Terkait dengan pembahasan sertifikasi halal, maka Majelis Intelektuan dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) menyampaikan sikap dan pandangan sebagai berikut:
1. Mendukung MUI sebagai satu-satunya lembaga pemberi sertifikasi halal,dalam kondisi sosial politik dan budaya saat ini, sampai terwujudnya suatu Badan Halal nasional yang benar-benar kredibel, amanah, dan profesional, dengan beranggotakan para ulama dan pakar-pakar yang berkemampuan menjalankan amanah Allah SWT.
2. Menyetujui dan mengharapkan agar MUI tetap konsisten berpegang kepada syariat Islam dalam menetapkan status kehalalan suatu produk dan meningkatkan pengawasan serta penyadaran budaya halal di tengah masyarakat.
3 Kiat Agar Tetap Istiqomah
Keistiqomahan dan hidayah merupakan karamah paling besar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada setiap hamba-Nya. Sebagaimana disebutkan Allah dalam firman-Nya :
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.” (QS. Al-An’am: 125)
Inilah yang senantiasa kita minta dalam shalat-shalat kita,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-fathihah: 6-7)
Yang memberikan kita taufik dan petunjuk Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hidayah dari Allah adalah anugerah yang harus senantiasa kita jaga dengan baik. Mendapatkan hidayah adalah sesuatu yang sangat mahal, namun yang lebih mahal dari itu adalah mempertahankannya. Orang yang mempertahankannya hidayah yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya maka diberikan kehormatan dan kemuliaan di dunia maupun di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam al-Qur’an :
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushshilat: 30)
Akan turun kepadanya malaikat Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika ia dalam keadaan sakaratul maut untuk menghiburnya dan dikatakan kepadanya “jangan engkau takut dengan kematian yang ada di depan matamu” Tabiat manusia adalah benci dengan kematian. Kemudian dihibur lagi dengan kalimat ” dan jangan engkau bersedih dengan dunia yang akan engkau tinggalkan, dengan anak-anakmu yang akan menjadi yatim, dengan istrimu yang akan menjadi janda, kemudian rumah mewah yang engkau kumpulkan dana untuk membangunnya, begitupula kendaraan yang engkau berbangga dengannya….” Malaikat menghiburnya dengan mengatakan, “Jangan engkau bersedih dan berilah kabar gembira kepadanya dengan surga yang Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Untuk mempertahankan hidayah ada beberapa jalan yang bisa kita tempuh:
Pertama. Senantiasa kita minta dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya hati manusia berada di antara jari jemari Allah. Dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala membolak-balikkan hati seorang hamba sesuai dengan kehendak-Nya. Sehingga do’a yang diajarkan oleh Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa hadits beliau
يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” (HR.Tirmidzi & Ahmad)
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)
Dan doa yang diajarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam al-Qur’an :
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. (QS. Ali Imran: 8)
Kedua, memilih teman-teman yang baik dan shaleh. Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memerhatikan siapakah teman dekatnya.” (HR. Imam Ahmad & Tirmidzi)
Diantara penyesalan yang paling besar dari orang-orang dzalim di hari kiamat kelak adalah ketika mereka keliru dalam memilih teman di dunia. Sebagaimana yang diabadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam al-Qur’an:
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul” (QS. Al-Furqan: 27)
“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku).” (QS. Al-Furqan: 28)
“Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqan: 29)
Ini menunjukkan penyesalan mereka yang paling mendalam.
Kemudian yang ketiga, untuk mempertahankan hidayah adalah dengan senantiasa kita mengikuti jalan generasi terbaik yang telah mendahului kita. Sebagaimana perkataan al-Imam Malik rahimahullah “tidak akan jaya ummat ini kecuali dengan meniti jalan orang-orang shaleh yang telah sebelum mereka”
Dan juga syair Arab “engkau menginginkan keselamatan namun engkau tidak mengikuti jalannya, ketahuilah sesungguhnya perahu tidak berjalan di atas daratan.”
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan kepada kita keistiqomahan sampai kita berjumpa dengan-Nya.
“dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” (QS. Al-Hijr:99)[]
Ditranskrip dari ceramah ustadz Harman Tajang, Lc. http://wahdahmakassar.org/3-kiat-agar-tetap-istiqomah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar