Oleh: Rahmat Abd. Rahman
Ketua Lembaga Kajian dan Konsultasi Syariah Makassar
(Fajar, Opini Sabtu 17 Desember 2011)
Wahdah Islamiyah menggelar sebuah hajatan besar, yaitu muktamar kedua di Kota Makassar. Momen empat tahunan ini berfungsi sebagai ajang evaluasi terhadap seluruh program kerja pasca muktamar pertama lalu, dan juga revisi terhadap pedoman dasar organisasi, termasuk Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, serta tidak kalah pentingnya, berwenang untuk menyusun kepengurusan baru di tingkat pusat, di antaranya adalah Pimpinan Umum organisasi dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat.
Ribuan anggota, kader dan keluarga Wahdah Islamiyah dari seluruh tanah air telah berdatangan ke Kota Anging Mammiri buat berpartisipasi dalam hajatan besar ini, sebagian sebagai peserta penuh dan sebagian lainnya sebagai pendukung dan penggembira, bahkan ada yang hanya sekedar menghadiri acara pembukaan saja.
Wahdah Islamiyah menjadi organisasi Islam satu-satunya pada saat ini yang berpusat di Kota Makassar dan telah memiliki amal usaha dakwah, pendidikan dan sosial yang tersebar di wilayah-wilayah nusantara. Didirikan pada tahun 2002 lalu, usia Wahdah Islamiyah tergolong masih belia, jika diibaratkan manusia, maka organisasi ini baru menginjak paruh pertama jenjang pendidikan dasar. Sejarah dan latar belakang the founding father atau pendiri organisasi ini sebagai kader atau peserta pengajian-pengajian organisasi Islam lain, seperti Muhammadiyah, tidak dapat dipungkiri memberi warna terhadap perjalanan Wahdah Islamiyah, namun kemapanan dan gerakan perjuangan memiliki corak tersendiri. Mengusung slogan “Memandu Kebangkitan Islam dengan Ilmu Syar’i”, Wahdah Islamiyah menganut pola dan konsep Ahlussunnah Waljamaah dalam gerakan perjuangannya.
Pemahaman dan pengamalan beragama seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dan ulama salaf saleh, yaitu para sahabat, tabiin dan tabi’ tabiin, menjadi pondasi buat melakukan gerakan perbaikan umat. Wahdah Islamiyah menyadari dengan baik, bahwa Rasulullah saw. dan ulama salaf saleh telah mewariskan kekayaan (sarwah) ilmiah dan amaliah yang tidak pernah usang dimakan zaman, nas-nas Alquran dan hadis diimplementasikan dalam pemahaman dan pengamalan yang sempurna. Menurut Imam Malik bin Anas (al-Wajiz, 2002), umat Islam zaman sekarang akan menjadi baik, apabila konsisten dengan ajaran yang menjadikan umat Islam zaman dahulu juga baik.
Konsep Ahlussunnah Waljamaah yang dikembangkan oleh Wahdah Islamiyah bersifat konsisten dan dinamis. Konsisten dalam menjadikan pemahaman ulama salaf saleh yang berdasarkan atas nas-nas Alquran dan hadis sebagai acuan gerakan perbaikan umat, dan dinamis dalam realisasi pengamalan beragama dan berdakwah sesuai kaidah-kaidah yang bersumber dari Alquran dan hadis pula.
Perkembangan zaman di bidang informasi, teknologi dan bidang-bidang lainnya menuntut agar kaidah-kaidah agama diterapkan dengan pemahaman dan metodologi yang benar dan bijak. Nilai-nilai kemuliaan yang ada pada zaman Rasulullah saw. berupaya diwujudkan kembali oleh gerakan Wahdah Islamiyah secara bersih dengan menjaga keseimbangan zaman dan lingkungan keberadaannya. Perilaku umat Islam pada zaman itu berupaya ditransformasikan pada kondisi kekinian dengan mengacu pada prinsip utama beragama, yaitu ajaran tauhid atau kemurnian ibadah kepada Allah swt.
Organisasi dan Purifikasi Akidah Islam
Gerakan dakwah Wahdah Islamiyah adalah gerakan purifikasi atau pemurnian dan penyucian sifat tauhid dan akidah umat Islam dari segala kemusyrikan, berbentuk seruan kepada segenap lapisan masyarakat agar menjalankan kalimat syahadat yang telah mereka ikrarkan secara konsisten. Kalimat syahadat dan keislaman bukan sebatas identitas, namun dilalui sebagai jalan untuk sampai kepada Allah swt. Konsekwensi keislaman seseorang berupa pengamalan terhadap syariat agama, diserukan oleh ulama dan dai Wahdah Islamiyah dengan cara yang bijak, yaitu penyampaian dalil-dalil agama secara dalam dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di tengah umat Islam, serta menghindari perbuatan menghujat dan memojokkan sesama aktivis dakwah atau elemen umat yang berjuang buat kemajuan kaum muslimin, kecuali apabila terjadi penyimpangan nyata terhadap prinsip agama, maka akan dijelaskan sisi penyimpangannya tanpa menyebut pelakunya secara langsung.
Pemurnian tauhid dan akidah Islam menjadi seruan prioritas dalam berdakwah, merupakan ruh yang selalu ditiupkan ke dalam jiwa setiap kader dan aktivis Wahdah Islamiyah. Berpedoman kepada Rasulullah saw. yang memulai gerakan dakwah dengan penyadaran terhadap Kemahaesaan Allah Ta'ala. untuk disembah, segenap permasalahan pada masa Jahiliyah dihubungkan dengan kerusakan visi Ketuhanan mereka yang berwujud pada kemusyrikan, sehingga perbaikan sistem bermasyarakat dimulai dari titik sentral tauhid dan akidah. Sahabat Rasulullah saw. yang mendapatkan tugas berdakwah di luar kota Madinah juga mendapatkan wasiat serupa, sebagaimana yang dituturkan oleh ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallaahu 'anhuma., bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. berwasiat kepada Mu’az bin Jabal radhiyallaahu 'anhu. yang diutus ke Negeri Yaman untuk mendakwahkan dua kalimat syahadat sebelum syariat Islam lainnya. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sifat tauhid dan akidah Islam yang bersih membuat visi hidup setiap manusia menjadi lurus, kehidupan akan dilalui dengan kegiatan yang memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Visi kehidupan yang lurus berarti pemahaman terhadap maksud dan tujuan hidup di alam dunia, serta menyiapkan perbekalan buat sampai kepada kehidupan akhirat. Bekal ini berupa ketakwaan yang terwujud dalam segala bentuk kebaikan di semua lini kehidupan, yaitu ibadah ritual, sistem sosial dan ekonomi, sistem pendidikan dan budaya, hingga sistem politik dan tata negara.
Sifat tauhid menjadi sumbu dalam kehidupan seorang manusia dan masyarakat, segala aktivitas yang dihasilkan oleh sifat ini akan berbuah baik dan membuat arus pusaran kebaikan pada lingkungan yang ada di sekelilingnya. Perumpamaan kalimat tauhid di dalam Alquran, adalah ibarat pohon tinggi menjulang ke langit dan berakar tunjang menghunjam ke dalam perut bumi, buahnya dapat dinikmati setiap saat oleh siapapun yang melewatinya (QS. Ibrahim/14: 24-25), atau ibarat pelita yang menerangi kegelapan (QS. al-An’am/6: 122).
Gerakan purifikasi akidah yang dikembangkan oleh Wahdah Islamiyah berlaku pada perbaikan mental, perilaku dan sistem beragama secara menyeluruh. Ajaran Islam yang telah sempurna tidak mungkin disikapi dengan pemurnian tauhid saja terlebih dahulu dan meninggalkan syariat lain sebagaimana periodisasi pada zaman Rasulullah saw., namun gerakan purifikasi akidah ini dilakukan secara sinergis dan integral dalam pelaksanaan sistem Islam di segala bidang dan lini kehidupan.
Wahdah Islamiyah telah melembagakan gerakan purifikasi akidah ini dalam sistem pembinaan secara integral pada lini kehidupan yang dikelolanya. Sistem dakwah, pendidikan, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup, telah menjadi satu kesatuan dalam gerakan yang terorganisir menuju peradaban yang tinggi seperti yang pernah dibuktikan oleh kaum muslimin pada zaman keemasannya, yaitu abad-abad awal hijriyah. Visi 2015 Wahdah Islamiyah untuk eksis di seluruh kabupaten sepulau Sulawesi dan ibukota propinsi di seluruh Indonesia, dimaknai sebagai media buat mengukuhkan gerakan purifikasi akidah ini, organisasi bagi aktivis Wahdah Islamiyah adalah sarana buat menyebarkan sistem kebaikan yang berdasarkan atas sifat tauhid dan kemurnian akidah Islam.
Akhirnya, selamat bermuktamar bagi keluarga Wahdah Islamiyah, semoga dapat mewujudkan tema: Memantapkan Peran Dakwah Wahdah Islamiyah yang Bijak Menuju Masyarakat Berperadaban, pasca muktamar ini. Amin. (sumber:www.wahdah.or.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar