Senin, 29 Agustus 2011

KEBENARAN PASTI MENANG (KHUTBAH IDUL FITRI 1432 H)

Khutbah Idul Fitri 1432H

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْراً وَنَذِيْراً بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ مَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ رَشَدَ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَإِنَّهُ لاَ يَضُرُّ إَلاَّ نَفْسَهُ وَلاَ يَضُرُّ اللهَ شَيْئاً .
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ )
( يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ) 
( يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا )
أَمَّا بَعْدُ ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ .

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Lantunan takbir, tahlil dan tahmid kembali bergempita di pagi hari bahagia ini. Pertanda kemenangan dan sukacita setelah menyelesaikan ibadah puasa beserta ibadah lainnya di bulan Ramadhan. Sekalipun di lubuk hati masih tersisa kesedihan berpisah dengan bulan suci Ramadhan yang penuh berkah, namun kesempurnaan ibadah di bulan Ramadhan patut dirayakan pada hari ini sebagaimana perintah Allah Ta'ala:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ [البقرة : 185]

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” QS. al-Baqarah (02):185.
    Kesempurnaan ibadah pada bulan Ramadhan lalu juga diiringi dengan harapan yang penuh kepada Allah Rabb al-‘Izzah agar berkenan menerima segala yang telah dipersembahkan untuk-Nya berupa ibadah puasa, shalat tarawih, bacaan Alquran, zakat dan sedekah serta ibadah lainnya. Hanya pada-Nya tempat memohon dan segala harapan dipanjatkan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu
Kaum Muslimin yang Berbahagia,
    Bulan suci Ramadhan yang baru saja berlalu ini memberikan pelajaran-pelajaran berharga bagi kita semua, kaum muslimin. Di antaranya adalah sikap optimisme menghadapi permasalahan-permasalahan bangsa, bersama keyakinan yang kuat bahwa segala ketidakbenaran yang saat ini masih dominan pasti akan tersisih. Ibadah puasa dan shalat tarawih mendidik kita untuk bersabar menghadapi beratnya cobaan yang akan berujung pada kemenangan dan kebahagiaan.
Sepanjang tahun ini, kita disuguhi peristiwa-peristiwa yang memilukan hati khususnya sebagai anak bangsa. Kasus-kasus mega korupsi tidak pernah berhenti, bahkan mengguncang institusi-institusi penting di negara ini, sehingga menimbulkan kerusakan tatanan sosial bermasyarakat dan berbangsa. Sebutlah sebagai contoh, kasus Bank Century, kasus mafia pajak, kasus penggelapan dana nasabah salah satu bank swasta, hingga yang terbaru gonjang-ganjing kasus Nazaruddin dan mafia anggaran. Kecurangan dan manipulasi juga ikut menghiasi peristiwa yang disuguhkan, mulai yang terjadi di dunia politik, seperti pemalsuan surat Mahkamah Konstitusi, hingga yang terjadi di dunia pendidikan, seperti nyontek massal pada saat Ujian Nasional (UN). Kebenaran dan kebatilan yang dibolak-balik juga terjadi di bidang keagamaan, kerusuhan Cikeusik yang melibatkan jemaah Ahmadiyah dan masyarakat setempat digambarkan sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Pembelaan terhadap ajaran Islam yang dinodai oleh pemahaman menyimpang seperti yang dilakukan Ahmadiyah dan Syiah justru dianggap sebagai kekeliruan karena bertentangan dengan kebebasan beragama.
Peristiwa-peristiwa ini membuat sebagian masyarakat merasa pesimis menghadapi masa depan bangsa. Bayangan buram dari kondisi ini memunculkan rasa takut terhadap kemandirian negara, generasi pengusung kebenaran sekalipun bertambah namun tidak sebanding dengan derasnya arus kemungkaran. Kondisi politik yang dipenuhi intrik tidak baik dan fenomena partai politik yang saling memasung antara satu dengan yang lain, penegakan hukum yang tidak tegas dan terkesan tebang pilih, keadaan sosial dan kesejahteraan masyarakat yang mengalami ketimpangan, tak pelak menjadikan sebagian tokoh negeri ini khawatir akan nasib anak bangsa yang seakan-akan tetap didominasi oleh ketidak adilan dan ketidak jujuran.
Tetapi apapun yang terjadi, sifat pesimis dan ketakutan tidak boleh menenggelamkan rasa percaya dan optimisme kita semua akan tegaknya kebenaran atau membenamkan rasa yakin kita akan datangnya janji Allah Ta'ala . Tegaknya nilai-nilai kejayaan dan kejujuran adalah suatu keniscayaan, kebenaran pasti akan datang dengan segala cahayanya sekuat apapun pengusung kebatilan menyembunyikannya. Optimisme adalah sifat orang beriman, kekuatan husnu zhan (prasangka baik) kepada Allah  Ta'ala menjadi pondasi buat membangun kepercayaan diri agar berbuat yang terbaik dan menyingkirkan bayang-bayang kemunduran.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu
Kaum Muslimin yang Berbahagia,
Sifat optimis akan tegaknya kebenaran diajarkan oleh Alquran dan sunnah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Di antaranya adalah firman Allah Ta'ala:
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ [الصف : 8]

“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahayaNya meskipun orang-orang kafir benci.” QS. al-Shaf (61):8
Derasnya upaya pengusung kebatilan buat memadamkan cahaya kebenaran tidak akan membuahkan hasil sedikitpun kecuali hanya pada sementara waktu. Kebenaran nampak redup ibarat lilin tertiup angin malam, terbawa ke kiri dan kanan hingga akhirnya kembali ke posisi tegaknya dengan lebih kokoh. Kesempurnaan cahaya kebenaran tidak akan terhalangi oleh kabut kegelapan seberapapun tebalnya. Allah Ta'ala  menguatkan orang-orang beriman dengan ayat ini agar meyakini kemenangan kebenaran dalam pertarungannya melawan kebatilan.
Pada ayat lain, Allah Ta'ala berfirman:
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ [يوسف : 21]

“Dan Allah berkuasa terhadap urusanNya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” QS. Yusuf (12):21
    Kebenaran datang dari Allah  Ta'ala dan Dia berjanji dalam ayat ini bahwa kebenaran pasti menang meskipun orang tidak meyakininya. Allah tidak pernah dan tidak mungkin mengingkari janjiNya. Suatu pelajaran optimisme yang kuat buat menghilangkan segala keraguan akan dominasi kebatilan atas kebenaran pada saat seperti sekarang ini.
    Dalam hadis yang dikeluarkan oleh Imam al-Thabrani disebutkan kisah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam pada saat menggali parit dalam peristiwa Perang Ahzab atau Perang Sekutu, menghadapi tekanan kuat kaum sekutu yang dipelopori oleh Suku Quraisy dan mengepung Kota Madinah. Di tengah penggalian parit yang akan menjadi penghalang kaum sekutu untuk masuk menerjang Kota Madinah, terdapat sebongkah batu karang yang besar menghalangi kelanjutan penggalian, hingga Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam turun tangan dan berusaha memecahkan batu itu. Pada pukulan pertama, terpancar percikan sinar yang tinggi dan terdengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dengan suara keras berkata: “Allahu Akbar, demi Allah (aku melihat) istana-istana Bangsa Romawi.” Dilanjutkan dengan pukulan kedua, kembali terpancar percikan sinar dan Rasulullah  shallallaahu 'alaihi wasallam berteriak: “Allahu Akbar, demi Allah (aku melihat) istana-istana bangsa Persia.” Kaum Munafik menimpali: “Ia menjanjikan kita (penaklukan) Bangsa Romawi dan Bangsa Persia padahal kita sedang berupaya mempertahankan kota ini dengan parit ?”.
    Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menanamkan ke dalam dada para sahabat pada saat itu sifat optimisme di tengah kondisi yang mencekam mereka sebagai warga Kota Madinah dan terkepung oleh pasukan kaum sekutu. Berpandangan jauh melampaui kondisi kekinian dan obsesi yang tinggi melebihi angan-angan memberikan hembusan kuat ke dalam diri akan keyakinan tegaknya kebenaran hanya tinggal menunggu waktu.
    Kebenaran pasti menang dan kebatilan akan tersisih seperti yang digambarkan oleh Allah Ta'ala di dalam Alquran, terjemahnya:
“Allah telah menurunkan air hujan dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus akan membawa buih yang mengembang. Dan dari logam yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada pula buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu. akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya, adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” QS. al-Ra’du (13):17
    Kebenaran memiliki kekuatan perubahan, kuatnya budaya jahiliyah di zaman dahulu berhasil diluluh-lantakkan oleh dakwah tauhid yang menjadi pondasi terkuat gerakan kebenaran. Kebenaran membawa manfaat bagi umat manusia, maka kebenaran ini akan kekal sekekal bumi dan langit. Kebenaran adalah cahaya seterang mentari, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat meredupkannya. Kebenaran datang dari Allah Ta'ala, maka jangan sekali-kali ragu atau khawatir terhadapnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu
Kaum Muslimin yang Berbahagia,
    Kebenaran akan tegak adalah suatu keniscayaan, namun dalam kehidupan dunia berlaku sunnatullah dan sunnatullah tidak mengalami perubahan. Segala yang diharapkan menang maka harus diperjuangkan, demikian pula dengan kebenaran ini, para pengusungnya mesti konsisten memperjuangkan nilai-nilainya. Sedikitnya ada dua sifat yang harus ada pada diri pengusung kebenaran, yaitu: kesungguhan dan kesabaran.
    Kesungguhan (al-jiddiyah) berarti memahami esensi kebenaran, menegakkan dan memperjuangkannya dengan penuh keseriusan. Berbuat yang benar secara jujur  meski mendapatkan rintangan atau menyampaikan nilai-nilai kebenaran sekuat-kuatnya sekalipun menemui tantangan dari orang banyak. Berlaku profesional (itqan) dalam memperjuangkan kebenaran dengan menjaga amanah dan menghindari sikap ceroboh atau menggampang-gampangkan urusan, juga menjadi bagian dari kesungguhan (al-jiddiyah) ini.
    Kesabaran menjadi sifat selanjutnya yang mesti ada dalam diri pengusung kebenaran. Kesabaran berwujud pada konsistensi (istiqamah) mengamalkan kebenaran dan memperjuangkannya tanpa pernah mengenal kata putus atau mundur sekalipun cobaan mendera bertubi-tubi. Keteladanan para rasul utusan Allah Ta'ala dan pengikut setia mereka (sahabat) dalam hal ini menjadi pelita. Beratnya cobaan, hingga dari orang terdekat sekalipun, tidak menyurutkan upaya setiap mereka menyampaikan risalah Ilahiyah ini dan menunjuki umatnya ke jalan yang diridhai Allah Ta'ala. Nasihat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam kepada para sahabat dalam berbuat kebenaran dan menyebarluaskannya adalah tidak tergesa-gesa. Bersabar dalam perjuangan menjadikan kebenaran sebagai warna dalam kehidupan masyarakat dan bersabar menunggu perubahan apabila upaya ke arah itu telah benar.
    Kedua sifat ini, kesungguhan dan kesabaran juga menjadi buah dari internalisasi (penanaman) Islam dalam diri setiap pribadi. Pembinaan pribadi (tarbiyah) yang lurus, terarah dan konsisten adalah proses penanaman nilai yang mesti diperhatikan. Kecemerlangan generasi sahabat Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam pada zaman keemasan Islam merupakan contoh hasil pembinaan yang dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam  secara konsisten. Generasi sahabat  berhasil menampilkan kebenaran yang integral dalam diri setiap mereka dan dengan konsistensi memperjuangkannya akhirnya kebenaran itu tegak dan dirasakan oleh masyarakat sebagai kesejahteraan.
Kondisi ini menjadi ajakan untuk mewarnai diri dan hidup kita dengan nilai-nilai kebenaran serta memperjuangkannya sepenuh hati secara terus menerus dan tanpa putus harapan. Optimisme diwujudkan dalam bentuk upaya yang berproses tanpa henti dan upaya itu dimulai dari diri kita masing-masing.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu
    Ajakan kepada para pejuang kebenaran dan ulama Islam, kami mengajak untuk bersatu dan bersama menyampaikan agama Islam dengan hikmah. Pelayanan kepada masyarakat dengan mengenalkan agama Islam kepada mereka adalah bagian dari amanah ilmu syar’i yang kita emban. Allah Ta'ala  memerintahkan untuk menyampaikan ilmu ini kepada semua umat manusia dengan jujur dan tidak menutupinya. Kebutuhan umat manusia terhadap ulama Islam tetap tinggi, karena hanya Islam yang dapat memberi jawaban terhadap permasalahan-permasalahan hidup mereka, olehnya itu penyampaian ilmu Islam secara sempurna dan mudah dipahami oleh masyarakat menjadi suatu tuntutan. Kejujuran dalam mengemban amanah dakwah juga berarti tidak berfatwa tanpa ilmu atau menjawab pertanyaan dengan mengada-ada tanpa memastikan dalil pendukungnya dari Alquran dan sunnah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam. Wahai para ulama Islam dan pejuang kebenaran, sikap bijak  dalam melakukan dakwah dan menyebarkan ilmu Islam dengan pondasi keikhlasan insya Allah dapat mengangkat derajat umat Islam kepada kedudukan yang lebih bermartabat.

    Seruan kepada penguasa, kami sebagai anak bangsa hanya menghendaki negara ini dikelola dengan penuh keadilan. Kebenaran dijunjung tinggi dan ditegakkan selurus-lurusnya, kebatilan diperangi dan tidak diberi tempat di tengah masyarakat. Keadilan ilahiyah yang merupakan tiang penegak kehidupan adalah jaminan kesejahteraan dan keamanan negeri. Keadilan ilahiyah ini telah pernah ditegakkan oleh pemerintah umat Islam pada zaman-zaman lampau, seperti yang dilakukan oleh ‘Umar bin ‘Abdul Azis dan Harun al-Rasyid hingga mampu memberikan kepada masyarakatnya tingkat kesejahteraan yang tinggi. Lembaran sejarah mengabadikan limpahan harta yang banyak pada zaman itu hingga tidak ada seorangpun yang mau menerima zakat dan sedekah, bahkan gudang penyimpanan bahan makanan milik negara tidak mampu menampung harta yang masuk. Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azis memerintahkan untuk menyebarkan bahan makanan itu ke segenap penjuru negeri buat dikonsumsi oleh hewan dan burung-burung yang beterbangan, seraya berseru: “Agar bangsa lain dapat menilai, tidak ada seekor burungpun yang menderita kelaparan di negeri kaum muslimin”. Kemiskinan sangat kurang dan kesejahteraan meningkat sebagai buah dari tegaknya keadilan dan kuatnya akar keimanan di tengah masyarakat.

    Nasihat kepada segenap orang tua, kami mengingatkan bahwa kebaikan dan keburukan bangsa ditentukan oleh kualitas generasi yang tumbuh di dalam rumah. Maka, jadilah orang tua yang membina anak-anaknya sebagai generasi yang saleh, mengenali Allah, Rasulullah dan agama Islam serta mencintainya dengan sepenuh hati. Peliharalah adab-adab Islam di dalam rumah tangga, segera menunaikan shalat begitu tiba waktunya, memakmurkan rumah tangga dengan bacaan Alquran dan tradisi menuntut ilmu, menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda. Rumah tangga adalah tempat pembinaan pertama setiap anak, maka mari menjadikan rumah tangga kita masing-masing sebagai madrasah unggulan.

Nasihat kepada kaum wanita, kemuliaan dan kehormatan seorang wanita ditentukan oleh iman dan rasa malu dalam dirinya. Agama Islam telah membimbing kaum wanita agar menjaga kemuliaannya dengan busana yang menutup aurat dan pergaulan yang sopan atas dasar rasa malu. Maka wahai kaum wanita muslimah, tutuplah aurat anda sekalian dengan jilbab dan pakaian muslimah, peliharalah rasa malu anda sekalian dengan iman dan pergaulan yang baik. Jagalah tuntunan agama Islam dalam setiap perkataan dan tingkah laku, janganlah mengumbar harga diri hingga mempermalukan orang tua, keluarga dan masyarakat. Tanamkan rasa bangga sebagai muslimah ke dalam hati dan berbuatlah yang terbaik buat umat Islam bukan seperti yang diinginkan oleh kaum feminis dengan seruan emansipasinya. Persamaan hak antara anda dan kaum lelaki di hadapan Allah adalah sebagai hamba yang diperintahkan beribadah, masing-masing sesuai kodrat dan fitrahnya. Wahai kaum wanita muslimah, jagalah shalat, banyaklah bersedekah dan hindarilah ghibah (menceritakan keburukan orang lain) serta mencela atau mengejek sesama.

    Nasihat kepada segenap generasi muda Islam, masa muda adalah waktu terbaik buat menuntut ilmu dan berkarya untuk kegemilangan hari esok. Tuntutlah ilmu yang bermanfaat setinggi-tingginya dan berbuatlah yang terbaik bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga buat bangsa, negara dan umat Islam. Manfaatkanlah waktu sebaik-baiknya dengan beribadah kepada Allah Ta'ala dan jangan disia-siakan dengan bersenda gurau tanpa manfaat atau dihabiskan dengan begadang malam di tempat-tempat maksiat.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi al-Hamdu
Kaum Muslimin yang Berbahagia,
    Menyambung ibadah dengan ibadah adalah suatu kemuliaan. Berpuasa di bulan suci Ramadhan telah berlalu, namun dianjurkan bagi setiap muslim untuk berpuasa di bulan Syawal ini sebanyak 6 hari. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالَ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ

Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu berpuasa 6 hari pada bulan Syawal, maka seakan-akan ia telah berpuasa setahun lamanya”.( HR. Muslim)
Pelaksanaannya dapat dilakukan berturut-turut atau berpisah-pisah. Bagi yang memiliki utang puasa Ramadhan, maka sebaiknya ia mengganti terlebih dahulu puasa itu, lalu berpuasa 6 hari bulan Syawal, kecuali jika waktu untuk berpuasa tidak mencukupi semuanya, maka dibolehkan berpuasa Syawal dan mengganti utang puasa Ramadhan pada bulan-bulan berikutnya.

Akhirnya, di hari yang mulia ini, marilah kita sekali lagi memuji dan bersyukur kepada Allah seraya menundukkan hati, pandangan dan wajah kita, berdo’a dan bermunajat kepada Allah Ta'ala.

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسوله الأمين و على آله وصحبه والتابعين،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُحْمَد وَنَشْكُرُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُشْكَر وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ فَإِنَّكَ أَنْتَ أَهْلُ الْمَجْدِ وَالثَّناَءِ ، رَبَّناَ ظَلَمْناَ أَنْفُسَناَ ظُلْماً كَثِيْراَ وَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لَناَ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْناَ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَحِيْم


Ya Allah, Engakulah Penguasa langit dan bumi, Penguasa dunia dan akhirat, kami datang kepadaMu di hari yang penuh berkah ini mengadukan beratnya dosa yang telah kami lakukan. Kami sadar bahwa nikmat pemberianMu belumlah dapat kami syukuri dengan sebenarnya, kami mengaku kesalahan kami lebih banyak dari kebaikan kami, namun kami yakin bahwa Engkau adalah Dzat Yang Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Penyayang, maka kami berharap kepada-Mu, Ya Allah ampunkanlah segala dosa dan kesalahan kami.

Ya Allah, Tuhan kami Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar, hanya kepada-Mu kami adukan beratnya kondisi kami saat ini, bimbinglah kami agar selalu berjalan di jalan-Mu, mendapat kasih sayang-Mu, menggapai cinta dan ridha-Mu. Ya Allah, kami adalah makhluk dan hamba-Mu yang selalu bergantung kepada-Mu, butuh akan rahmat dan petunjuk-Mu, Ya Allah kasihilah kami, tunjukilah kami ke jalan yang lurus.

Ya Allah, kedua ayah ibu kami adalah orang yang pertama kali berjasa kepada kami, memperkenalkan kami kepada-Mu, merawat, mendidik dan membimbing kami dengan penuh kesabaran, tak jarang airmata mereka tumpah karena ulah kami, Ya Allah tak ada yang mampu kami berikan kepada mereka kecuali seuntai doa kepada-Mu untuk mengampunkan kekhilafan dan kesalahan mereka, melimpahkan kasih sayang dan rahmat kepada mereka, ampunkan mereka yang telah wafat, bimbing dan tunjukilah mereka yang masih bersama kami dan jadikanlah kami orang yang mampu berbakti kepada mereka sesuai tuntunan-Mu, Engkaulah Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan Doa.

Ya Allah, kami sadar bahwa mengatur hajat hidup orang banyak tidaklah mudah, butuh kekuatan dan kesabaran, terkadang harapan berbuat kebaikan tidaklah berbuah kebaikan di kenyataan, Ya Allah tunjukilah para pemimpin kami kepada jalan-Mu yang lurus, bimbinglah mereka agar senantiasa berbuat adil dengan syari’at-Mu, tuntunlah mereka agar lebih sayang kepada masyarakatnya dan berilah kami semua kesabaran melewati segala cobaan yang engkau timpakan kepada kami lewat mereka.

Ya Allah berkahilah negeri kami ini dan seluruh negeri kaum muslimin dengan ketaatan kepada-Mu, yang akan mengundang curahan rahmat-Mu. Lindungilah negeri kami ini dan seluruh negeri kaum muslimin dari busuknya dosa dan pengingkaran atas syari’at-Mu. Ya Allah janganlah Engkau timpakan azab atas kami karena kezaliman sebagian orang di antara kami. Berikankanlah pemimpin-pemimpin kami keyakinan dan kemampuan untuk menjalankan syari’at-Mu, yang dengannya mereka membimbing kami menuju keselamatan di dunia dan di akhirat.

Ya Allah berkahi dan tuntunlah para ustadz dan guru-guru kami yang tak kenal lelah mengajar dan membimbing kami menggapai ridha-Mu, sucikanlah hati mereka, lapangkanlah rezki mereka, hindarkanlah mereka dari setiap marabahaya dan lindungilah mereka dari tipu daya dan makar musuh-musuh-Mu.

Ya Allah, di sini di hari ini kami bergembira, hati kami dipenuhi rasa suka dan cita, namun sepenggal hati kami ini pula diselimuti duka dan kesedihan bila mengingat ada sebagian saudara kami di sana tak mampu seperti kami merayakan hari ini, mereka terusir dari tanah tempat tinggal mereka, terkekang oleh tirani jahat yang tak pernah rela akan agamaMu, terintimidasi oleh kekuatan zalim yang gemar keangkuhan dan kepongahan, atau terkungkung dalam kemiskinan dan kelaparan, di Irak, di Afghanistan, di Palestina dan di Somalia ! Ya Allah curahkanlah pertolongan-Mu pada kami dan saudara-saudara kami di Pelestina, Irak dan Afghanistan, yang berjuang dan mempertaruhkan nyawa demi keagungan tauhid-Mu, yang rela terpenjara di negerinya sendiri demi mempertahankan agama dan kehormatannya. Ya Allah bebaskanlah masjid al-Aqsha dari penjajahan musuh-musuhMu. Ya Allah turunkanlah rahmat dan berkah-Mu kepada saudara-saudara kami di Somalia, curahkanlah kasih sayang-Mu buat mereka dan cukupilah mereka dengan rezki dan karunia dari-Mu.

Ya Allah, masukkanlah rasa gembira ke dalam hati saudara-saudara kami sebagaimana yang Engkau berikan kepada kami walaupun hanya setetes, sampaikanlah kepada mereka bahwa sukacita kami hari ini dikabungi duka nestapa mereka, Ya Allah hanya kepada-Mu kami adukan besarnya kezhaliman musuh-musuh-Mu atas saudara-saudara kami, balaslah mereka dengan balasan setimpal, hancurkanlah kekuatan mereka dan timpakanlah atas mereka apa yang telah mereka timpakan atas kami, Ya Allah Engkaulah satu-satunya Penolong dan Pelindung kami.

Ya Allah, Dzat Yang Maha Mengabulkan Doa, terima dan kabulkanlah segala amal ibadah kami di bulan Ramadhan lalu dan berikanlah kami kekuatan untuk mempertahankan amal ibadah tersebut di bulan ini dan bulan-bulan selanjutnya. Kabulkanlah doa kami ini Ya Allah, penuhilah permintaan kami ini, kamilah hamba-Mu yang lemah, harapan kami hanya kepadaMu, Engkau Maha Mendengar, Engkaulah Penguasa satu-satunya Yang Haq, Engkaulah sebaik-baik Pemberi yang diharap.

اللَّهُمَّ رَبَّناَ لاَ تُزِغْ  قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ،
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .

Senin, 22 Agustus 2011

TUNTUNAN PUASA


Sebagaimana diajarkan Rasulullah


KEUTAMAAN RAMADHAN DAN HUKUM PUASA

Definisi Puasa
Ibadah kepada Allah Ta’ala dalam bentuk meninggalkan sesuatu yang membatalkan (puasa) sejak terbit fajar hinga terbenam matahari.

Hukum Puasa

Puasa Ramadhan merupakan salah satu kewajiban setiap muslim yang baligh, berakal, mampu melakukannya dan menetap (tidak sedang bepergian).
Allah Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Rasulullah bersabda:
“Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tidak ada ilah (Tuhan yang disembah) kecuali Allah dan (bersaksi) bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah, Mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa bulan Ramadhan dan pergi haji ke Baitullahil Haram.”
(Muttafaq alaih)

Keutamaan Bulan Ramadhan Dan Ibadah Puasa

1. Al-Qur’an diturunkan didalamnya.

Allah Ta’ala berfirman:
“Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan bathil) (QS. Al-Baqarah: 185)

2. Di dalamnya terdapat Lailatul Qadar.
Firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan( Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al-Qadar : 1-3)

3. Terkabulnya do’a orang yang berpuasa.
Rasulullah bersabda:
“Ada tiga do’a yang dikabulkan: Do’a orang yang berpuasa, doa orang yang dizhalimi dan doa orang yang safar.” (Riwayat Baihaqi)
4. Para setan diikat, semua pintu surga dibuka, dan semua pintu neraka di tutup.
Rasulullah bersabda:
“Jika datang bulan Ramadhan, semua pintu surga dibuka, dan semua pintu neraka di tutup dan Para setan diikat.” ( Riwayat Ahmad)
5. Puasa adalah sarana menjaga kesucian diri (‘Iffah)
Puasa sangat besar pengaruhnya dalam menjaga anggota badan (dari perbuatan maksiat) dan memberikan kekuatan batin. Karena itu Rasulullah bersabda:
“Wahai para pemuda, siapa diantara kalian yang sudah mampu, maka menikahlah, karena menikah dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Siapa yang tidak mampu (menikah), maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa merupakan pelindung.” (Muttafaq alaih)
6. Puasa sebagai pelindung dari neraka.
Rasulullah bersabda:
“Puasa adalah tameng, orang yang sedang berpuasa berlindung dengannya dari api neraka.” (Riwayat Ahmad)
7. Puasa merupakan sebab masuk surga
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah : “Ya Rasulullah tunjukkanlah kepada ku perbuatan yang dapat memasukkan aku ke syurga.” Maka beliau bersabda:
“ Hendaklah kamu puasa, tidak ada yang sebanding dengannya.” (Riwayat An-Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim)
8. Puasa dapat menjadi syafaat.
Rasulullah bersabda:
“Puasa dan Al-Qur’an menjadi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat. Puasa akan berkata: “ Yaa Rabb, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat, jadikanlah aku syafaat baginya.” Sedangkan Al-Qur’an berkata: “Ya Rabb, aku telah mencegahnya tidur pada waktu malam, jadikanlah aku syafaat baginya.” Allah berfirman: “ Mereka berdua dapat memberi syafaat.” ( Riwayat Ahmad dan Hakim).
9. Ar-Rayyan bagi orang yang berpuasa
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya di surga terdapat pintu yang bernama Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa, pada hari kiamat akan masuk dari pintu itu dan tidak ada seorang pun selain mereka yang masuk kedalamnya. Jika mereka telah masuk maka pintu itu di tutup dan tidak ada seorang pun yang masuk.” (muttafaq alaih)


10. Orang yang berpuasa diberi pahala tanpa batas
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya tuhan kalian berfirman: “ Setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat. Puasa adalah untukku dan akulah yang membalasnya” (Riwayat Tirmizi).
11. Puasa adalah ibadah yang tidak tampak kecuali Allah Ta’ala
Allah Ta’ala berfirman (Hadist Qudsi):
“Puasa untukku dan akulah yang akan membalasnya,dan meninggalkan syahwat dan makan hanya karena-Ku.”( Riwayat Muslim)
12. Puasa melahirkan ketaqwaan.
Allah ta’ala berfirman :
“wahai orang-orang yang beriman,telah diwajibkan kepada kalian bepuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.” (QS.Al-Baqarah: 183)
13. Bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dari aroma minyak kesturi. (Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah)
14. Ampunan bagi orang yang berpuasa atas dosa-dosanya yang lalu.
Rasulullah bersabda:
“Siapa yang puasa dibulan ramadhan dengan iman dan ikhlas maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (Muttafaq alaih)

Golongan manusia pada bulan Ramadhan
1. Muslim baligh, berakal dan menetap. Wajib baginya puasa jika dia mampu melakukannya dan tidak ada halangan padanya.
2. Anak kecil yang belum baligh. Tidak diwajibkan puasa baginya, akan tetapi orang tuanya supaya melatihnya berpuasa agar terbiasa.
3. Orang yang tidak mampu berpuasa karena sebab yang tetap, seperti orang tua atau orang sakit yang sudah tidak ada harapan lagi kesembuhannya.
4. Orang sakit yang diharapkan kesembuhannya. Jika berat baginya berpuasa, dia boleh berbuka dan menggantinya (qadha) setelah sembuh.
5. Wanita haid dan nifas.: Tidak boleh baginya berpuasa dan wajib mengganti puasa yang ditinggalkan (diwaktu lain).
6. Orang hamil dan menyusui. Jika berat baginya berpuasa karena hamil atau menyusui atau khawatir akan kondisi anaknya, dia dapat berbuka dan menggantinya tatkala keadaannya sudah pulih dan kekhawatirannya telah hilang.
7. Musafir. Dia dapat terus berpuasa atau berbuka sesuai keinginannya. Akan tetspi jika berat dan lelah maka berbuka lebih utama berdasarkan firman Allah ta’ala:
“ Allah menginginkan suatu kalian kemudahan dan tidak menginginkan untuk kalian kesusahan .” (QS. Al-Baqarah: 185)
Bagi yang berbuka, dia harus menggantinya, apakah safarnya sesaat seperti umrah atau tetep seperti sopir taksi.
8. Orang yang terpaksa berbuka karena harus menyelamatkan sesorang yang harus di selamatkan, seperti tenggelam atau terjebak kebakaran. Dia boleh berbuka namun, harus menggantinya suatu saat.


Bagaimana menyambut Ramadhan.?
1. Mensucikan diri sebelum bertemu dengan Ramadhan.
Hal tersebut dilakukan dengan bertaubat kepada Allah dari segala dosa serta meninggalkan maksiat.
Siapa yang durhaka kepada orang tuanya hendaklah dia berusaha meminta ridha keduanya. Siapa yang memutus silaturrahim hendaklah dia menyambungkan. Siapa yang biasa mendengar lagu-lagu dan musik, dia harus menghentikannya dan menggantinya dengan mendengarkan Al-Quran, siapa yang melakukan riba hendaklah dia menghentikannya dan tidak makan kecuali dari hasil yang halal. Setiap orang hendaklah mengoreksi lembaran kehidupannya sebelum Ramadhan tiba.
2. Menyusun agenda kegiatan yang akan dilakukan selama bulan Ramadhan.
Seorang pedagang yang cerdik saat perdagangan sedang ramai, dia akan menggunakan kesempatan tersebut sebaik-baiknya. Maka begitu jugalah seharusnya seorang muslim, dia menyusun agenda kegiatan yang terpadu dalam rangka beramal shaleh dan dilakukannya dengan disiplinselama bulan rmadhan sehingga dia dapat mngambil keuntungan yang terdapat didalamnya, disamping, hal tersebut juga memudahkannya untuk melakukan intropeksi dipenghujung bulan mulia yang berlalu hanya sekali setahun itu.
3. Berdoa dengan penuh permohonan
Semoga Allah memberinya kemudahan dalam melakukan puasa, beribadah didalamnya serta melakukan setiap perbuatan yang diridhoi-Nya dan dijauhkan dari segala sesuatu yang dapat merusak puasanya, atau mengurangi pahalanya.
Rasulullah bersabda: “Doa adalah ibadah.”
4. Saat Melihat Hilal ( bulan tgl satu Hijriah)
Saat melihat Hilal hedaklah seorang muslim mengucapkan:




“ Ya Allah tampakkanlah bulan tanggal satu itu dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan islam, tuhanku dan tuhanmu adalah Allah, (semoga) hilal tersebut (pertanda) petunjuk dan kebaikan.” (Riwayat Tirmizi).


Yang membatalkan puasa
1. Jima’ (bersetubuh)
Orang yang bersetubuh pada siang hari bulan Ramadhan, puasanya batal dan dia wajib mengqadha (mengganti)-nya, dan juga wajib membayar kaffarat (denda) yang berat,yaitu: memerdekakan budak beriman, jika tidak mampu, wajib berpuasa selama dua bulan berturut-turu, jika dia tidak mampu maka dia harus member makan enam puluh orang miskin.
2. Makan dan minum
Adapun bentuk makan dan minumnya.
3. Melakukan suntikan yang mengandung zat makanan.
4. Keluarnya darah haid dan nifas
5. Mengeluarkan darah.
Adapun keluar darah dengan sendirinya, seperti mimisan, tidak membatalkan.
6. Muntah dengan sengaja
Jika muntah tanpa sengaja tidaklah membatalkan.
7. Keluar mani dalam keadaaan terjaga.
Misalnya: onani, bercumbu, mencium atau semacamnya. Jika keluar mani ketika tidur, tidaklah membatalkan.

Syarat-syarat batalnya puasa
1. Mengetahui hukumnya
Jika sesorang melakukan perbuatan yang membatalkan karena ketidaktahuannya maka tidaklah membatalkan. Berdasarkan Allah ta’ala



“Dan tidaklah ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padnya ,tetapi yang (ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu.” (QS. Al-AHzab: 5)
2. Sadar
Jika seseorang lupa melakukan perbuatan yang membatalkan, maka puasanya sah dan dia tidak perlu mengqadhanya.
3. Kehendak sendiri
Jika seseorang dipaksa (untuk berbuka) maka puasanya sah dan tidak mengqadha, sebagaimana hadist Rasulullah
Sesungguhnya Allah melampaui (mengampuni ummatnya yang kesalahan, lupa dan yang terpaksa.”
(Riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi. Imam Nawawi menyatakan hadist ini Hasan).

Diantara hukum-hukum puasa
1. Wajib melakukan niat pada malam harinyasebelum terbit fajar.
Jika telah jelas telah masuk bulan Ramadhan, maka wajib baginya bagi setiap muslim yang baligh untuk berniat pada malam harinya.
Rasulullah bersabda:
“siapa yang tidak niat berpuasa sebelum fajar maka tidak ada puasa baginya.
(Riwayat Abu Daud, Ibnu Khusaimah, Baihaqi, Nasa’I, dan Tirmizi)
Niat tempanya dalam hati dan tidak diucapkan.
2. Keutamaan sahur dan mengakhirkannya.
Rasululah telah memrintahkan sahur untuk membedakan antara puasanya kita dengan ahli kitab.
Beliau bersabda :
“Yang membedakan antara puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.”
(Riwayat Muslim)
Disunahkan mengakhirkan sahur hingga beberapa saat sebelum fajar.
Terdapat riwayat dari Zaid, dia berkata:
“Kami sahur bersama nabi, setelah itu kami bangkit untuk melaksanakan shalat. Beliau ditanya: “berapa lama jarak antara azan dan sahur?.” Dia menjawab: “sekedar ( membaca) lima puluh ayat.” (muttafaq alaih)
3. Puasa bukan sekedar menahan makan dan minum.
Puasa juga berarti (menahan) anggota badan dari setiap perbuatan dosa. Maka sebagaimana makan dan minum membatalkan puasa, begitu juga perbuatan dosa dapat menghapus pahala dan merusak nilai puasa hingga menjadikannya bagaikan orang yang tidak berpuasa.
4. Disunahkan bersiwak saat berpuasa.
Rasulullah bersabda:
“Seandainya tidak memberatkan ummatku, niscaya akan aku perintahkan ummatku untuk bersiwak setiap hendak berwudhu.” (Muttafaq alaih)
Hadist ini tidak mengkhususkan puasa dari yang lainnya. Oleh karenanya ini merupakan dalil bahwa siwak tetap disunahkan bagi orang yang berwudhu atau setiap hendak shalat. Baik dia sedang puasa atau tidak, dan sifatnya umum untuk semua waktu, baik sebelum waktu zuhur ataupun sesudahnya.
5. Tidak bersungguh-sunguh memasukkan air kedalam hidung(ketika berwudhu).
Rasulullah bersabda:
“Bersungguh-sungguhlah memasukan air kedalam hidung(ketika berwudhu) kecuali jika kamu dalam keadaan puasa.”
(Riwayat Tirmizi, Abu Daud, Ibnu Majah,An- nasa’I, dengan Sanad yang Shahih).
6. Sah puasa orang waktu masuk shubuh dalam keadaan junub (berhadast besar)
“Pernah terjadi pada Rasulullah, beliau memasuki waktu fajar dalam keadaan junub setelah mendatangi istrinya, kemudaian beliau mandi setelah fajar dan meneruskan puasanya.” (Muttafaq alaih)
7. Mempecepat ifthar (berbuka puasa)
Ifhtar hendaknya dilakukan saat matahari terbenam. Adanya mega yang sangat merah di ufuk bukanlah halangan untuk mempercepat ifthar.
Hal ini merupakan sunnah Rasulullah , karena beliau bersabda :
“Ummatku akan selalu berada dalam sunnahku selama dia tidak menunggu bintang-bintang(waktu malam )untuk berbuka.” ( Riwayat Ibnu Hibban).
8. Memberi makan berbuka puasa.
Hendaknya setiap orang berupaya untuk memberikan makan bagi orang yang hendak berbuka, karena didalamnya terdapat pahala yang besar dan kebaikan yang banyak
Rasulullah bersabda:
“Siapa yang memberi makan orang yang berbuka puasa maka baginya (pahala puasa) orang itu, tanpa mengurangi pahala orang yang puasa tersebut.”
(Riwayat Ahmad, Tirmizi dll)
9. “Adalah Rasulullah dahulu berbuka dengan beberapa ruthab (korma muda) sebelum shalat. Jika tidak ada, maka dengan beberapa tamr (korma matang). Jika tidak ada, maka dia minum beberapa teguk air.” (Riwayat Shahih Dari Ahmad, Abu Daud, Ibnu Khuzaimah)
Jika berbuka beliau membaca :


“Telah hilang dahaga dan urat-urat telah basah dan pahala telah tetap insya Allah.”
Ketika berbuka perbanyaklah berdoa, karena berdoa pada saat itu doa akan terkabul (mustajabah).Rasulullah bersabda:



“Ada tiga golongan yang doanya tidak ditolak: orang yang puasa saat dia iftor (berbuka), imam yang adil, doa orang dizholimi.” (Riwayat Tirmizi dan Ibnu Majah)

Perbuatan yang tidak membatalkan puasa.
 Melakukan periksa darah dan suntik yang tujuannya untuk tidak memasukkan zat makanan. Semua itu tidaklah membatalkan.
 Mencicipi masakan. Dengan syarat tidak sampai masuk kedalam tenggorokan.
Terdapat riwayat dari Ibnu Abbas : “ tidak mengapa mencicipi cuka atau sesuatu disaat dia sedang puasa selama tidak masuk ke tenggorokannya.”
 Boleh menggunakan celak mata atau tetes mata atau semacamnya yang dimasukkan kedalam mata. Hal tersebut tidak membatalkan puasa, baik orang tersebut merasakan ditenggorokan nya atau tidak.
 Boleh menuangkan air dingin iatas kepala atau mandi dengannya.
Terdapat riwayat dari Rasulullah bahwa:
“Beliau menuangkan air keatas kepalanya saat dia sedang puasa karena kehausan atau kepanasan.”
(Riwayat Abu Daud dan Ahmad)


Perbuatan yang harus dijauhi saat berpuasa
 Berkata dusta
Rasulullahshallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka tidak ada bagi Allah ta’ala nilainya dia meninggalkan makanan dan minumannya.” (Riwayat Bukhari).
 Berbuat sia-sia dan berkata kotor.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:


“Puasa bukan hanya (menahan) makan dan minum saja,akan tetapi puasa juga (menahan diri) dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor.”
(Riwayat Ibnu Khuzaimah dan Hakim)
Oleh karena itu terdapat ancaman yang berat bagi mereka yang melakukan hal tersebut, yaitu mereka yang akan digolongkan orang-orang yang Rasulullah katakan dalam hadistnya:


“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun yang dia dapatkan dari puasanya hanya lapar dan dahaga.”
(Riwayat Ibnu Majah,Ad-Darimi, Ahmad dan Baihaqi dengan Sanad yang Sahih)


(Alih Bahasa : Abdullah Haidir)

Minggu, 21 Agustus 2011

INILAH SALAFI SEJATI


OLEH :
YANG MULIA SYEKH ABDUL AZIZ BIN BAZ
DAN HAIAH KIBARUL ULAMA

Ada di antara para da'i (ustadz) dan tbalibul ilmi (Santri) pada hari ini yang menyangka bahwa hanya dengan mengaku atau membubuhi namanya dengan kata salafi dia sudah termasuk bagian dari salafiyin. Bahkan yang lebih memprihatinkan mengira kalau dirinya menjadi ukuran bagi kesalafan orang lain. Nilai seseorang tidak diukur dengan pengakuan, namun dengan kenyataan dan prilaku dan sepak terjang serta bagian yang diperankan. Jadi banyak orang yang masih sebatas pengakuan, bukan sampai pada tingkat kenyataan. Yang lebih ironis, justru orang-orang yang menapaki jalan salafus shalih malah tidak selamat dari mereka. Dan sesungguhnya, perkara yang merupakan kekurangan mereka pada hari ini adalah adab, alkhlak yang mulia, hati yang tulus dan baik sangka. Allah merahmati orang yang mau muhasabah terhadap dirinya. Semoga Allah mcniadikan kita sebagai golongan yang selamat. Aamiin.

Lajnah Daimah (komite tetap) untuk riset.ilmiah dan fatwa telah melihat surat yang masuk kepada yang mulia Mufti 'Amm Fadhilatus Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baz yang berasal dari seorang peminta fatwa, yaitu Muhammad bin Hasan Alu Dzubyan, yang dialihkan oleh sekjen Haiat Kibar Ulama –yang bernomor 3134, tertanggal T Rajab 1414 H- kepada Lajnah Daimah.
Penanya meminta fatwa dengan pertanyaan sebagai berikut:

"Kami mendengar dan mendapati orang-orang yang mengaku bahwa mereka adalah bagian dari salafiyah, sementara kesibukan mereka adalah mencela para ulama, serta menuduh mereka sebagai ahli bid'ah. Seakan-akan lisan-lisan mereka tidaklah diciptakan kecuali hanya untuk sikap seperti ini. Mereka berkata: "Kami adalah salafi." Pertanyaannya adalah mudah-mudahan Allah senantiasa menjaga anda.

"Apakah sebenarnya maksud dari salafiyah yang sesungguhnya itu? Dan bagaimana sikap salafiyah terhadap kelompok-kelompok lslam yang ada sekarang ini?"
Mudah-mudahan Allah membalas anda, kami dan segenap kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar do'a."
Setelah Lajnah Daimah yang diketuai oleh Yang Mulia Syaikh bin Baz mempelajari pertanyaan tersebut, Lajnah menjawab:

"Jika keadaannya memang seperti apa yang telah disebutkan, maka sesungguhnya mencela para ulama, dan melemparkan (tuduhan) kebid'ahan terhadap mereka serta menuduh-nuduh mereka adalah cara yang membinasakan, bukan termasuk cara salaf yang terbaik dari umat ini. Sesungguhnya kesungguhan salafus shalih adalah berdakwah kepada al-Kitab dan as-Sunnah,dan berdakwah kepada apa-apa yang didakwahkan para sahabat dan para ta'bi'in yang mengikuti mereka dengan baik dengan ihsan (berbuat baik), dengan penuh hikmah, mauizhah (nasihat) yang baik, serta berdebat dengan cara yang baik pula. Dengan disertai oleh kesungguhan jiwa untuk mengamalkan apa yang mereka dakwahkan kepada setiap hamba. Serta dengan konsisten memegang teguh apa yang telah diketahui secara pasti dari agama lslam, yang berupa ajakan untuk bersatu, saling tolong menolong di atas kebaikan, menyatukan kalimat kaum muslimin di atas kebenaran, menjauh dari perpecahan dan sebab-sebabnya yang berupa saling curiga, saling benci dan saling hasud, serta menahan diri dari ketergelinciran di dalam kehormatan kaum muslimin serta melemparkan anggapan-anggapan dusta dan sebab-sebab semacamnya yang menimbulkan perpecahan kaum muslimin serta menjadikan mereka berkelompok-kelompok yang sebagiannya melaknat sebagian yang Iain, dan sebagiannya memerangi sebagian yang lain.
Allah berfirman:

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."(QS. Ali imran: 103)
Dan telah valid dari Nabi bahwa beliau bersabda:
"Janganlah kalian kembati kufur setelah aku, sebagian kalian memukul leher sebagian yang lain." (HR. bukhari muslim)
Ayat-ayat dan hadits Nabi yang mencela perpecahan beserta sebab-sebabnya sangatlah banyak.
Oleh karena itulah, melindungi kehormatan kaum muslimin dan menjaganya adalah termasuk sesuatu yang secara pasti diketahui sebagai bagian dari islam. Maka melanggarnya, dan menjerumuskan diri di dalamnya adalah diharamkan. Keharaman tersebut semakin menjadi keras Saat orang dijerumuskan adalah para ulama, dan orang yang manfaatnya besar bagi kaum muslimin. Hal ini berdasarkan nash-nash dua wahyu yang mulia yang telah mengagungkan
kedudukan mereka. Diantaranya adalah Allah telah menyebut .mereka sebagai saksi atas l ketauhidan Allah Subhanahu Wa Ta'ala . Allah berfirman:
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.,(QS. Ali lmran: l8)

Menjerumuskan diri berbicara tentang para ulama tanpa hak, dengan membid'ahkan mereka, menfasiqkan, mendiskriditkan, dan merendahkan mereka adalah termasuk kezhaliman dan dosa yang teragung, dan itu termasuk di antara sebab-sebab fitnah, menghalangi kaum muslimin dari mengambil ilmu mereka yang
bermanfaat, juga menghalangi mereka dari mengambil kebaikan serta petunjuk yang mereka bawa.
Ini akan mendatangkan bahaya besar terhadap penyebaran syariat yang suci, karena jika pembawa syariat ini dicela, maka itu akan berpengaruh kepada apayang dia bawa.
Maka pada sikap seperti ini terdapat penyerupaan dengan cara ahlul bid'ah yang terjerumus pada pembicaraan buruk tentang para sahabat. Sementara para sahabat Rasulullah adalah saksi nabi umat ini atas syariat Allah
yang telah beliau sampaikan.Maka jika yang bersaksi disakiti (dinodai), berarti yang disaksikanpun juqa di sakiti (dinodai).
Maka yang wajib atas setiap muslim adalah konsisten dengan Adab-adab lslam, Petunjuk dan syariatnya Hendaknya dia menahan lisannya dari Perkataan keji dan menjerumuskan diri dalam membicarakan kehormatan Para ulama bertaubat kepada Allah dari perbuatan tersebut, serta membersihkan diri dari berbuat zhalim kepada Para hamba Allah Akan tetap jika sebuah kesalahan terjadi Pada diri seorang 'alim, maka kesalahan tersebut tidaklah menghabiskan ilmu yang dimilikinya' Yang wajib pada. saat mengetahui kesalahan adalah kembali kepada ahli ilmu yang diakui kapasitas keilmuan' agama dan kesalahan i'tiqadnya' Hendaknya seseorang tidak memasrahkan dirinya kePada setiap orang yang menghembuskan dan menjalarkan (fitnah) hingga menuntunnya kepada kehancuran dari arah Yang tidak disadarinya' Wabillahit taufiq washallallahu'ala nabiyyina muhammadin wa aalihi washahbihi wasaIIam' .

Pada kasus Yang sejenis, Yang Mulia Syaikh lbn Bazz berkata:
"Yang saya nasehatkan kepada mereka, saudara-saudara Yang membicarakan kehormatan Para da'i dan menzhaliminya agar mereka bertaubat kepada Allah dari apa yang mereka tulis atau mereka ucapkan, dari hal-hal yang menyebabkan rusaknya hati sebagian Pemuda, dan mengisi
mereka dengan rasa benci dan dengki, menyibukkan mereka dari mencari ilmu yang bermanfaat, dari dakwah kepada Allah dengan katanya dan katanya, dan pembicaraan tentang fulan-dan fulan, serta mencari-cari apa yang mereka anggap sebagai kesalahan bagi orang lain, menjaring dan memaksa-maksa.
Sebagaimana saya nasehatkan agar menebus apa yang telah mereka lakukan dengan tulisan atau lainnya yang dapat membuat diri mereka terbebas dari perbuatan ini dan menghapus dari benak orang-orang yang pernah mendengarkan ucapan mereka, dan hendaknya menghadap fokus pada amal-amal yang produktif yang dapat mendekatkan diri kepada Allah dan bermanfaat bagi para hamba. .Hendaklah mereka takut untuk tergesa-gesa, dalam menyebut vonis kafir atau fasiq atau bid'ah tanpa bukti nyata dan hujjah. Rasul telah bersabda:
"Barang siapa mengatakan kepada saudaranya: Wahai kafir '' maka kalimat itu pasti kembali kepada salah satu dari keduanya." (HR. Bukhari-Muslim)
(sumber:majalah Qiblati edisi 11 Tahun III 1429 H)

Sabtu, 20 Agustus 2011

Waktu Seorang Muslim Pada Bulan Ramadhan


Waktu seorang Muslim umumnya sangat berharga, dan pada bulan Ramadhan lebih berharga dan lebih mahal. Oleh sebab itu, wajib mengingatkan beberapa hal terkait dalam memanfaatkan waktu di bulan ini.

Pertama: Sebuah kesalahan ketika oleh sebagian orang begadang sepanjang malam pada bulan Ramadhan. Seseorang hendaknya membagi waktu malamnya untuk tidur, karena tidur malam tidak sama dengan tidur siang. Sebab satu atau dua jam yang dipakai untuk tidur oleh seseorang di waktu malam tidak akan tergantikan oleh istirahat di waktu yang lain.

Kedua: Seorang Muslim selayaknya mengisi waktunya pada bulan Ramadhan dengan membaca al-Quran. Entah membaca melalui mushaf atau dari hafalan. Membaca di masjid, rumah, mobil dan tempat lain yang memungkinkan. Hendaknya ia bersungguh-sungguh menamatkan bacaan al-Quran setiap tiga hari, atau setiap pekan, atau paling minimal menamatkan satu kali selama bulan Ramadhan ini, meskipun hal ini termasuk kelalaian yang jelas.

Ketiga: Pentingnya meninggalkan permainan (perkara) sia-sia. Sebab sebagian pemuda berkumpul selepas shalat tarwih –kalau mereka shalat- untuk begadang. Mereka berbagi cerita,bahkan majelis tersebut didominasi oleh senda gurau, canda tawa, bahkan mereka terjerumus ke dalam ghibah dan namimah, perkataan dusta dan semacamnya. Semua ini tidak pantas bagi seorang Muslim pada seluruh waktunya apalagi pada bulan ini. Sungguh kerugian besar bila seorang hamba berbuat baik, kemudian ia rusak sendiri dengan kemaksiatan dan dosa.

Keempat: Sebagian pemuda menganggap bulan Ramadhan sebagai kesemptan bermain dan bersenda gurau. Anda saksikan sebagian mereka setelah shalat Isya atau tarwih pergi bermain bola. Mereka menghabiskan seluruh malamnya dengan bermain sepanjang malam sampai waktu sahur. Mungkin sebagian mereka bergembira dengan kedatangan Ramadhan karena kesempatan tersebut.

Saya tidak bermaksud melarang berolahraga, asal dilakukan sesuai kadar (porsi) yang masuk akal. Tetapi aku tidak ragu untuk mengatakan bahwa menghabiskan seluruh malam untuk permainan merupakan kelalaian dan menyia-nyiakan waktu. Tidurnya seseorang pada pada malam hari jauh lebih baik dari keadaan para pemuda yang menghabiskan atau melawati malamnya dengan perkara yang tidak bermanfaat, entah dengan main bola, nonton TV yang menayangkan wanita, musik ,dan sinetron yang merusak. Dimana tidak sepantasnya bagi orang yang menghargai waktunya untuk menghabiskan waktunya dalam perkara tersebut, sehingga ia rugi karena tidak mendapat pahala dan justru berdosa.

Kelima: Sebagian pemuda menghabiskan waktu siangnya untuk tidur.Hal ini disebabkan oleh buruknya manajemen waktu harian mereka dan kelalaian mereka untuk menambah kebaikan pada musim yang mulia ini.
Mereka begadang sepanjang malam kemudian usai shalat subuh mereka pergi balapan liar dengan berkumpul di pinggir jalan-jalan. Andaikan mereka duduk di masjid setelah shalat subuh sampai matahari terbit setinggi tombak, kemudian shalat dua rakaat sehingga dia memperoleh pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, dan sempurna. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Saya ulangi, mereka pergi balapan, tertawa dan bersenda gurau, kemudian saat matahari telah meninggi mereka pergi tidur sampai datang waktu bekerja atau belajar mereka beranjak dengan perasaan berat.Setelah selesai jam belajar dan berkantor ia langsung lemparkan badannya ke kasur sampai terbenam matahari.
Ini adalah masalah yang krusial. Kaum Muslimin wajib memeprhatikan hal ini.Jika seseorang butuh untuk menghabiskan sebagian hari di siang hari bulan Ramadhan pada tempat kerja atau sekolah, maka ia harus mengkhususkan sebagian waktu malamnya untuk tidur, agar dapat menghadiri shalat berjama’ah, lalu siangnya untuk membaca al-Quran dan taqarrub lainnya.
Dan sangat disayangkan, sebagian pegawai ketiduran pada jam kantor, juga para pelajar tidur pada jam belajar. Apakah seorang pegawai digaji hanya untuk tidur di kantor? Ataukah untuk melayani kepentingan publik dan kemaslahatan kaum Muslimin?

Tak dapat dipungkiri bahwa ia digaji untuk menunaikan tugas yang dibebankan kepadanya,maka ia tidak boleh tidur pada jam kerja. Meskipun kebanyakan pegawai –alhamdulillah- tetap merasakan tanggungjawab dan kewajibannya serta bermuamalah (interaksi) dengan baik bersama kaum Muslimin pada setiap waktu khususnya di bulan Ramadhan. Tetapi hal ini tidak menghalangi kita untuk mengingatkan kesalahan yang dilakukan oleh segelintir orang. Dan Allah menunjuki yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.(sym)
(Disalin dari Kitab Duruus Ramadhan,Waqafaat Lish Shaaimiin)

Jumat, 19 Agustus 2011

Bersiwak (Sikat Gigi) Saat Puasa


Siwak disyariatkan pada seluruh waktu, khususnya pada waktu yang dianjurkan untuk melakukannya, yaitu pada enam waktu:
1.Sebelum shalat
2.Sebelum berwudhu
3.Sebelum masuk rumah
4.Saat bangun tidur
5.Sebelum membaca al-Quran
6.Ketika terjadi perubahan bau mulut
Dalil-dalil tentang hal ini sangat banyak, diantaranya hadits Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Andai tidak khawatir menyulitkan umatku, niscaya kuperintahkan mereka bersiwak setiap akan shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam Kitab al Muwatha, haditsnya berbunyi, “Andai tidak khawatir menyulitkan /memberatkan umatku, nisacaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap akan berwudhu (sebelum berwudhu).’’ (Muwatha 1/66).
Hadits lain, perkataan Aisyah Radhiyallahu ‘anha ketika ditanya, “Apa yang mula-mula dilakukan oleh Nabi ketika memasuku rumahnya? Bersiwak.” jawabnya (HR. Muslim).
Sedangkan Hudzaifah menceritakan, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam jika bangun malam membersihkan mulutnya dengan siwak (HR. Bukhari Muslim).
Dalil lain adalah sabda Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, “Siwak itu mensucikan mulut dan mendatangkan keridhaan Rab.” (HR Ahmad,Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah). Dan masih ada dalil-dalil lain tentang siwak.
Maka sepantasnya seorang Muslim senantiasa bersiwak setiap saat, khususnya pada waktu-waktu yang enam ini. Tentu ini berlaku di dalam dan di luar bulan Ramadhan. Sebab, pendapat yang benar adalah siwak disyariatkan kepada orang yang berpuasa sebelum tergelincir matahari (zawal) dan setelahnya. Sama persis seperi orang yang tidak berpuasa, karena perkataan Nabi, “setiap akan shalat” dan “setiap akan berwudhu” mencakup sebelum zawal dan setelah zawal.
Adapun hadits Ali Radhiyallahu ‘anhu yang berbnyi, “Jika kalian puasa maka bersiwaklah di pagi hari dan jangan bersiwak pada sore hari.” (HR Baihaqi dan Daruquthniy) adalah hadits yang sangat lemah.
Demikian pula dengan hadits, “Tidak terhitung banyaknya aku melihat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersiwak saat beliau sedang berpuasa,” adalah hadits dha’if (lemah) juga.
Disalin dari Duruus Ramadhan Waqafaat lishaaimiin.(sym)

Kamis, 18 Agustus 2011

Ramadhan Bulan Doa


Allah Ta’ala Maha Dekat. Dia menjawab hambaNya yang berdoa kepadaNya. Ini berlaku setiap saat, khususnya di bulan Ramadhan, sebagaimana telah kita sebutkan sebelumnya bahwa setiap Muslim memilki doa yang mustajab pada bulan Ramadhan. Maka sepantasnya seorang Muslim bersungguh-sungguh dalam berdoa sambil mencari sebab terkabulnya doa.
Secara umum ada beberapa sebab terkabulnya doa. Lima diantaranya sebagai berikut:
1. Memilih waktu yang utama. Seperti waktu sahur, diakhir/penghujung shalat wajib, antara adzan dan iqamat, pada saat terakhir di hari Jumat (setelah waktu shalat ashar), saat imam masuk masjid (khatib naik mimbar) hingga selesai shalat Jumat, dan saat berbuka puasa.

2. Memilih tempat yang afdhal (terbaik/utama), seperti masjid, Kota Makkah, Madinah dan sebagainya.

3. Kondisi orang berdoa. Seperti saat dalam perjalanan, karena orang yang dalam perjalanan (musafir) doanya mustajab. Atau seorang ayah mendoakan anaknya, orang yang sedang berpuasa, orang di medan perang (doa pada saat bertemunya dua pasukan mustajab), atau orang yang sedang terzhalimi. Ini dikarenakan doa orang terzhalimi tidak tertolak bahkan Allah mengangkatnya ke atas awan, seraya Allah berfirman (artinya), “Demi kemuliaan-Ku dan keagunganKu, Aku pasti akan menolongmu walaupunsetelah beberapa waktu .”
Termasuk orang yang berdoa sedang terdesak/kesulitan. Hakikat terdesak yang dimaksud adalah ketika seorang hamba terputus dengan semua sebab, lalu saat itu dia menghadap kepada Allah dengan penuh rasa harap kepadaNya semata. Ia menyerahkan seluruh urusannya secara total kepada Allah. Allah berfirman tentang hal ini, “Bukankah Dia yang memperkanankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa’ kepada-Nya dan menghilangkan kesusahan” (Qs an-Naml[27]:62).
Diriwayatkan bahwa Nabi Musa ‘alaihissalam melewati seseorang yang berdoa kepada Allah ‘Azza wa jalla. Musa berkata, “Wahai Tuhanku andai hajat/kebutuhan orang ini terdapat padaku (dapat aku penuhi) niscaya akan aku berikan keperluannya.” Dijawab oleh Allah, “Wahai Musa, Aku lebih sayang kepadanya daripada engkau. Tetapi dia berdoa kepadaKu, namun hatinya kepada selainKu.” Maka Musa segera menyampaikan hal itu kepada orang tersebut. Ia tersadar lalu memutuskan untuk berkonsentrasi kepada Allah. Akhirnya Allah Jalla wa ‘ala menjawab/mengabulkan doanya.
Maka hendaknya seseorang yang berdoa selalu berada dalam kondisi jiwa yang merasakan kebutuhan kepada Allah menghilangkan/memutuskan segala rasa harap kepada selain Allah. Dan jangan dia berdoa hanya coba-coba, atau tidak yakin dengan pengabulan dari Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Berdoalah kepada Allah sedang kalian yakin akan dikabulkan, ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lengah.” Hadits ini memilki dua sanad yang saling menguatkan, sehingga derajat hadits ini hasan.

4. Sifat doa.Hendaknya orang yang berdoa memerhatikan adab-adab berdoa. Seperti berwudhu, menghadap qiblat, mengangkat kedua tangan, mengulangi doa sebanyak tiga kali, memilih doa yang singkat tapi padat (kandungannya) , memerbaiki makanan (konsumsi makanan yang baik/halal), bertawassul dengan Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang tinggi, tidak meminta yang mengandung dosa pemutusan silaturrahim, dan adab-adab lain yang diajarkan oleh Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Di sini saya ingin mengingatkan sebuah kesalahan yang dilakukan oleh kebanyakan orang dalam berdoa. Dalam hal ini sikap berlebihan yang tidak wajar (al i’tida’) dalam berdoa. Diantara bentuk al i’tida’ dalam berdoa adalah seseorang yang merincikan doanya yang sebenarnya tidak perlu.
Sebagian orang mengatakan di dalam doanya, “Ya Allah ampunilah bapak dan ibu kami, kakek dan nenek kami, paman dan bibi kami, om dan tante kami…” Dia terus berdoa dengan menyebut karib kerabatnya secara rinci, kemudian berpindah kepada tetangganya, lalu teman-temannya, demikian seterusnya. Perincian semacam ini mengambil waktu yang tidak sedikit. Padahal cukup ia mengatakan, “Ya Allah ampunilah kami, saudara-saudara kami, karib kerabat kami ,orang-orang yang kami cintai…” Secara global seperti ini, karena rahmat Allah sangat luas.

Sikap berlebihan yang tidak wajar dalam berdoa lainnya adalah seseorang berdoa dengan nama Allah yang tidak diajarkan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Seperti perkataan, “Yaa Ghufraan, Yaa Sulthaan .” Padahal kedua nama ini bukan termasuk nama Allah Jalla wa ‘ala.
Termasuk pula al i’tida’ yakni berlebihan dalam mengangkat suara saat berdoa. Hal ini telah tersebar khususnya di zaman kita saat ini, dengan keberadaan pengeras suara. Mungkin anda mendengarkan orang yang berdoa di timur kota, sementara anda berada di barat. Hal ini tidaklah pantas. Jika seseorang sedang mengimami shalat, lalu ia berdoa, kemudian diaminkan oleh orang-orang di belakangnya, maka hendaknya ia mengangat suara sekadar dapat didengar oleh orang-orang yang shalat di belakangnya saja, tidak perlu menambah volume suara, sebab hal ini termasuk al i’tida’ berlebihan dan merupakan pintu riya’.

Jika seseorang berdoa sendirian untuk dirinya sendiri, maka hendaknya doaanya secara sirr (lirih), sebagaimana firman Allah, “Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya Zakaria.(Yaitu) Ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut” (Qs. Maryam[19]:2-3).
Dan ibadah semakin tersembunyi maka semakin dekat kepada ketulusan /kebenaran dan pengabulan untuk lebih diterima.

5. Hilangnya penghalang terkabulnya doa
Ada beberapa hal yang menghalangi terkabulnya doa. Diantaranya memakan yang haram, entah dari sumber riba, menipu, memperlaris barang (jualan) dengan sumpah palsu, memakan harta anak yatim, dan sebagainya.
Dalam shahih Muslim diterangkan bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut masai lagi berdebu, ia mengangkat tangannya ke langit (seraya berkata), “Wahai Rabb, wahai Rabb….” Tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dia tumbuh dengan yang haram, bagaimana mungkin dikabulkan permohonannya?!

Termasuk pula penghalang terkabulnya doa adalah meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar. Sebagaimana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan dari berbagai jalur bahwa Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Perintahkanlah yang ma’ruf (kebaikan), laranglah dari kemunkaran, sebelum kalian berdoa kepadaKu tapi Aku tidak kabulkan, kalian memhon pertolongan tetapi Aku tidak menolong kalian, kalian meminta kepadaKu tetapi Aku tidak beri.”
Jika manusia meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar terhadap diri mereka, anak-anak, keluarga, tetangga, karib-kerabat dan kepada masyarakat secara umum, maka Allah Jalla wa ‘ala menghukum mereka dengan tidak terkabulnya doa mereka.(Syam)

(Disalin dari Kitab Duruus Ramadhan,Waqafaat Lish Shaaim).

KEISTIMEWAAN SEPULUH TERAKHIR RAMADHAN



Di awal ramadhan,masjid mana yang tak penuh sesak dengan jamaah?Terutama sholat 'isya dan tarawih.Hampir dipastikan ,di hari-hari/malam-malam awal ramadhan tidak ada yang mau ketinggalan.
Namun,seperti biasa saat tapak-tapak hari/malam Ramadhan kian menjelang akhirnya ,semangat beribadah mulai redup,fisik semakin berat dan ketaatan semakin berkurang.Saat memasuki sepuluh hari/malam terkhir ramadhan ,masjid-masjid mulai sepi dan kekurangan jamah.Sebaliknya pasar-pasar malam,mall-mall,dan pusat-pusat perbelanjaan lainnya lebih ramai dari biasanya.
Demikian yang terjadi di sekitar kita dari tahun ke ahun.Bahkan tanpa sadar ,kitapun menjadi bagian dari kasahan dan kelalaian "klasik" ini.Sebagai gejala dan indikasi bahwa keutamaan dan kemuliaan Ramadhan kurang dipahami dengan baik,sehingga kemeriahan suasana amaliyah ramadhan yang terjadi di awalnya seolah hanya karena tradisi saja.Semangat yang menggebu-gebu pada awal-awal ramadhan sepertinya tidak dilandasi oleh 'ilmu dan pemahaman yang cukup.
Sungguh,sepuluh terakhir ramadhan merupakan kesempatan khusus dan spesial yang sangat istimewa untuk menggapai ridha Allah dan mendulang banyak pahala dan kebaikkan yang berlimpah.Sebab, sepuluh terakhir ramadhan memiliki keutaman dan keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh malam-malam sebelumnya.
Saat memasuki sepuluh terakhir Ramadhan ,Rasulullah biasa meningkatkan intensitas ibadah yaang beliau kerjakan .Istri beliau 'Aisyah menuturkan :" Rasulullah bersungguh-sungguh brribadah pada sepuluh malam terakhir ramadhan melebihi kesungguhan beliau pada malam-ma;am yang lain".(HR Muslim).Bahkan,Beliau mengkhususkan sepuluih malam terakhir dengan melakukan ibadah yang tidak beliau kerjakan pada malam-malam sebelumnya .Biasanya jika telah masuk bulan
ramadhan ,beliau sholat dan tidur,namun jika telah memasuki sepuluh malam terakhir beliau tidak sempat memejamkan mata .
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam turut membangunkan istri-istrinya pada bulan ramadhan .Kebiasaan seperti ini tidaklah beliau lakukan pada kesempatan-kesempatan yang lain.Abu Dzar Al Ghifari radhiyallahu 'anhu menuturkan, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mengimami mereka pada nalam keduapuluhtiga,keduapuluhlima,dan kedupuluhtujuh.lalu disebutkan bahwa beliau turut mengajak istri-istrinya untuk beribadah pada malam kedua puluh tujuh.Hal ini menegaskan bahwa sangat diprioritaskan membangunkan keluarga untuk beribadah pada malam-malam ganjil,karena besar kemungkinan malam-malam tersebut adalah saat terjadinya lailatulQadar.
Menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan iibadah sholat,membaca al Quran,dan amalan-amalan ibadah nlainnya serta turut membangunka keluarga pada malam-malam seperti ini merupakan salahsatu sunnah Rasulullah yang diikuti oleh orang-orang sholih.Sufyan Ats-Tsauri bekata:Aku sangat menykai bagi seseorabg jika ,telah masuk sepuluh malam teakhir Ramadhan hendaknya ia bersyngguh-sungguh beribadah di malam hari dan hendaknya ia turut membangunkan istri dan anak-anaknya jikam mereka mampu melakkukan hal tersebut".
Kebiassan yang lain yang dilakukan oleha Rasulull ah shollallahu 'alaihui wasallam pada sepuluh terkhir ramdhan adalah beri'tikaf.I'tikaf artinya menetap dan berdiam diri di masjid dengan niyat taqarrub mendekatkan diri kepad Allah 'Azza wajalla.
Apa yang menyebabkan Rasulullah shollallaahu,alaihi wasallam begitu bersunnguh-sungguh beribadah pada sepuluh malam terakhir ramafdhan ini?
Mungin salahsatu alasannya karena diantara malam-malam pada sepuluh malam terakhir Ramadhan ini terdapat malam "LailatulQadar".Satu malam yang nilainya jauh berlipat melebihi jatah usia hidup kita di dunia ini.LailatulQadar(malam kemuliaan),malam yang lebih baik dari seribu bulan.Seribu bulan =83 tahun empat bulan.Beliu memerintahakan kepada kita untuk mencarinya pada sepuluah malam terakhir Ramadhan."Carilah LailatulQadar pada sepuluhmalam terakhir ramadhan".Demikian Rasulullah menganjurkan.(Syams)

Selasa, 16 Agustus 2011

Ramadhan Bulan Bertaubat


Pada bulan Ramadhan, para hamba Allah kembali kepda Rabb mereka. Mereka meninggalkan dosa-dosa. Hal ini disebabkan oleh dua hal.
Pertama: Kedermawanan dan kepemaafan Allah terhadap hambaNya pada bulan yang mulia ini. Sampai-sampai disebutkan dalam hadits shahih bahwa setiap malam ada yang dibebaskan dari neraka (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Kedua: Karena para setan dibelenggu dan dirantai jika datang Ramadhan. Pintu-pintu neraka ditutu, pintu surga dibuka, sehingga para hamba Allah dekat dengan Rabb mereka.
Bulan Ramadhan merupakan kesempatan emas bagi seorang hamba Allah untuk bertaubat. Kalau dia tidak bertaubat pada bulan ini, kapan lagi dia akan bertaubat? Taubat memiliki enam syarat yang harus dipenuhi agar menjadi taubat yang benar dan tulus, kita sebutkan secara ringkas.
1. Ikhlas kepada Allah Ta’ala. Dimana taubat tersebut dilakukan semata-mata karena mengharapkan wajah Allah, tidak boleh dicampuri oleh maksud (kepentingan) duniawi.
2. Taubat tesebut dilakukan pada waktu yang memungkinkan untuk dikabulkannya taubat, yaitu sebelum matahari terbit dari arah barat dan sebelum nyawa sampai di kerongkongan, karena Allah akan menerima taubat seorang hamba selama dia belum ghar-ghaah (sekarat).
3. Meninggalkan dosa, dan tidak benar jika seorang hamba mengaku bertaubat tetapi ia tetap dalam kemaksiatannya.
4. Menyesali dosa yang telah lalu. Betapa banyak orang yang bertaubat   tapi hatinya idak menyesal. Oleh sebab itu ada hadits  shahih dari nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesal itu adalah taubat.”(HR Ibnu Majah dan Hakim).
5. Ber’azam (tekad) untuk tidak mengulangi dosa.
6. Jika suatu dosa berhubungan dengan hak makhluk maka wajib mengembalikan hak tersebut kepada pemiliknya, meminta kehalalan dari mereka, berupa harta atau kehormatan atau yang lainnya.
(Sumber:Duruus Ramadhan,Waqafaat LishShaaimin).

Nuzulul Qur'an



Para   ahli sejarah banyak berbeda  pendapat    tentang    kapan waktu pertama kali  diturunkan-nya Al-Qur’an, dimana saat tersebut Allah سبحانه وتعلى memuliakan Muhammad صل اللة عليه وسلم dengan Nubuwah.


Berpendapatlah satu kelompok yang besar bahwa hal tersebut terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal dan kelompok yang lain berpendapat bahwa itu terjadi pada bulan Ramadhan kemudian yang lainnya mengatakan pada bulan Rajab (Lihat Mukhtashar Sirah Rasul oleh Syaikh Abdullah Bin Muhammad Bin Abdul Wahab An-Najdi hal : 75) dan pendapat yang kami kuatkan diantara ketiga pendapat tersebut adalah pendapat yang kedua yaitu pada bulan Ramadhan sebagaimana firman Allah سبحانه وتعلى:

 شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ … البقرة:185“

Bulan Ramadhan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an …..” (QS. Al-Baqarah 185)Kemudian dalam surah lain Allah سبحانه وتعلى berfirman :

 إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيـْلَةِ الْقَدْرِ  القدر :1

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam kemuliaan (lailatul qadri)” (QS. Al-Qadr:1)    

Dan dengan demikian telah diketahui bahwa Al-Qur’an diturun-kan pertama kali di malam lailatul qadri pada bulan Ramadhan, dan bulan inilah yang dimaksud dalam firman Allah سبحانه وتعلى :

 إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنـْذِرِينَ الدخان :3

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada satu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kamilah yang memberi-kan peringatan” (QS. Ad-Dukhaan : 3).    

Dan yang menguatkan pendapat ini adalah karena Rasulullah صل اللة عليه وسلم berada di gua Hira pada bulan Ramadhan dan pada saat itulah turun Jibril sebagaimana yang yang disebutkan oleh ahli sejarah.    

Kemudian Ulama berbeda pendapat tentang hari dan tanggal awal turunnya wahyu pada bulan Ramadhan. Pendapat pertama menga-takan bahwa awal turunnya wahyu pada hari yang ke tujuh dan yang lain berpendapat bahwa hal itu terjadi pada hari yang ketujuh belas dan pendapat yang lain pada hari yang kedelapan belas (Lihat Rahmatan Lil’alamin 1:49).

Dan Al-Khudhori telah menetapkan dalam beberapa muhadharahnya (ceramahnya) bahwa hal itu terjadi pada hari yang ketujuh belas (pendapat ini banyak dianut di Indonesia).Namun demikian kami menguatkan bahwa awal turunnya wahyu adalah pada hari yang ke dua puluh satu walaupun kami tidak mendapatkan siapa yang berpendapat seperti itu. Kami memilih tanggal ini karena seluruh ahli sejarah atau kebanyakan dari mereka telah sepakat bahwa Rasulullah صل اللة عليه وسلم diutus pada hari Senin dan hal itu didukung dengan apa yang diriwayatkan oleh imam-imam hadits. Dari Abu Qatadah Al Anshari, bahwa Rasulullah  صل اللة عليه وسلم ditanya tentang puasa hari Senin maka beliau bersabda :

فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ 


“Pada hari tersebut (Senin) aku dilahirkan dan pada hari tersebut pula diturunkan kepadaku wahyu”.(HR. Ahmad)

Dan pada lafadz lain :

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ  فِيْهِ


”Pada hari itu (Senin) aku dilahirkan dan hari itu aku diutus (menjadi rasul) dan pada hari itu pula diturunkan padaku wahyu“ (HR. Muslim, Ahmad, Al-Baihaqi dan Al-Hakim)   
Dan hari Senin bulan Ramadhan pada tahun itu bertepatan hari ketujuh, keempat belas dan kedua puluh satu serta hari kedua puluh delapan.

Dan di dalam hadits yang diriwayat-kan oleh Aisyah رضي الله عنها, Rasulullah صل اللة عليه وسلم bersabda :

  تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah malam lailatul qadri pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa malam lailatul qadri tidak terjadi kecuali pada hari ganjil pada sepuluh malam terak-hir di bulan Ramadhan dan lailatul qadri akan berpindah antara malam-malam tersebut, hadits ini juga menun-jukkan bahwa Al-Qur’an pertama kali turun bukan pada tanggal tujuh dan tanggal empat belas, kerena tidak termasuk dalam sepuluh malam terak-hir di bulan Ramadhan, dan bukan juga bukan pada tanggal dua puluh delapan, kerena malam lailatul qadri hanya terdapat dalam malam-malam ganjil.
Maka apabila kita hubungkan firman Allah سبحانه وتعلى :

 إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيـْلَةِ الْقَدْرِ  القدر :1

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam kemuliaan (lailatul qadri)” (QS. Al-Qadr:1)

Dengan hadits riwayat Abu Qatadah Al Anshari, dapat di simpulka bahwa Rasulullah  صل اللة عليه وسلم diutus pada hari Senin serta menurut perhitungan kalender hijriyah tentang tanggal berapa hari Senin pada tahun tersebut maka akan nampak bagi kita bahwasanya awal turunnya Al Qur’an (Nuzulul Qur’an) adalah pada malam yang kedua puluh satu pada bulan Ramadhan –Wallahu A’lam-.

Perlukah Nuzulul Qur’an dirayakan ?
Peristiwa Nuzulul Qur’an tidaklah diharapkan agar dijadikan sebagai hari raya oleh ummat ini, yang dirayakan setiap tahun, karena Islam bukanlah agama perayaan sebagaimana agama-agama lainnya.
   
Islam tidak memerlukan polesan, tidak perlu dibungkus dengan perayaan-perayaan yang membuat orang tertarik kepadanya. Allah سبحانه وتعلى berfirman:

  اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنـَكُمْ وَ أَتــْمـَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمـَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنـــًا  المائدة : 3

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu “
(QS. Al Maidah : 3)

Islam hanya mengenal dua hari raya dalam setahun yaitu ‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adha tidak lebih dari itu. Dengan demikian memperingati hari pertama kali turunnya Al-Qur’an tidaklah disyariatkan, sebab tidak dicontohkan oleh Rasulullah صل اللة عليه وسلم. Rasulullah صل اللة عليه وسلم bersabda :

 مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ 

“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan (peribadatan) yang tidak ada contohnya dari kami maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim)
    
Seandainya perayaan tersebut dianggap baik, tentu Rasulullah صل اللة عليه وسلم dan para shahabatnya yang pertama kali merayakannya, namun hal tersebut tidak mereka lakukan.

Bagaimana Memperingati Nuzulul Qur’an
Memperingati peristiwa pertama kali turunnya Al Qur’an tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti jejak ulama-ulama salaf yaitu dengan membaca Al Qur’an setiap saat tanpa ada batasan waktu, Allah سبحانه وتعلى barfirman:

 إِنَّ الَّذِيْنَ يَتـْلُوْنَ كِتـَابَ اللهِ وَأَقَامُوْا الصَّلاَةَ وَأَنـْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنـَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيـَةً يَرْجُوْنَ تــِجَارَةً لَنْ تــَبُوْرَ  فاطر :29

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian dari rizki yang Kami anugrahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”
(QS. Faathir:29)    

Apalagi di bulan Ramadhan, bulan Qur’an, Bulan yang digandakan padanya kebaikan dan ketaatan. Utsman bin Affan رضي الله عنه berkata : “Seandainya hati kita bersih, tentu tidak akan merasa kenyang dari kalam Allah, sesungguhnya aku amat tidak suka mana kala datang sebuah hari sementara aku tidak membaca Al Qur’an” Karena itu beliau tidak meni-nggal hingga mushaf Al Qur’annya sobek karena seringnya dibaca.
    
Para tabi’in dan atbaut tabiin, karena begitu memahami arti dari Ramadhan sebagai bulan Al Qur’an maka begitu kuatnya mereka dalam mencintai Al Qur’an, seperti yang dilakukan Imam Az Zuhri dan Sufyan Ats Tsauri, mereka mengkhatamkan Al Qur’an sampai berpuluh-puluh kali.
   
Imam Qatadah di luar Ramadhan mengkhatamkan setiap tujuh hari, di dalam Ramadhan khatam sampai tiga hari. Sementara Imam Syafi’i diluar bulan Ramadhan dalam sebulannya mengkhatamkan Al Qur’an  tiga  puluh kali dan di dalam bulan Ramadhan mengkhatamkan Al Qur’an sebanyak enam puluh kali itu semua di luar shalat. Demikianlah ulama Ahlus sunnah tidak pernah merayakan Nuzulul Qur’an, namun setiap harinya khatam Al Qur’an ada yang sekali dan ada yang dua kali, sementara kita di bulan Ramadhan jika hanya mampu khatam satu kali saja sudah merasa puas dan gembira. Itupun dapat dihitung dengan jari.
    
Syekhul Islam selama dalam penjara, dari tanggal 7 Sya’ban 726 H sampai wafatnya 22 Dzulqo’dah 728 H, selama 2 tahun 4 bulan telah mengkhatamkan Al Qur’an bersama saudaranya Syekh Zainuddin Ibnu Taimiyah sebanyak 80 kali khatam, yang berarti rata-rata beliau meng-khatamkan Al Qur’an setiap 10 hari.

Semoga Allah merahmati kita semua sehingga dapat meneladani Rasulullah  dan para shahabatnya dan para ulama salaf dalam mencintai Al Qur’an dan ibadah-ibadah mereka. (Al Fikrah/Muhammad Anas Syukur).Maraji’ : Ar Rahiqul Makhtum, Asy Syekh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri – حفظه الله -

Senin, 15 Agustus 2011

FADHILAH PUASA


Puasa memiliki beberapa fadhilah/keutamaan,dianataranya:
1.Puasa adalah perisai dari api neraka.
Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yag shahih dari Sahabat Jabir radhiyallaahu ‘anhu, bahwa nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda “Puasa adalah perisai yang dengannya seorang hamba melindungi dirinya dari api neraka” (HR Thabrani).

Dalam hadits lain yang muttafaq ‘alaih dari sahabat Abu Sa’id al Khudiry radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Barangsiapa yang berpuasa sehari di jalan Allah,maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh (perjalanan) tujuhpuluh tahun” (HR Bukhari 2685 dan Muslim1153).

Jika puasa sehari saja dapat menjauhkan seorang dari apai neraka sejauh tujuhpuluh tahun,lalu bagaimana lagi dengan puasa ramadhan sebulan penuh?atau paasa sunnah tiga hari sebulan (ayyaam bidh),atau puasa-puasa lain yang disyariatkan.
Sungguh,ini merupakan keutamaan (fadhilah) yang sangat agung.

2.Puasa Adalah Perisai Dari Syahwat.

Hal ini telah dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu ,Bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Wahai para pemuda,barangsiapa diantara kalian yang memiliki kemampuan,maka hendaknya ia menikah.Sebab menikah lebih (memudahkan) menjaga pandangan dan lebih membentengi kemaluan.Dan barangispa yang belum sanggup ,maka hendaknya iya berpuasa karena puasa menjadi pengendali baginya”.(HR Bukhari 4779 dan Muslim 1400)

(Dalam hadit ini ) Nabi member arahan kepada para pemuda yang belum mampu menikah agar berpuasa untuk memadamkan /meredamgejolak syahwatnya,karena puasa dapat meredam dan mengekang syahwat.
Sungguh ,kebanyakan pemuda kita hari ini mengeluhkan (sulitnya mengendalikan)syahwat,kususnya yang bertebaran dimana-mana saat ini. Seperti wanita-wanit yang bersolek (tabarruj) di pasar-pasar (mall-mall) ,di majalah-majalah rendahan yang tersebar di took-toko buku serta fitnah-fitnah (godaan) lain yang menyerbu para pemuda di pesawat-pesawat,di jalan di Rumah Sakit dan di tempat-tempat (umum) lainnya.
Anak muda tentu saja secara naluri memilki syahwat yang besar yang sewaktu-waktu bisa bergejolak/bergerak saaat ada yang merangsangnya ,apalagi jika ditambah dengan lemahnya komitmen keagamaan.

Maka kepada para pemuda yang seperti ini, kami hadiahkan nasihat “Dan barangispa yang belum sanggup ,maka hendaknya iya berpuasa karena puasa menjadi pengendali baginya”.Dan riset (pengalaman) telah membuktikan bahwa terapi Nabawi ini sangat manjur dalam mengobati persoalan yang dihadapi oleh para pemuda berupa ….dan kita tidak lagi membutuhkan obat-obatan yang sifatnya materi (benda).

3.Puasa Adalah jalan Menuju Sorga.

Al Imam An Nasai rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dengan sanad shahih dari Abu Umamah radhiyallaahu ‘anhu ,Beliau berkata:wahai Rasulullah perintahkan kepadaku sesuatu dimana Allah memberikan manfaat kepadaku dengannya.Maka Nabi bersabda:”Hendaknya engkau berpuasa ,karena tidak ada (amalan) yang semisal dengan puasa”(HR An Nasai 2221).

Dalam hadits ini Nabi menjelaskan bahwa tidak ada (amalan) yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Allah dan menjauhkan dari ‘adzab-Nya kecuali puasa.Bahkan sang Nabi pilihan (Al Mushtofa) shallallaahu ;alaihi wasallam mengabarkan,bahwa di sorga terdapat satu pintu khusus bagi orang-orang yang berpauasa ,sebagaimana diterangkan dalam hadits muttafaq ‘alaih dari sahabat Sahl bin Sa’ad radhiyallaahu ‘anhu,bahwa nabi shallallaahu ‘alahi wasallam bersabda:”Sesungguhnya di sorga ada satu pintu yang disebut Pintu Ar Rayyan .Kelak Pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan memasuki pintu ini.Tidak ada yang masuk melalui pintu tersebut selain mereka.Diserukan;mana orang-orang yang berpuasa (ash Shaimun)?Lalu mereka berdiri ,tidak ada yang memasuki pintu itu selain mereka.Jika mereka telah masuk,pintunya ditutup dan tidak ada seorangpun masuk melalui pintu tersebut.”(HR Bukhari 1797 dan Muslim 1152).

Jika kita cermati ,nama pintu tersebut sesuai dengan karakter(sifat) orang puasa yang didera rasa dahaga sebagai dampak/akibat dari ibadah puasa.

4.Puasa Akan Memberi Syafa’at Kepada Pelakunya

Imam Ahmad dan Hakim rahimahumallah meriwayatkan sebuah hadits dengan sanad hasan dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma ,bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Puasa dan Al qur’an akan member syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak.Puasa berkata,wahai Rabb aku telah menghalanginya dari makan dan minum pada siang hari ,maka maka perkenankanlah aku memberi syafaat baginya .Al Qur’an berakta,aku telah menghalanginya dari tidur di waktu malam ,maka perkenankanlah aku memberi syafaat baginya,. Lalu syafaat keduanya diterima Allah.’
Jadi,pada hari kiamat nanti puasa akan menjadi sesuatu yang Nampak secara fisik.ia akan berbicara dan member syafaa’at kepada pelakunya,entah itu puasa sunnah atau puasa fardhu.

5.Puasa Sebagai kaffarat (Penebus) dan Penghapus Dosa

Puasa termasuk amalan yang akan menjadi penghapus dan penghpus dosa-dosa seorang hamba.karean setiap kebaikkan menghapus keburukan.Sementara di dalam ibadah puasa terdapat kebaikan yang begitu banyak.Allah Ta’ala telah berfirman:
“Sesungguhnya kebaikan-kebaikan menghapuskan keburukan”
Mengenai penebusan dan penghapusan dosa oleh puasa telah dijelaskan dalam beberaa hadits ,dianataranya hadits Hudzaifah yang bahwa nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :”Fitnah (ujian) yang menimpa seseorang pada keluarga ,harta,dan tetangganya dihapuskan oleh puasa ,shalat,dan sedekah” (HR Bukhari Muslim ) Maksudnya,semua kesalahan yang dilakukan seorang hamba berupa kelalaian terhadap hak keluarganya berupa kata-kata yang menyinggung,menyakiti,kelalaian atau kesalahan terhadap tetangga berupa perkataan dan perbuatan yang menyakiti atau kesalahan dalam urusan harta dan lain sebagainya.Kesalahan-kesalahan tersebut dan yang semacamnya berupa dosa-dosa kecil dapat dihapus/ditebus oleh shalat,puasa,dan sedekah.

Dalam hadits yang disepakati keshahihannya (oleh Bukhari Muslim) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Barangsiapa yang berpuasa ramadhan karena (dorongan) iman dan ihtisab (berharap pahala dari Allah) akan diampunkan semua dosa-dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari Muslim) .
Maksudnya karena keimanan kepada Allah dan berharap (ihtisab) pahala yang disiapkan oleh Allah Tabaraka Wa Ta’ala kepada orang-orang yang berpuasa.
Sementara Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:” Antara Shalat lima waktu,jum’at ke jum’at ,bulan ramadhan ke bulan ramadhan berikutnya,menghapus dosa-dosa diantaranya selama dosa-dosa besar dijauhi” (HR Muslim)
Jadi,puasa ramadhan merupakan sebab terampunkannya dosa –dosa yang terjadi antara bulan ramadhan dengan ramdhan sebelumnya.Dengan syarat menjauhi dosa besar ,karena dosa besar tidak terhapus kecuali oleh taubat sebagaiamana madzhab mayoritas Ulama salaf.Oleh sebab itu Allah Ta’ala berfirman:
“ Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar yang merupakan dosa-dosa yang kalian dilarang untuk melakukannya, pastilah Kami menghapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami memasukkan kalian ke tempat yang mulia (surga) “.(QS An Nisa:31).

6.Puasa Adalah Sebab Meraih Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat

Sebagaimana hal ini diterangkan dalam hadits muttafaq ‘alaih dari SaHabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu ,bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:’’Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiraa ketika berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”
Adapun kegembiraan saat berbuka merupakan representasi kebahagiaan di dunia yang diperoleh seorang Mukmin di dunia sebagai balasan atas ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla sebagai kebahagiaan yang hakiki.

Perasaan bahagia saat berbuka muncul kareana dua alasan:
Pertama:karena saat itu Allah membolehkan kepadanya untuk makan dan minum saat itu.Dan tidak diragukan lagi bahwa jiwa/nafsu telah difitrahkan untuk suka kepada makanan dan minuman ,oleh sebab ini Allah menyuruh kita beribadah kepada-Nya dengan meninggalkan makan dan minum.
Kedua:Perasaan gembira atas taufiq Allah kepadanya dalam menyelesaikan puasa dan menyempurnakan ibadah tersebut pada hari itu .Hal ini merupakan kebahagiaan tertinggi dari sekadar pembolehan makan dan minum kepadanya.

7.Bau Mulut Orang Yang berpuasa Lebih Wangi di sisi Allah Daripada Minyam Kesturi

Bau terebut adalah bau yang berasal dari lambung yang keluar lewat mulut karena kosongnya lambung dari makanan .Bau yang dibenci oleh makhluq tapi dicintai oleh Al Khaliq (Allah Ta’ala).Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits Muttafaq ‘alaihi:
"Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada aroma minyak kasturi.” (HR Bukhari :1805 dan Muslim:1152)

Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa tidak mengapa orang yang berpuasa bersiwak setelah zawal (tergelincir matahari/ba’da dzuhur) .Bahkan siwak termasuk amalan yang disunnahkan/dianjurkan (mustahab) menurut pandapat yang terkuat (rajih) ditempat –tempat yang dianjurkan bersiwak dalam kondisi /keadaan seperti ketika akan shlat,berwudhu,masuk rumah,bangun tidur dan lain-lain .Karena bau tersebut –pertama-:Tidak bersumber dari mulut tetapi dari dalam lambung.Kedua,bau tersebut lebih harum di sisi Allah dariapada minyak kesturi.

Ada sebuah atsar israiliyat yang mengisahkan bahwa ketika Allah memanggil Musa untuk datang kepada-Nya ,Allah menyuruhnya untuk berpuasa selama tigapuluh hari .Lalu Musapun berpuasa.Ketika selesai menjalani puasa tersebut Nabi Musa mendapai adanya khaluf (bau) pada mulutnya.Sehingga beliau berbuka atau bersiwak.Maka Allah memerintahkannya untuk berpuasa sepuluh hari setelahnya dan Dia berkata kepada Musa;Tidakkah engakau ketahui bahwa bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisiku dari aroma minyak kesturi.Lalu Allah menyemprnakannya menjadi sepuluh hari.Allah Ta’alan berfirman:
maka sempurnakanlah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam”. (QS Al A’raf:142).

Sebagaimana bau mulut orang yang berpuasa tidak disenangi oleh makhluk (tetapi) lebih wangi di sisi Allah dari aroma minyak kesturi ,maka demikian pula dengan darah seorang syahid pada hari kiamat nanti akan beraroma minyak kesturi.Padahal darah termasuk yang menjijikkan ,bahkan ia najis menurut sebgaian Fuqaha (Ahli Fiqh) .Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak ada satu tubuh yang terluka di jalan Allah ,melainkan akan datang pada hari kiamat dalam keadaan lukanya berdarah,warna nya warna darah tetapi baunya adalah bau minyak kesturi (HR Bukhari 5213 dan Muslim 1876).

Demikianlah,terkadang sesuatu itu dibenci oleh manusia tetapi sangat dicintai oleh Allah Ta’ala,karena ia termasuk bekas-bekas taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah Ta’ala .Oleh sebab ini ,tangisan dan ….orang-orang yang berdosa di hadapan Allah ‘Azza wajalla merupakan taqarrub yang paling agung.Bahkan dalam kondisi tertentu (menangisi) dosa lebih afdhal dari ibadah dan kataatan yang yang dibanggakan dan dibesar-besarkan oleh seseorang .lain halnya dengan orang yang hancur hatinya,menangis ,merasa (mengakui) kelalaian ,meskipun mereka(benar-benar) berbuat dosa.

Adajuga sebuah atsar –meskipun tidak kuat-,bahwa ketika Allah ditanya oleh para Nabi dan Rasul-Nya ,dimana Engkau berada wahai Rabb?Aku bersama orang-orang yang hatinya hancur karena-Ku.Olehkarena itu,tidak ada sesuatupun yang lebih agung dari doa.Sebab,dalam do’a terlihat kehinaan diri,ketundukan di hadapan Allah.Di dalam do’a juga Nampak perasaan berhajat (butuh)kepada karunia Allah,ksususnya ketika seorang hamba Allah menghadapi kesulitan.Sebagaimana firman Allah :” “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya…” (QS. An Naml : 62)

Rabu, 10 Agustus 2011

Setan Dibelenggu Nafsu Menghasutmu



Ramadhan datang, kita pantas bergembira. Peluang pahala dibuka seluas-luasnya. Motivasi amal tercurah begitu melimpah, sementara penghalang utama disingkirkan sebulan lamanya. Pintu jannah dibuka, pintu neraka ditutup dan setan dibelenggu.

Tapi bukan berarti semua manusia menjadi ma’shum karenanya. Masih ada kemungkinan bagi mereka untuk berbuat dosa. Malah fakta yang biasa terulang, masih banyak maksiat terpampang di depan mata, dosa pun masih menjadi pemandangan yang biasa. Mengapa?

Masih ada bahaya latin pada diri manusia. Dia adalah musuh besar manusia, tapi dianggap tuan olehnya. Perintahnya diikuti, keinginannya dituruti dan pantangannya disingkiri. Dialah nafsu yang sebagian ulama menyebutnya dengan ‘aduwwun matbuu’, musuh yang diikuti.

Nafsu, Teman dan Tunggangan Setan

Nafsu disebut pula sebagai rafiiqusy syaithan, teman akrabnya setan. Nafsu punya kecenderungan bersenang-senang, lalu setan yang menyuguhkan progam maksiat yang menyenangkan. Atau setan lebih dulu memberikan tawaran menggiurkan, lalu nafsu datang memberikan sambutan. Maka antara setan dan nafsu ibarat sejoli yang saling melengkapi keinginan pasangannya.

Ulama yang lain menyebut nafsu sebagai markabusy syaithan atau mathiyyatusy syaithan, kendaraan setan. Karena tatkala setan hendak melancarkan serangan, dia akan memboncengi nafsu yang selaras dengan kesenangan yang memperdayakan. Melalui pintu nafsu pula setan bisa masuk dan menghembuskan bisikan.

Keduanya saling berperan dalam menyesatkan, maka, kelak di neraka masing-masing saling menuduh siapa ‘biang’ yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka. Setan akan ‘cuci tangan’ atas ajakan yang pernah ia lakukan. Allah berfirman,

“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah diri (nafsu)mu sendiri. aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku.” (QS Ibrahim 22)

Karakter nafsu memang tidak bersifat netral. Ia sudah memiliki kecondongan, yang jika dibiarkan akan terus mengarah kepada apa yang disenangi. Dan kecondongan nafsu itu menuju ke arah yang buruk. Inilah yang disebut dengan “nafsu ammaaratun bis suu’.” Seperti ucapan Nabi Yusuf alaihis salam yang dikisahkan oleh Allah,

“…karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku.” (QS Yusuf 53)

Memang tidak salah jika manusia memiliki kecenderungan dan kesenangan terhadap wanita, anak-anak, harta dari jenis emas, perak, kendaraan pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Bahkan semua itu bisa menjadi sarana untuk taat kepada Allah.

Akan tetapi, seringkali nafsu menghasut manusia untuk melampaui batas dari petunjuk wahyu. Nafsu tak puas hanya sebatas itu. Ia terus merengek agar bisa mengenyam segala kesenangan dengan cara yang haram, mengelola untuk tujuan yang haram, atau menyibukkan manusia dengan semua perhiasan itu, hingga mereka lalai dari berdzikir dan menghamba kepada Allah. Begitulah peranan nafsu dalam menyeret manusia menuju daerah larangan Allah.

Nafsu juga cenderung untuk berleha-leha, hanya menerima enaknya saja dan cenderung malas untuk berjuang dan berkorban, sementara ibadah kepada Allah menuntut total ketundukan dan pengorbanan. Karenanya, kemudian manusia enggan melakukan kewajiban dan keutamaan. Nafsu membuat kewajiban menjadi terabaikan.

Jika Dituruti, Tak Pernah Terpuasi
Sisi lain dari bahaya nafsu, ia tidak akan pernah terpuasi. Makin dituruti, makin liar pula mencari-cari. Nabi saw memberikan gambaran tentang nafsu manusia,

لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

“Andaikan anak Adam memiliki dua ladang emas, niscaya dia akan mencari ladang yang ketiga, dan tidak ada yang bisa memenuhi perut (keinginan) anak Adam kecuali tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa yang bertaubat.” (HR Bukhari)

Orang yang melampiaskan nafsunya di tempat yang haram, baik berkenaan dengan wanita, minuman keras atau mencari harta dengan jalan dosa, sulit baginya untuk berhenti. Bukan karena mereka merasa nikmat dengan apa yang telah mereka cicipi, tapi karena sulitnya mereka keluar dari kubangan syahwat dan kuatnya cengkeraman nafsu membelenggu. Dan nafsu tak akan puas hanya dengan satu jenis maksiat saja.

Ibnul Qayyim al-Juaziyah mengatakan, “Hendaknya orang yang berakal mengetahui bahwa orang yang menuruti kemauan syahwat, akan tergiur untuk berpindah dari satu jenis syahwat menuju syahwat yang lain. Pun ia tidak akan pernah puas karenanya, tetapi tidak pula kuasa untuk meninggalkan kebiasaannya. Karena seakan itu telah menjadi bagian hidup yang mesti di jalaninya. Untuk itu, Anda juga melihat bahwa orang yang terus mabuk khamr dan zina tidak pernah merasakan sepersepuluh kepuasan yang didapat orang lain dalam hidupnya.

Syeikh Ath-Thanthawi bahkan memberikan pengandaian yang lebih berani, “Seandainya diberikan kepada Anda seluruh harta Qarun, postur tubuh seperti Herkules dan disediakan untukmu sepuluh ribu wanita yang paling cantik dari berbagai warna kulit, bentuk dan berbagai sisi kecantikan, apakah Anda mengira telah cukup puas? Tidak, aku katakan dengan tegas, ‘tidak.., aku menulisnya dengan pena yang tajam. Akan tetapi, satu saja wanita yang halal untukmu niscaya cukup bagi Anda. Janganlah Anda menuntut bukti kepada saya, karena setiap kali Anda menoleh kepada kehidupan sekitar Anda niscaya Anda akan mendapatkan bukti yang valid, jelas dan kasat mata.”

Menyesali, Tapi Kembali Lagi
Ketika nafsu ‘menggolkan’ suatu dosa, hingga pemiliknya terjerumus ke dalamnya, bukan berarti nafsu tidak menyesalinya. Terkadang ia juga menyesal, tapi sebentar kemudian ia ketagihan lagi untuk meneguk cawan maksiat. Inilah yang disebut dengan ‘nafsul lawwaamah’. Allah berfirman,

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri).” (QS al-Qiyamah 2)

Ibnu Jarir menyimpulkan berbagai penafsiran tentang nafsul lawwaamah, “yakni nafsu yang suka menyesali perbuatan baik maupun perbuatan buruk dan menyesali apa yang telah berlalu.” Dia menyesal atas perbuatan buruk yang telah dikerjakan, atau perbuatan baik yang ia sia-siakan.

Ada kalanya, ada orang yang dirahmati Allah, penyesalan itu akan membawa pemiliknya untuk bertaubat dan melakukan perbaikan. Namun tak jarang pula yang tetap kembali dengan kebiasaan lama, mencebur kembali ke habitatnya yang kelam.

Nafsu Bisa Disapih
Nafsu itu seperti bayi, jika dibiarkan menyusu, ia tak mau berhenti. Tapi jika disapih, tak akan membuatnya celaka. Dengan dipandu oleh wahyu, dibimbing oleh syariat, nafsu yang liar bisa ditundukkan menjadi tenang. Ia akan ridha dalam ketaatan dan benci terhadap kemaksiatan. Inilah yang disebut dengan nafsul muthma’innah. Sebagaimana firman Allah,

“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya…” (QS al-Fajr 27-28)

Ibnu Katsier rahimahullah menafsirkan nafsul muthma’innah dengan jiwa/nafsu yang tenang, teguh dan berjalan di atas kebenaran.

Dengan kata lain, syariat tidak ‘membunuh’ adanya potensi nafsu pada diri manusia, karena itulah fitrah bagi manusia. Tapi syariat mengarahkan nafsu kepada sesuatu yang bermanfaat, dan mencegahnya dari madharat. Allah melarang zina, tapi menghalalkan pernikahan dengan ketentuan yang rinci. Allah mengharamkan khamr, tapi masih lebih banyak minuman yang dihalalkan. Mengharamkan bangkai dan daging babi, tapi menghalalkan yang baik-baik yang juga disukai oleh nafsu, begitulah seterusnya.

Wal hasil, tantangannya sekarang adalah, mampukah kita mengendalikan nafsu agar tidak menjamah di luar batas yang dihalalkan oleh Allah. Semoga hadirnya Ramadhan menjadi momen penting bagi kita untuk menyapih hawa nafsu dan menundukkan dari sifat ammaratun bis suu’ menuju thuma’niinah. Wallahul muwaffiq. (Sumber:Abu Umar Abdillah/http://www.arrisalah.net/)