(Khutbah Seragam Idul Adha 1432 H Wahdah Islamiyah)
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ )
( يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا )
( يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا )
أَمَّا بَعْدُ ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ .
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ )
( يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا )
( يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا )
أَمَّا بَعْدُ ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ .
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu.
Ma’asyiral Muslimin Hafizhakumullah
Tiada ungkapan yang paling indah pada pagi hari ini melebihi kesyukuran kepada Allah Ta'ala dengan melantunkan takbir, tahmid dan tahlil. Semangat berkurban yang merasuk ke dalam jiwa kaum mukminin, membangkitkan keimanan untuk senantiasa beramal saleh dan berbuat untuk agama Allah Ta'ala . Semuanya dilakukan atas dasar bakti dan syukur kepada Allah Ta'ala , sehingga berbuah kebahagiaan yang bermuara pada ungkapan Allahu Akbar, Laa Ilaha Illallahu, Walillahi al-Hamdu.
Penyembelihan hewan kurban pada setiap Idul Adha senantiasa mengingatkan umat Islam pada perintah AllahTa'ala kepada kekasih dan rasul utusanNya, yaitu Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak semata wayangnya pada saat itu, yaitu Ismail alaihissalam sebagai ujian terberat dalam kehidupannya. Perintah ini dipatuhi oleh Nabi Ibrahim alaihissalam, namun penyembelihan anak kesayangannya pada akhirnya terganti dengan seekor domba jantan, maka syariat ini dikekalkan hingga akhir zaman. Kepatuhan terhadap perintah Allah Ta'ala mengantar Nabi Ibrahim alaihissalam menjadi sosok pemimpin yang kuat. Keteguhan Nabi Ibrahim alaihissalam dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Ta'alamengukuhkannya sebagai tokoh yang patut diteladani, sebagaimana firman Allah Ta'ala :
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan senantiasa berpegang kepada kebenaran. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah.” QS. al-Nahl(16): 120.
Jiwa kepemimpinan yang kuat menjadi salah satu pelajaran penting dari sosok Nabi Ibrahim alaihissalam. Sifat ini membuat Nabi Ibrahim alaihissalam sebagai qudwah (teladan) di dalam menjalankan agama secara sempurna. Allah Ta'ala mengisahkan di dalam Alquran sifat utama Nabi Ibrahim alaihissalam ini dalam menyikapi pelanggaran terhadap ajaran agama, khususnya perkara kesyirikan yang dilakukan oleh penguasa, masyarakat atau bahkan hingga oleh ayahnya sekalipun. Dialog antara Nabi Ibrahim as. dengan ayahnya, dan dengan Raja Namruz di dalam Alquran menegaskan jiwa kepemimpinan yang kuat ini, sehingga Allah Ta'ala berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim alaihissalam dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah semata.” QS. al-Mumtahanah(60): 4.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Jiwa kepemimpinan yang kuat menjadikan penguasa suatu bangsa sejajar dengan penguasa bangsa lain atau bahkan lebih mulia, sehingga tidak mudah didikte oleh bangsa manapun kecuali jika sejalan dengan keinginan Allah Ta'ala. Kisah Nabi Sulaiman alaihissalam dengan Ratu Balqis yang memiliki kekuasaan agung adalah contoh dari sifat ini, Nabi Sulaiman alaihissalam tanpa ragu dan rasa takut meminta kepada Ratu Balqis untuk datang menjumpainya dan mengikuti ajaran tauhid yang dibawanya, “Janganlah kalian bersikap sombong kepadaku, namun datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. Atau Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam yang berkirim surat kepada para penguasa di negara-negara adidaya pada zamannya dan mengajak mereka untuk memeluk Islam sebagai agamanya, “Saya mengajak anda untuk menganut agama Islam, niscaya anda akan selamat (di dunia dan akhirat) dan kekuasaan anda akan bertahan”, demikian seruan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam kepada para penguasa ini, di antaranya adalah Kaisar Romawi dan Persia.
Jiwa kepemimpinan menjadikan seseorang sebagai qudwah (teladan) bagi sesama umat manusia di dalam kehidupan. Sebagaimana firman Allah Ta'ala sebagai doa orang-orang beriman:
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. QS. al-Furqan(25): 74.
Menurut Ibnu Abbas radhiyallaahu anhuma, yaitu pemimpin yang diteladani dalam kebaikan.
Keteladanan sikap dan perilaku yang sesuai dengan perkataan, merupakan nilai moral yang dibutuhkan oleh suatu bangsa untuk maju dan disegani. Tumbuhnya kepercayaan dalam diri setiap anggota masyarakat terhadap pemimpinnya disebabkan oleh sifat keteladanannya, sehingga menjadi dasar terhadap pelaksanaan segala kebijakan yang bertujuan membangun kesejahteraan mereka.
Jiwa kepemimpinan juga menjadikan suatu bangsa dapat membangun peradaban yang tinggi dan mampu bertahan dengan peradaban itu. Tidaklah peradaban bangsa-bangsa besar pada zaman dahulu dapat terbangun dan bertahan kecuali karena mereka memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Kekuasaan masing-masing bangsa terbentuk menjadi suatu kekaisaran (imperium) yang memiliki wilayah begitu luas, demikian pula umat Islam yang memiliki wilayah pemerintahan sangat luas dan pengendalian yang kuat terhadap wilayah-wilayah tersebut, khususnya pada masa pemerintahan khulafa’ rasyidun. Pemerintah Islam pada zaman itu berhasil membangun peradaban dunia yang berlandaskan pada ajaran Alquran, berkat jiwa kepemimpinan para khalifahnya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Kehilangan atau kelemahan jiwa kepemimpinan akan membuat suatu bangsa inferior (merasa rendah diri) di hadapan bangsa lain, sehingga hanya dapat membeo terhadap segala keinginan bangsa tersebut. Kondisi ini juga bisa membuat bangsa ini menggadaikan kedaulatannya kepada bangsa tersebut dengan tidak langsung, seperti mengadopsi sistem politik, atau menjiplak sistem ekonomi dan budaya secara mutlak. Dampaknya berujung pada kesejahteraan masyarakat, mereka tidak memiliki kemerdekaan penuh dalam pengelolaan sumber daya alam, atau dalam sistem berpolitik dan berbudaya yang bersumber pada nilai-nilai kemuliaan, sehingga tingkat kehidupan mereka tidak mengalami pertumbuhan seiring berkurangnya potensi alam yang ada, tetapi tetap berada di bawah garis kesejahteraan pada bidang ekonomi, atau tetap latah dengan gaya hidup orang lain yang tidak menunjukkan kemuliaan sebagai manusia apalagi sebagai seorang muslim.
Krisis panutan adalah dampak lain dari hilangnya jiwa kepemimpinan di tengah masyarakat. Tidak mudah mencari orang yang selaras perbuatan dengan perkataannya, atau begitu mahal nilai sebuah kejujuran, sehingga menemukan seorang yang jujur menjadi ibarat oase di tengah luasnya gurun tandus kedustaan. Berita tentang seorang yang jujur menjadi luar biasa, media-media informasi meraup keuntungan besar karena menyebarkannya, seorang pejabat penting masyarakat bahkan hingga harus rela berjalan kaki buat menemui orang yang diberitakan jujur tersebut. Mencari panutan pada saat jiwa kepemimpinan telah hilang, ibarat mencari butiran emas di pasir bebatuan sungai, tidak mudah dan paling sering tidak menemukannya. Harapan yang besar biasanya memberi gambaran fatamorgana yang tidak memiliki kebenaran, sehingga pada saat dibutuhkan, yang terjadi hanyalah segudang kekecewaan karena tertipu dengan gambaran lahiriyah tanpa hakikat. Begitulah kondisi suatu masyarakat yang tidak memiliki orang-orang berjiwa pemimpin.
Berbagai kasus di negeri ini menimbulkan kekhawatiran dan keprihatinan akan krisis jiwa kepemimpinan di kalangan anak bangsa. Kasus perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di dalam negeri dan tidak memberikan kontribusi pendapatan yang wajar kepada negara dan bangsa bahkan terhadap masyarakat sekitarnya sekalipun, kasus penanganan terorisme dan korupsi yang terkesan tebang pilih, hingga kasus separatisme yang merebak di tanah Papua dan upaya campur tangan lembaga asing buat penyelesaiannya. Masyarakat tidak mendapatkan teladan yang baik dari para penanggungjawab permasalahan-permasalahan ini, sehingga cenderung bersikap putus asa dan berlepas tangan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Kondisi krisis seperti ini tidak dapat dibiarkan, harus ada upaya membangun kembali jiwa kepemimpinan pada diri setiap masyarakat, khususnya kaum muslimin sebagai penduduk mayoritas negeri ini. Upaya yang dilakukan itu sepatutnya bersumber pada sejarah perjuangan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam membina pribadi para sahabat. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam merupakan teladan utama dalam pembinaan dan para sahabat adalah teladan terbaik dalam jiwa kepemimpinan, bukan hanya sahabat yang memiliki kekuasaan politik seperti khulafa’ rasyidun, namun secara umum para sahabat yang dibina langsung oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, masing-masing mereka memiliki sifat ini, sehingga setiap sahabat tersebut menjadi pemimpin di bidangnya. Kondisi ini membuat peradaban kaum muslimin pada masa itu berkembang sangat pesat hingga meruntuhkan peradaban lain yang lebih dulu ada, seperti Persia dan Romawi.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam memulai pembinaan pribadi para sahabat pada permasalahan akidah dan tauhid, penegasan terhadap Kemahaesaan Allah Ta'ala untuk disembah dan penolakan terhadap segala bentuk perbuatan kesyirikan. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menanamkan ke dalam diri para sahabat butir-butir keimanan kepada hari akhirat dan meluruskan visi hidup setiap mereka, sehingga amal perbuatan para sahabat dapat bertujuan ukhrawi meskipun amal itu bersifat duniawi. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam juga meniupkan ke dalam jiwa para sahabat ruh kemerdekaan dan kebebasan dari segala bentuk penghambaan kecuali hanya kepada Allah Ta'ala dan bahwa semua manusia dan semua bangsa adalah sama di hadapan Allah Ta'ala kecuali yang bertakwa, maka dialah yang termulia.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam selanjutnya membina jiwa kepemimpinan dalam diri para sahabat dengan menanamkam semangat pengorbanan (tadhiyah). Pengorbanan dengan segala potensi diri yang dimiliki, waktu, harta, perhatian bahkan jiwa, demi menggapai cita-cita termulia yaitu keridaan Allah Ta'ala (mardhatullah). Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam mendidik para sahabat untuk bersabar dalam pengorbanan ini, semuanya buat hasil terindah berupa surga Allah Ta'ala . Sebagaimana ungkapan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam kepada keluarga Yasir yang disiksa oleh bangsa Quraisy pada zaman awal agama Islam disebarkan:
اصْبِرُوا آلَ يَاسِرٍ مَوْعِدُكُمُ الْجَنَّةُ
“Bersabarlah wahai keluarga Yasir, tempat yang dijanjikan buat kalian adalah surga”
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam senantiasa mengingatkan para sahabat bahwa cita-cita yang tinggi tidak dapat diraih kecuali dengan pengorbanan dan kesabaran di dalamnya. Segala ujian, berupa kesempitan dan kelapangan, kesusahan dan kelancaran adalah dinamika kehidupan yang harus dilalui oleh siapapun yang telah memilih keimanan sebagai jalannya menuju Allah Ta'ala .
Keyakinan terhadap ajaran tauhid menjadi pondasi dari bangunan jiwa kepemimpinan yang kuat, karena dapat memberikan kepada seorang manusia kemerdekaan dari penghambaan dan ketundukan kepada sesama makhluk, sehingga dia tidak takut kecuali hanya kepada Allah Ta'ala , tidak tunduk kecuali hanya kepada aturan yang datang dari Allah Ta'ala atau yang sesuai dengannya. Sifat pengorbanan di jalan Allah Ta'ala menjadi landasan operasional buat membentuk pemimpin yang kuat, karena sifat ini akan menempa seorang manusia menjadi pribadi yang tegar dan tahan terhadap segala ujian, dan juga menghindarkannya dari sifat kikir dan cinta kepada dunia yang berlebih-lebihan.
Kedua sifat ini, yaitu keyakinan yang kokoh dan pengorbanan dengan penuh kesabaran adalah jalan untuk membangun jiwa kepemimpinan yang kuat, sebagaimana firman Allah Ta'ala :
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. QS. al-Sajdah(32): 24.
Namun, kedua sifat ini juga tidak dapat diwujudkan dan dipelihara kecuali dengan proses tarbiyah (pembinaan) yang dijalankan secara berkesinambungan dan mengacu kepada sunnah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersama para sahabat.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu
Kepada segenap dai dan ulama, anda sekalian adalah pemimpin sejati bagi umat manusia, Allah Ta'ala telah menjadikan setiap anda sebagai teladan di dalam kehidupan, olehnya itu, jadilah teladan yang baik bagi umat manusia, serukanlah kebenaran dan jangan pernah takut atau ragu untuk menyuarakannya. Sampaikanlah agama, binalah umat ini dengan nilai-nilai kemuliaan yang berdasarkan ajaran tauhid (keesaan Allah Ta'ala ) dan dakwahkanlah Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta dengan penuh amanah dan kesantunan, semoga dengan itu kesadaran umat untuk menjalankan agama semakin membaik.
Kepada segenap pengelola negara, kami tidak pernah berhenti menyerukan untuk menegakkan keadilan dengan ajaran Islam. Agama Islam diturunkan oleh Allah Ta'ala untuk dilaksanakan dan memberikan kesejahteraan kepada umat manusia, olehnya itu jalankanlah tuntunan agama ini dengan penuh keyakinan dan kejujuran, raihlah kemuliaan dan kebanggaan sebagai pemimpin bangsa dengan menjadikan agama sebagai panduan, tegakkanlah kewibawaan bangsa ini karena agama adalah identitasnya, niscaya kewibawaan itu disegani oleh bangsa lain.
Kepada segenap orang tua dan kaum pendidik, kami mengingatkan besarnya tanggungjawab terhadap generasi muda, olehnya itu didiklah anak-anak anda sekalian untuk cinta kepada Allah Ta'ala , kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan kepada agamanya. Tanamkanlah sejak dini ke dalam diri mereka jiwa kepemimpinan yang kuat, dengan memperkokoh akidah tauhid dan memotivasi semangat mereka untuk melakukan ketaatan terhadap perintah-perintah Allah Ta'ala , hindarkanlah mereka dari perkara-perkara yang dapat merusak agama, semoga Allah Ta'ala mengaruniakan anda sekalian generasi yang saleh.
Kepada segenap kaum wanita, kami menyerukan untuk memelihara kemuliaan dengan berjilbab yang benar, berbusana yang sopan dan jauh dari kesan menjadi fitnah bagi kaum laki-laki, jagalah sikap dan pergaulan agar tetap menunjukkan identitas sebagai wanita muslimah. Janganlah tertipu dengan gemerlap kehidupan dunia seperti yang ditampilkan oleh para artis atau selebritis, karena kadang hal itu tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Jadilah diri sendiri dan lakukanlah kebaikan untuk kemaslahatan diri dan keluarga, semoga anda diberkati menjadi muslimah yang salehah.
Kepada segenap generasi muda Islam, tuntutlah ilmu yang bermanfaat setinggi-tingginya dan berbuatlah yang terbaik bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga buat bangsa, negara dan umat Islam. Manfaatkanlah waktu sebaik-baiknya dengan beribadah kepada Allah Ta'ala dan jangan disia-siakan dengan bersenda gurau tanpa manfaat atau dihabiskan dengan begadang malam di tempat-tempat maksiat. Bersiaplah menjadi pemimpin di masa depan dengan menjadi muslim sejati, semoga Allah Ta'ala memberkati hari-hari anda sekalian.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu
Kaum Muslimin yang Berbahagia,
Mari berkurban sesuai tuntunan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam , hewan yang dapat dikurbankan adalah domba yang genap berusia 6 bulan, kambing yang genap setahun, sapi yang genap 2 tahun. Syaratnya, hewan kurban tidak boleh memiliki cacat atau penyakit yang bisa berpengaruh pada dagingnya, jumlah maupun rasanya, misalnya: kepicakan pada mata, kepincangan pada kaki dan penyakit pada kulit, kuku atau mulut.
Seekor domba atau kambing hanya mencukupi untuk kurban satu orang saja, sedangkan seekor sapi boleh berserikat untuk tujuh orang, kecuali berserikat pahala maka boleh pada semua jenis tanpa batas. Sebaiknya pemilik kurban yang menyembelih sendiri hewan kurbannya, tetapi dia bisa mewakilkannya kepada penjagal, dengan syarat seorang muslim yang menjaga shalatnya, mengetahui hukum-hukum menyembelih dan upahnya tidak diambilkan dari salah satu bagian hewan kurban itu sendiri, kulit atau daging, meskipun dia juga bisa mendapat bagian dari hewan kurban sebagai sedekah atau hadiah. Waktu penyembelihan hewan kurban adalah seusai pelaksanaan shalat Idul Adha hingga tiga hari tasyriq setelahnya.
Pembagian hewan kurban yang telah disembelih dapat dibagi tiga bagian, sepertiga buat pemiliknya, sepertiga buat hadiah dan sepertiga buat sedekah kepada fakir miskin. Nilai pahala hewan kurban seseorang di sisi Allah Ta'ala tidak hanya diukur dengan banyaknya daging yang dihasilkan atau banyaknya darah yang dikucurkan, tetapi sifat keikhlasan pemiliknya, olehnya itu luruskanlah niat hanya mengharap balasan dariNya semata.
Akhirnya, pada hari yang mulia ini, marilah kita sekali lagi memuji dan bersyukur kepada Allah seraya menundukkan hati, pandangan dan wajah kita, berdo’a dan bermunajat kepada Allah Ta'ala ,
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسوله الأمين و على آله وصحبه والتابعين،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُحْمَد وَنَشْكُرُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُشْكَر وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ فَإِنَّكَ أَنْتَ أَهْلُ الْمَجْدِ وَالثَّناَءِ ، رَبَّناَ ظَلَمْناَ أَنْفُسَناَ ظُلْماً كَثِيْراَ وَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لَناَ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْناَ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَحِيْم
Ya Allah, Engakulah Penguasa langit dan bumi, Penguasa dunia dan akhirat, kami datang kepadaMu pada hari yang penuh berkah ini mengadukan beratnya dosa yang telah kami lakukan. Kami sadar bahwa nikmat pemberianMu belumlah dapat kami syukuri dengan sebenarnya, kami mengaku kesalahan kami lebih banyak dari kebaikan kami, namun kami yakin bahwa Engkau adalah Zat Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Penyayang, maka kami berharap kepada-Mu, Ya Allah ampunkanlah segala dosa dan kesalahan kami.
Ya Allah, kedua ayah dan ibu kami adalah orang yang pertama kali berjasa kepada kami, memperkenalkan kami kepada-Mu, merawat, mendidik dan membimbing kami dengan penuh kesabaran, tak jarang airmata mereka tumpah karena ulah kami, Ya Allah tak ada yang mampu kami berikan kepada mereka kecuali seuntai doa kepada-Mu untuk mengampunkan kekhilafan dan kesalahan mereka, melimpahkan kasih sayang dan rahmat kepada mereka, ampunkan mereka yang telah wafat, bimbing dan tunjukilah mereka yang masih bersama kami dan jadikanlah kami orang yang mampu berbakti kepada mereka sesuai tuntunan-Mu, Engkaulah Zat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan Doa.
Ya Allah berkahilah negeri kami ini dan seluruh negeri kaum muslimin dengan ketaatan kepada-Mu, yang akan mengundang curahan rahmat-Mu. Lindungilah negeri kami ini dan seluruh negeri kaum muslimin dari busuknya dosa dan pengingkaran atas syariat-Mu. Ya Allah janganlah Engkau timpakan azab atas kami karena kezaliman sebagian orang di antara kami. Berikankanlah pemimpin-pemimpin kami keyakinan dan kemampuan untuk menjalankan syariat-Mu, yang dengannya mereka membimbing kami menuju keselamatan di dunia dan di akhirat.
Ya Allah, Zat Yang Maha Mengabulkan doa kabulkanlah doa kami, penuhilah permintaan kami, kamilah hamba-Mu yang lemah, harapan kami hanya kepadaMu, Engkau Maha Mendengar, Engkaulah Penguasa satu-satunya Yang Haq, Engkaulah sebaik-baik Pemberi yang diharap.
رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ،
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar