Oleh: Muhammad Ode Wahyu
Kembali kucoba membuka lembar demi lembarnya, alhamdulillah kondisinya masih bagus dan bisa terbaca. Dalam keheningan, aku tersenyum memikirkan kisah perjuanganku masa-masa itu, perjuagan bersama sahabat-sahabatku kala baru mengenal manhaj di kelas satu SMA, cukup berat dan penuh tantangan. lembaran pertama kubuka dan satu judul pun terlihat “Mujma’ul Ushul Ahlis Sunnah Wal Jama’ah fil ‘Aqidah (Kumpulan Prinsip-Prinsip Ahlu Sunnah wal Jama’ah dalam Masalah Aqidah).
Lembar kedua, ketiga dan seterusnya berisi qaidah-qaidah penting yang merupakan prinsip dari ahlu sunnah wal jama’ah itu sendiri. Setidaknya ini adalah muraja’ah dan rasa syukurku pada ustadz yang pernah mengajarkan aku manhaj mulia ini. Walau hati ini sedih karena tidak bisa lagi bertemu dan bergabung dalam kafilah dakwahnya.
Hari ini, anakku yang berumur satu tahun memegang buku catatan sederhana ini, warisan ilmu dari ustadz yang selalu aku bangga-bangakan dahulu, menganggapnya sebagai al qur’an yang ingin ia baca karena melihat dan mendengarkan aku membaca al qur’an.
Tarbiah, aku lahir dari majelisnya, aku mengenal manhaj dari halaqahnya, aku bisa menghafal qur’an dari program-programnya, aku mengahafal hadits arbain juga dalam majelisnya. Olehnya aku selalu bangga dengan tarbiahku delapan tahun yang lalu. Walau orang-orang selalu menyesatkan kami hanya karena bertarbiah.
Jika buku catatan ini masih ada hingga anakku dewasa, semoga dia bisa juga membacanya dan merenungkan kisah-kisah perjuangan ayahnya di waktu mudanya. Semoga saja buku catatan kecil ini bisa menjadi catatan-catatan perjuangan yang akan aku ceritakan pada Rabbku di Surga kelak.
Satu hal yang ku ingat dari kata-kata ustadzku dulu, “ Qayyidul ‘ilma bil kitabah (ikatalh imu dengan menulisnya)
------------
(Muhammad Ode Wahyu/http://wahyuode.blogspot.com)
Kembali kucoba membuka lembar demi lembarnya, alhamdulillah kondisinya masih bagus dan bisa terbaca. Dalam keheningan, aku tersenyum memikirkan kisah perjuanganku masa-masa itu, perjuagan bersama sahabat-sahabatku kala baru mengenal manhaj di kelas satu SMA, cukup berat dan penuh tantangan. lembaran pertama kubuka dan satu judul pun terlihat “Mujma’ul Ushul Ahlis Sunnah Wal Jama’ah fil ‘Aqidah (Kumpulan Prinsip-Prinsip Ahlu Sunnah wal Jama’ah dalam Masalah Aqidah).
Lembar kedua, ketiga dan seterusnya berisi qaidah-qaidah penting yang merupakan prinsip dari ahlu sunnah wal jama’ah itu sendiri. Setidaknya ini adalah muraja’ah dan rasa syukurku pada ustadz yang pernah mengajarkan aku manhaj mulia ini. Walau hati ini sedih karena tidak bisa lagi bertemu dan bergabung dalam kafilah dakwahnya.
Hari ini, anakku yang berumur satu tahun memegang buku catatan sederhana ini, warisan ilmu dari ustadz yang selalu aku bangga-bangakan dahulu, menganggapnya sebagai al qur’an yang ingin ia baca karena melihat dan mendengarkan aku membaca al qur’an.
Tarbiah, aku lahir dari majelisnya, aku mengenal manhaj dari halaqahnya, aku bisa menghafal qur’an dari program-programnya, aku mengahafal hadits arbain juga dalam majelisnya. Olehnya aku selalu bangga dengan tarbiahku delapan tahun yang lalu. Walau orang-orang selalu menyesatkan kami hanya karena bertarbiah.
Jika buku catatan ini masih ada hingga anakku dewasa, semoga dia bisa juga membacanya dan merenungkan kisah-kisah perjuangan ayahnya di waktu mudanya. Semoga saja buku catatan kecil ini bisa menjadi catatan-catatan perjuangan yang akan aku ceritakan pada Rabbku di Surga kelak.
Satu hal yang ku ingat dari kata-kata ustadzku dulu, “ Qayyidul ‘ilma bil kitabah (ikatalh imu dengan menulisnya)
------------
(Muhammad Ode Wahyu/http://wahyuode.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar