Imam Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, dan Ad-Darimi meriwayatkan sebuah hadits bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
" إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواماً ويضع به آخرين "
“Sesunggunya Allah memuliakan dan menghinakan suatu kaum dengan al-Qur’an.” (Terj. HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, dan Ad-Darimi). Lafadz ini terdapat dalam Shahih Muslim.Sedangkan dalam lafadz ad-Darimi berbunyi;
" إن الله يرفع بهذا القرآن..."
Sesungguhnya Allah memuliakan dengan al-Qur’an ini (HR.Ad-Darimi)
Maksudnya kemuliaan dan kehinaan suatu, kaum, bangsa, dan ummat sangat ditentukan oleh kadar perlakuan mereka terhadap al-Qur’an. Jika mereka memuliakan al-Qur’an maka Allah memuliakan mereka. Sebaliknya jika mereka mengetepikan al-Qur’an, maka kehinaan akan Allah timpakan kepada mereka.
Tentu saja manusia paling mulia yang dimulikan oleh Allah lantaran perlakuan mulia mereka terhadap al-Qur’an –setelah Rasulullah- adalah generasi awal ummat ini. Mereka yang biasa dikenal dengan sebutan salafus Saleh digelari oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai generasi terbaik Islam. Nabi mengatakan dalam sabdanya:
خير الناس قرني، ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat), kemudian yang setelah mereka (para tabi’in), lalu yang setelah mereka (tabi’ tabi’in)”. (Terj. HR. Bukhari dan Muslim).
Dan tidak dapat dipungkiri bahwa, salah satu sebab kemuliaan dan kejayaan mereka adalah lantaran berpegang teguh dengan al-Qur’anul Karim. Oleh karena itu, bagi yang ingin mengikuti jejak mereka hendaknya mengenali manhaj dan metode mereka dalam berinteraksi dengan al-Qur’an. Syekh Dr. Muhammad ibn Abdillah Rabi’ah hafidzahullah mengatakan bahwa, “Siapapun yang mengamati kehidupan para salaf, akan menemukan bahwa mereka memiliki manhaj tertentu dalam berinteraksi dengan kitab suci yang agung ini (al-Qur’an)”. Selanjutnya , dosen di Universitas Qasim Saudi Arabia anggota ini menyebutkan empat metode para salaf dalam berinteraksi dengan al-Qur’an:
1. Mengenali Keagungan dan Maksud diturunkannya Al-Qur’an
Hal itu dimaksudkan untuk menumbuhkan kecintaan dan pengagungan terhadap al-Qur’an. Sebab kecintaan, pengagungan, dan keimanan terhadapnya dapat menumbuhkan husnut ta’amul (interaksi yang baik) dengan al-Qur’an. Karena barang siapa yang mengetahui nilai sesuatu maka ia kan memperhatikannya. Sikap seperti ini dapat kita saksikan pada kehidupan para generasi awal Islam. Perkataan dan perbuatan mereka mencerminkan kecintaan, pengagungan, dan keimanan terhadap al-Qur’an. Untuk lebih jelasnya mari simak perkataan Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berikut ini.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya al-Qur’an ini adalah ma’dubah (jamuan)-Nya Allah, maka pelajarilah (nikmatilah) jamuan-Nya semampu kalian. Al-Qur’an ini adalah tali Allah yang Dia perintahkan untuk –berpegang- dengan nya. Ia adalah cahaya Allah yang terang, obat penawar yang sangat bermanfaat, serta pelindung bagi yang berlindung dengannya.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, Allah menjamin orang yang membaca al-Qur’an tidak akan sesat di dunia dan tidak akan sengsara di akhirat. Lalu beliau membaca firman Allah;
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ
lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. “(QS. Thaha:123). (Mustadrak, Imam Hakim, 2/413, no.3438). Yang dimaksud dengan membaca adalah mengikuti petunjuknya sebagaimana diterangkan dalam ayat tersebut.
Saat ini kita sangat butuh untuk membina hati-hati kita untuk mencintai dan mengagungkan al-Qur’an. Karena sikap pengagungan, kecintaan yang tulus, dan keimanan terhadap al-Qur’an telah berkurang pada sebagian kalangan. Hal ini menyebabkan lemahnya interaksi kita dengan al-Qur’an. Solusinya adalah menanamkaan pengagungan dan kecintaan terhadap al-Qur’an dalam hati-hati kita dan membangun kesadaran tentang perlunya merealisasikan tujuan diturunkannya al-Qur’an. (Bersambung Insya Allah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar