Dalam sebuah perkuliahan, seorang dosen bertanya secara retoris kepada mahasiswanya. “Kamu tahu apa arti tulisan di kaosmu?”. Sang mahasiswa segera mengecek tulisan di bagian depan kaosnya dan menjawab setelah berfikir beberapa saat. “Hmm..persetan dengan donat?”. “Secara harfiah, tulisan ‘Fuck with donut’ dalam kaos anda artinya bersetubuh dengan donat!” ujar sang dosen. Selanjutnya si mahasiswa tertunduk kala ditanya apakah masih merasa nyaman memakai kaos dengan tulisan tadi. Berfikirlah sekali lagi.
Hingga sekarang, sesuatu yang Barat masih dipandang maju/modern, civilize dan sentral. Karena atribut-atribut ini banyak orang menjadikan Barat pusat segala hal. Bagi negara dan masyarakat dunia ketiga, misalnya, acuan perkembangan dan kemajuan banyak menggunakan Barat sebagai parameter. Bukan hanya itu, generasi muda di negara tersebut pun menjadikan Barat sebagai acuan dalam segala hal. Khusus sebagian kalangan, dengan cara yang condong inferior atau berperasaan rendah diri, mereka mengikuti dan meniru Barat dengan membabi buta.
Mari kita amati sekeliling. Dalam berpakaian misalnya: baju minim dan ketat, tulisan provokatif dan karakter serta simbol dalam kaos yang merujuk pada kepercayaan/ideologi tertentu. Sebuah merek produk denim terkenal mengeluarkan produk “dry jeans” dan belakangan jadi gengsi tersendiri . Bahan celana atau rok ini sangat ‘jigrak’ dan kasar. Lupakan thaharah. Meski sudah terkena najis dan bertahun-tahun Anda pakai, Anda dilarang mencuci pakaian ini. Produsennya berkata, celana ini lebih tegas ‘mendefinisikan’ siapa Anda.
Kemudian dalam hal pemikiran. Konsep-konsep seperti bebas nilai, sekularisme, kontekstualisme, multikulturalisme dan masih banyak lagi secara arbitrer (sembarang) disematkan dalam banyak ranah. Gagasan pelestarian alam yang diimpor dari Barat, misalnya, terdengar lebih agung. Ironisnya, di saat yang sama, banyak orang dalam setiap obrolan selalu saja meninggalkan sampah puntung rokok dan gelas minuman.
Ada satu kata kunci yang hendak disampaikan dalam tulisan ini. Identitas. Kala Ummat Islam menguasai peradaban, bukan hanya pemikiran, bahkan kebiasaan memanjangkan jenggot pun diikuti oleh para pemikir barat di masa itu. Di saat posisi terbalik, haruskan Ummat Islam melakukan hal serupa? Tanpa harus menegasikan segala sesuatu yang Barat, kita wajib menyaring lebih bijaksana gaya hidup dan berfikir mana yang patut kita tiru. Jangan minder dan berbanggalah menjadi muslim!. Tunjukan identitas Islam kita sejelas-jelasnya. Ana muslimun qabla kulli syai’in. Saya adalah muslim, sebelum memeroleh segala (atribut) apapun. (Abdulrauf al Haris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar