sekulerisme, pluralisme. Tentunya sebagian mereka tidak hanya enggan untuk menyatukan kalimat Islam, namun bahkan terang-terangan menentang setiap agenda persatuan umat.

Solusi dari fenomena ini adalah menggencarkan gerakan dakwah dan, tashfiyah (pemurnian aqidah) secara luas dan dengan metode yang benar lagi hikmah. Dakwah yang tidak hanya monoton terkungkung antara mihrab dan dinding-dinding masjid, atau hanya terbatas pada majelis ta’lim dan bangku belajar, namun dakwah yang bisa merasuk dan menyebar kesemua lapisan masyarakat baik lewat program dakwah intensif, sosial, pendidikan, kesehatan dll sebab aktifitas dakwah seperti ini terorganisir dengan baik dan sangat mudah diterima masyarakat, selanjutnya aqidah dan pemahaman islam mereka bisa diluruskan, dengannya kesatuan kalimatpun bisa ditegakkan.

2.Hati yang suci dari berbagai penyakit hati.
  
Hati yang kedua ini, hampir sama dengan poin pertama, namun ia lebih mengarah pada sisi ibadah qalbiyah. Atau sering disebut dengan al-qalbussalim (hati yang sehat) yaitu suci dari berbagai penyakit hati.

Penyakit hati ini merupakan salah satu penghalang utama dari adanya penyatuan kalimat diantara barisan ahli sunnah saat ini. Diantara faktor menjamurnya penyakit ini adalah kurangnya pemahaman aqidah, ilmu ataupun ibadah dan tarbiyah dzatiyah (pembinaan diri). Ia tidak hanya menjangkiti masyarakat awam,namun ironisnya juga menjangkiti sebagian dai bahkan yang bergelar ulama sekalipun.

Sebagian muslim juga kadang mempelajari Islam dan memahami aqidah secara umum dengan benar, namun implementasinya   masih sangat perlu pembinaan. Aqidah, hendaknya bisa memberikan warna berbeda dalam hati, melembutkan dan menghiasinya dengan berbagai amalan hati; khusyu’, tawakkal, sabar, inshof, akhlak hati dan lainnya. Ini bisa terwujud jika pola dan metode pembelajaran dan penanaman aqidah islam terwujud dengan baik. Realitanya, kadang hal ini tidak terwujud sebagaimana mestinya, sehingga metode/cara pengkajian aqidah ini hanya bisa menambah kerasnya hati atau bahkan menimbulkan banyak penyakit hati misalnya; dengki, cemburu, merasa paling benar, dll yang selanjutnya bisa berujung pada keengganan untuk bekerjasama dan bersatu dalam amal dakwah.

Diantara metode yang salah dan fatal tersebut adalah mengawali penanaman aqidah dengan pengenalan firqah (sekte sesat) dan metode debat. Kita yakin, bahwa metode ini bisa saja memudahkan pemahaman aqidah, namun tidak dipungkiri, kemungkinannya akan melahirkan kader yang gemar debat ,mudah memvonis dan keras hati. Jika tiga sifat ini terkumpul dalam hati seorang hamba, maka hampir mustahil bisa ikut serta dalam kafilah persatuan umat.

Jenis hati sehatlah yang akan menjadi tonggak dan memiliki andil besar dalam persatuan umat dengan keikhlasan, hikmah,kelapangdadaan, inshof,husnudzon,dan pengorbanannya.   Jika semua muslim memiliki hati yang sehat, atau seluruh pengusung dakwah bisa mensucikan hati, niscaya penyatuan kalimat ini akan tercapai dengan cepat dan mudah. Akan tetapi perselisihan hati (baca ; penyakit hatilah) yang merusaknya, akhirnya bencana perpecahan dan kelemahan yang diperingatkan Allah pun terjadi :“… dan janganlah kamu berbantah-bantahan (berselisih), yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (terj. QS. Al Anfal : 46)

Ayat ini tidak hanya mengandung nilai persatuan, namun juga mengikrarkan bahwa sifat orang-orang bersatu adalah sabar dan lapangdada, lalu bagaimana bisa orang yang tidak punya sifat sabar, lapangdada (baca ; berpenyakit hati) bisa ikut serta dalam menyatukan kalimat islam ?!

Solusi utama dari penyakit hati ini adalah tarbiyah dzatiyah (pembinaan diri) dan tazkiyatunnafs (penyucian hati) dengan banyak beribadah, zikir, dan menjauhi perkara haram. Dengannya hati akan sehat: “Ketahuilah bahwa pada jasad terdapat segumpal daging,jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya,jika ia buruk maka buruklah seluruh jasadnya,ketahuilah itu adalah hati” (terj. HR Bukhari dan Muslim).

Dengan dua jenis hati inilah, para sahabat dan tabiin meraih kekuatan iman, mengokohkan persatuan, mencapai kejayaan, dan membuat gentar musuh mereka. Akhir kata,marilah menata hati ,dengan aqidah dan tazkiyatunnafs, karena hanya dengan keduanya hati umat ini bisa bersinergi dan menyatukan langkah dan misi. Allahu a’lam. (Buletin Al Fikrah/http://stiba.net)

Jumat, 02 Mei 2014

Catatan Tarbiah Delapan Tahun Lalu

Oleh: Muhammad Ode Wahyu

Kembali kucoba membuka lembar demi lembarnya, alhamdulillah kondisinya masih bagus dan bisa terbaca. Dalam keheningan, aku tersenyum memikirkan kisah perjuanganku masa-masa itu, perjuagan bersama sahabat-sahabatku kala baru mengenal manhaj di kelas satu SMA,  cukup berat dan penuh tantangan.  lembaran pertama kubuka dan satu judul pun terlihat “Mujma’ul Ushul Ahlis Sunnah Wal Jama’ah fil ‘Aqidah (Kumpulan Prinsip-Prinsip Ahlu Sunnah wal Jama’ah dalam Masalah Aqidah).

Lembar kedua, ketiga dan seterusnya berisi qaidah-qaidah penting yang merupakan prinsip dari ahlu sunnah wal jama’ah itu sendiri. Setidaknya ini adalah muraja’ah dan rasa syukurku pada ustadz yang pernah mengajarkan aku manhaj mulia ini. Walau hati ini sedih karena tidak bisa lagi bertemu dan bergabung dalam kafilah dakwahnya.

Hari ini, anakku yang berumur satu tahun memegang buku catatan  sederhana ini, warisan ilmu dari ustadz yang selalu aku bangga-bangakan dahulu, menganggapnya sebagai al qur’an yang ingin ia baca karena melihat dan mendengarkan aku membaca al qur’an.

Tarbiah, aku lahir dari majelisnya, aku mengenal manhaj dari halaqahnya, aku bisa menghafal qur’an dari program-programnya, aku mengahafal hadits arbain juga dalam majelisnya. Olehnya aku selalu bangga dengan tarbiahku delapan tahun yang lalu. Walau orang-orang selalu menyesatkan kami hanya karena bertarbiah.

Jika buku catatan ini masih ada hingga anakku dewasa, semoga dia bisa juga membacanya dan merenungkan kisah-kisah perjuangan ayahnya di waktu mudanya. Semoga saja buku catatan kecil ini bisa menjadi catatan-catatan perjuangan yang akan aku ceritakan pada Rabbku di Surga kelak.

Satu hal yang ku ingat dari kata-kata ustadzku dulu, “ Qayyidul ‘ilma bil kitabah (ikatalh imu dengan menulisnya)
------------
(Muhammad Ode Wahyu/http://wahyuode.blogspot.com)


Serial Perang Badar: Jihad Untuk Memisahkan Kebenaran Dari Kebatilan (Episode 1)

Segala pujian hanya milik Alloh yang Maha Sempurna yang telah menyempurnakan agama dan nikmat untuk umatNya. Sebaik-baik teladan adalah teladan NabiNya, Nabi pilihan penutup para Nabi dan risalahNya. Rasa syukur atas kemurahannya yang telah menetapkan syari’at jihad sebagai sarana puncak prestasi bagi seorang mukmin pengikut setia Rasulullah Shalallahu’alaihi wa salam.

Setelah sekitar 16 tahun dimarhalah tarbiyah Nubuwah, Nabi Shalallahu’alaihi wa salam ditempa dengan kesabaran atas kedhaliman yang dilakukan oleh kaum musyrikin, kegemilangannya melewati fase ini kemudian Alloh menyempurnakannya dengan keberanian. Selama sekitar 16 tahun tidak sedikitpun kaum Muslimin melakukan perlawanan bukan karena tidak berani menghadapi arogansi kaumnya dan bukan pula karena sedikit pengikutnya akan tetapi semata-mata karena belum diperintahkan oleh Alloh Ta’ala. Setelah bai’at Aqabah yang kedua, Al Abbas bin ‘Ubadah meminta izin kepada Rasulullah Shalallahu’alaihi wa salam untuk memenggal leher orang-orang musyrik di Mina maka Nabi bersabda: “ Kita belum diperintahkan untuk itu ”.

Pasca hijrahnya kaum muslimin ke Madinah ternyata ancaman dan gangguan terus saja datang dari orang-orang Quraisy sehingga hal ini membahayakan eksistensi kaum muslimin yang sudah berusaha menjauh dari mereka. Maka dari itulah Allah Ta’ala menurunkan firmanNya: "Telah diizinkan (berperang) bagi orag-orang yang diperangi, Karena Sesungguhnya mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu (QS. Al Hajj: 39)

Berangkat dari ayat inilah kaum muslimin dijinkan melakukan perlawanan terhadap orang-orang musyrikin hingga Nabi Shalallahu’alaihi wa salam membentuk delapan kesatuan pasukan perang2, yaitu:

1.    Pengiriman pasukan ke Saiful Bahr pada tanggal 1 Ramadhan tahun pertama Hijriah yang dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muthalib berhadapan dengan sekitar 300 kafilah dagang Quraish akan tetapi tidak jadi berperang.

2.    Pengiriman pasukan ke Rabigh pada 1 Syawal 1 H yang dipimpin oleh Ubaidah bin Harits bersama 60 muhajirin berhadapan dengan 200 musyrikin Quraish yang dipimpin oleh Abu Sufyan, walaupun sudah saling melepas panah namun belum jadi terjadi peperangan.

3.    Pengiriman pasukan ke Al Kharar pada bulan Dzul Qa’dah 1 H yang dipimpin oleh Sa’id bin Abi Waqqash bersama 20 mujahidin namun belum terjadi peperangan karena tidak beretemu dengan musuh.

4.    Pengiriman pasukan ke Waddan pada bulan Safar 2 H yang langsung dipimpin Nabi Shalallahu’alaihi wa salam tapi juga belum terjadi peperangan.
5.    Pengiriman pasukan ke Buwath pada bulan Rabi’ul Awal 2 H dipimpin langsung oleh Nabi Shalallahu’alaihi wa salam bersama 200 sahabat namun belum terjadi peperangan juga.

6.    Pengiriman pasukan ke Safawan pada bulan Rabi’ul Awal 2 H yang dipimpin oleh Nabi Shalallahu’alaihi wa salam guna mengejar orang-orang Musyrikin yang telah merampas domba-domba kaum muslimin ditempat penggembalaan, namun belum terjadi peperangan karena musuh berhasil meloloskan diri. Peristiwa ini disebut juga perang Badar pertama3.

7.    Pengirimin pasukan ke Dzul Usyairah pada bulan Jumadal Ula 2 H, Nabi berangkat bersama sekitar 200 pasukan untuk menghadang kafilah dagang Quraish yang berangkat ke Syam, namun sesampainya di Dzul Usyairah kafilah dagang Quraish telah meninggalkan tempat tersebut sehingga tidak terjadi peperangan. Sekembalinya rombongan inilah yang kemudian terjadi peperangan Badar Qubra.

8.    Pengiriman pasukan ke Nakhlah pada bulan Rajab 2 H yang dipimpin oleh Abdullah bin Jahsyi bersama 12 muhajirin dan terjadi pertempuran yang akhirnya menewaskan Amr Bin Al Hadhrami dari pihak Quraisy dan menawan Utsman serta Al Hakam. Dalam peperangan ini pasukan yang dipimpin Abdullah bin Jahsyi berhasil merampas barang dagangan mereka dan dibawa ke Madinah.
Melalui peperangan inilah menyebabkan kaum musyrikin Quraish dirasuki rasa ketakutan. Ini menjadi bukti apa yang selama ini membayang-bayangi perasaan mereka akan ancaman kaum muslimin.

Sementara itu dari kejadian ini ternyata Alloh Ta’ala menurunkan firmanNya yang mewajibkan jihad bagi kaum muslimin khususnya pada bulan Sya’ban 2 H. Diantaranya:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّـهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّـهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al-Baqarah[2] : 190)
Kemudian dilanjutkan:

وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِ‌جُوهُم مِّنْ حَيْثُ أَخْرَ‌جُوكُمْ ۚ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِندَ الْمَسْجِدِ الْحَرَ‌امِ حَتَّىٰ يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ ۖ فَإِن قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ ۗ كَذَٰلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِ‌ينَ فَإِنِ انتَهَوْا فَإِنَّ اللَّـهَ غَفُورٌ‌ رَّ‌حِيمٌ ﴿١٩٢﴾ وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّـهِ ۖ فَإِنِ انتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ

(191) “Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir.
(192) “Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(193) “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Alloh. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim”. (QS. Al Baqarah[2]: 191-193).

فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُ‌وا فَضَرْ‌بَ الرِّ‌قَابِ حَتَّىٰ إِذَا أَثْخَنتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّىٰ تَضَعَ الْحَرْ‌بُ أَوْزَارَ‌هَا

“Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir” (QS. Muhammad[47]:  4)
Bahkan Allah mencela mereka yang tidak punya nyali, gemetar dan menggigil ketakutan tatkala mendengar perintah untuk berperang.

“Dan orang-orang yang beriman berkata: “Mengapa tiada diturunkan suatu surat?” maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka”. (QS. Muhammad[47]: 20).

Dengan turunnya wahyu-wahyu ini maka semakin mengobarkan semangat dan tekad kaum muslimin untuk menegakkan kalimat Alloh serta syari’at jihad dibutuhkan untuk memisakan kebenaran dari kebatilan.

1 Waqafat Tarbawiyah Ma’as Sirah An Nabawiyah hal 134
2 Lihat Ar Rahikul Makhtum bab satuan-satuan perang sebelum perang badar
3 Lihat Ar Rahikul Makhtum bab satuan-satuan perang sebelum perang badar

(Oleh : Ustadz Abu Ayyub//http://www.belajarislam.com/serial-perang-badar-episode-1/)