Rabu, 31 Desember 2014

Kebaikan Itu Adalah Akhlaq Yang Baik

 Dari Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, beliau berakata, aku bertanya kepadan Nabi shallallahu ‘aihi wa sallam tentang al-birr (kebaikan) dan itsm (dosa). Beliau bersabda;

البر حسن الخلق , و الإثم ما حاك في صدرك و كرهت أن يطلع عليه الناس

Kebaikan itu akhlaq yang baik, sedangkan dosa dalah apa yang berkecamuk dalam dadamu dan engkau tidak suka diketahui oleh manusia” (HR. Muslim).

Pelajaran Hadits:
1. Anjuran terhadap husnul khuluq (akhlaq yang baik). Husnul khuluq dapat berupa wajah yang berseri ketika bertemu, menahan diri dari mengganggu orang lain, dan bersabar menahan gangguan, mempersembahkan kebikan, serta berhias diri dengan adab islami. Akhlaq ada yang berupa gharizah dan ada pula mukatasab (diusahakan).
2. Anjuran meninggalkan sesuatu yang meragukan kebolehannya, dan Allah telah mengaruniakan kepada setiap orang kemampuan untuk mengenali keburukan tersebut. 

(Diterjemahkan oleh Syamsuddin Al-Munawiy dari Kitab Tuhfatul Kiram Syarh Bulughil Maram, Kitabul Jami’ Bab Adab, halaman: 586-587, karya Syekh. DR. Muhammad Luqman As-Salafi hafidzahullah, terbitan Darud Da’i Lin Nasyri Wat Tauzi’ Riyadh Bekerjasama dengan Pusat Studi Islam Al-Allamah Ibn Baz India)

Selasa, 30 Desember 2014

Himbauan Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah (DPP-WI)


Alhamdulillah alaa kulli haal, segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan dan kondisi. Shalawat dan salam atas Rasulullah ,keluarga ,para sahabat dan ummatnya yang tetap istiqamah di atas sunnahnya.
Bumi beserta segala isinya, langit yang tegak tanpa tiang, angin dan awan yg beriring, laut dan segala ombak dan gelombangnya, semua alam semesta ini sejatinya adalah makhluk dan ciptaan Allah Ta'alaa.  Semuanya tunduk dalam ketentuan dan perintah Allah Subhanahu wata'ala,

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana." – (QS.57:1)

Sehubungan dengan banyaknya bencana yang terjadi akhir- akhir ini , berupa tanah longsor, banjir , kebakaran hingga kecelakaan pesawat terbang dan lain sebagainya, patut mengundang keprihatinan dan kesadaran kita untuk muhasabah dan memohon ampunan dari Yang Maha Kuasa Allah subhanahu wata'ala.

Dan hari ini adalah hari terakhir bulan Desember 2014 M, dimana biasa kita saksikan pada malam pergantian tahun baru miladiyah dimana terjadi pesta pora dan penghamburan dana yang sangat luar biasa, bahkan tidak jarang menjadi ajang pelanggaran aturan agama dan moral.
Memperhatikan hal tersebut di atas maka sebagai wujud tanggung jawab dan keprihatinan atas situasi umat dan bangsa, Wahdah Islamiyah menghimbau seluruh komponen ummat dan bangsa  sebagai berikut:

1. Tidak melakukan perayaan tahun baru apalagi berpesta pora atau membuat ajang-ajang keramaian di tengah situasi dan suasana keprihatinan umat & bangsa saat ini.

2. Senantiasa berusaha menghindari segala macam bentuk pelanggaran agama dan moral termasuk pada malam pergantian tahun baru .

3. Kepada kaum muslimin patut diingatkan bahwa perayaan menyambut tahun baru ini tidak terlepas dari perayaan keagamaan bagi agama lain, maka hendaknya menjaga diri dan keluarga untuk tidak ikut- ikutan dalam kegiatan-kegiatan tersebut sekalipun dalam bentuk kegiatan keagamaan Islam yang diadakan diluar rumah.

Demikianlah kami menyampaikan himbauan ini dengan pehuh harap agar Allah Yang Maha Esa melindungi kita semua dari setiap marabahaya dan pelanggaran . 
Amin Ya Rabbal 'Alamin.

Jakarta 9 Rabiul Awal 1436 H/31 Desember 2014
Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah (WI)
Muh. Zaitun Rasmin, Lc., MA

(Pimpinan Umum)


Kamis, 04 Desember 2014

Jika Bertiga, Yang Dua Jangan Berbisik Tanpa Melibatkan Yang Ketiga


عن ابن مسعود رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم؛ "إذَا كُنتُم ثلاثة فلا يتناجى اثنان دون الآخر  حتى تختلطوا با لناس مِن أجلِ أنّ ذلك يحزنه" . متفق عليه واللفظ لِمُسلِمٍ 
Ibnu Ma’sud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian bertiga, maka yang dua orang jangan berbisik-bisik tanpa meneyertakan yang ketiga, hingga kalian berkumpul dengan orang banyak. Karena hal itu dapat membuatnya bersedih”. (Muttafaq ‘alaihi, dan ini merupakan lafadz Imam Muslim).

ما يستفاد من الحديث:
Pelajaran dari Hadits:
1-  الحديث دليل على النهي عن تناجي الإثنين إذا كان معهما ثالث في السفر وغيره, لأنه يحدث القلق والحزن في قلب الثالث ويظنّ أنه ليس بأهل السر أو الخوض فيه.

1.      Hadits ini adalah dalil tentang larangan berbisik bagi dua orang jika ada orang ketiga, baik saat safar (perjalanan) atau yang lainnya. Karena hal itu dapat menimbulkan perasaan gelisah dan sedih pada orang yang tidak dilibakan dalam pembicaraan. Sebab ia menyangka bahwa ada sesuatu yang dirahasiakan dan ia tidak pantas ikut serta di dalamnya.

2- وإذاكانوا أربعة فأكثر فلا بأس من التناجي والتسار بين اثنين منهم لفقد علة النهي, ويدخل فيه التكلم بلغة لا يحسنها الثالث أولا يفهمها
2.       Jika berempat atau lebih, maka tidak mengapa dua orang berbisik atau berbicara secara sirr (lirih) karena illat (sebab) larangan telah hilang. Termasuk dalam larangan ini adalah berbicara dengan bahasa yang tidak diketahui atau tidak dipahami oleh pihak ketiga.

(Sumber: Tuhfatul Kiram Syarh Bulughil Maram, Kitabul Jami’ Bab Adab, halaman: 587, karya Syekh. DR. Muhammad Luqman As-Salafi hafidzahullah, terbitan Darud Da’i Lin Nasyri Wat Tauzi’ Riyadh Bekerjasama dengan Pusat Studi Islam Al-Allamah Ibn Baz India, Tarjamah: Syamsuddin Al-Munawiy)