عن ابن عمر رضي الله عنهماو قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (( لايقيم الرجلُ الرجلَ مِن مجلِسهِ ثم يجلس فِيهِ, ولكِن تفسحوا وتوسعوا)) متفق عليه
Terjemahan Hadits:
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seseorang menyuruh orang lain berdiri dari tempat duduknya, lalu ia duduk di tempat tersebut. Tetapi hendaknya kalian melapangkan dan memperluas –majelis-” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seseorang menyuruh orang lain berdiri dari tempat duduknya, lalu ia duduk di tempat tersebut. Tetapi hendaknya kalian melapangkan dan memperluas –majelis-” (Muttafaq ‘alaih)
ما يستفاد من الحديث
Pelajaran Hadits:إنّ من سبق في مجلس مباح فهو أحق به ويحرم على غيره أن يقيمه منه, إلا من سبق إلى موضع ثم قام لحاجة وقعد فيه آخَر فله أن يقيمه من ذلك الموضع, لكن ينبغي للقائم أن يضع علامةً في مجلسه حتى تدل على حجزه ذلك المكان, وإذا قام الجالس بنفسه فلا حرج, لكن الأولى تركه تورعا.
Siapa yang lebih dahulu sampai di tempat yang mubah, maka ia berhak duduk di tempat itu, dan haram bagi orang lain (yang datang belakangan) mengusirnya dari tempat duduk tersebut. Kecuali jika seseorang lebih dulu tiba di suatu tempat, lalu ia berdiri karena hajat (keperluan) tertentu dan tempat itu diduduki orang lain, maka yang datang pertama berhak menyuruh pindah orang yang menempati tempat tersebut. Tetapi yang lebih dulu datang lalu berdiri hendaknya meletakkan tanda di tempat duduknya yang menunjukan tempat itu sudah ditempatinya. Jika seseorang yang duduk bangkit dengan sendirinya, maka tidak masalah. Tapi tidak menempati tempat kosong yang pernah diduduki orang lain lebih utama sebagai bentuk sikap wara’.
(Sumber: Tuhfatul Kiram Syarh Bulughil Maram, Kitabul Jami’ Bab Adab, halaman: 587, karya Syekh. DR. Muhammad Luqman As-Salafi hafidzahullah, terbitan Darud Da’i Lin Nasyri Wat Tauzi’ Riyadh Bekerjasama dengan Pusat Studi Islam Al-Allamah Ibn Baz India, Tarjamah: Syamsuddin Al-Munawiy)