Warga Muslim yang tinggal di ibukota Iran, Teheran, dilarang menyelenggarakan shalat Idul Fitri pada 1 Syawal kemarin (31/8).
Iran memerintahkan penganut Islam Sunni (selanjutnya disebut Muslim) yang merupakan minoritas di negara beragama Syi'ah itu, untuk tidak menyelenggarakan shalat Idul Fitri secara terpisah.
Ratusan polisi diterjunkan di ibukota untuk mencegah orang-orang Muslim memasuki gedung atau rumah yang mereka sewa untuk menggelar shalat Idul Fitri.
Pemerintah Syi'ah Iran senantiasa menolak permohonan warga Muslim untuk mendirikan masjid mereka sendiri di Teheran. Sekarang ini tidak ada satu pun masjid di Teheran milik umat Islam Sunni. Padahal, di kota itu terdapat gereja-gereja dan sinagog-sinagog untuk orang Kristen dan Yahudi yang jumlah populasinya lebih sedikit daripada Muslim.
"Polisi Teheran mencegah jamaah Sunni dari melaksanakan shalat Id di berbagai tempat di ibukota," tulis situs komunitas Muslim di Iran, SunniOnline.us. "Mereka mengepung rumah-rumah di mana Sunni melakukan shalat dan menghalangi jamaah yang ingin masuk ke dalam."
Sebagaimana dilansir Guardian, ribuan warga Syi'ah hari Rabu (31/8), berbaris di belakang pemimpin spiritual tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei, yang memimpin shalat Idul Fitri ala Syi'ah di Universitas Teheran.
Rezim Iran menggunakan shalat Idul Fitri untuk menunjukkan kepada publik bahwa tokoh-tokoh politik negeri itu bersatu di belakang pemimpinnya. Politisi dari berbagai kelompok yang berbeda diwajibkan menghadiri acara itu. Jika mereka absen, maka ketidakhadirannya dianggap sebagai pembangkangan.
Berdasarkan konstitusi Iran, kelompok minoritas agama harus dihormati dan memiliki perwakilan di parlemen. Dua hari sebelum Idul Fitri (29/8), beberapa anggota parlemen dari kelompok Muslim menulis surat kepada Presiden Mahmud Ahmadinejad untuk meminta izin agar komunitas mereka diperbolehkan menggelar shalat Idul Fitri yang terpisah dari Syi'ah.
Muslim Teheran sejak beberapa pekan sebelumnya telah diperintahkan pejabat berwenang untuk membuat pernyataan tertulis berisi jaminan bahwa warga Muslim tidak akan menggelar shalat Idul Fitri di ibukota.
Syiekh Abdul Hamid Ismail Zehi, imam Muslim di Zahedan, sebuah kota di kawasan tenggara Iran, mengkritik rezim Iran dalam khutbahnya.
"Saya ingin meminta kepada pemimpin tertinggi agar menghentikan langkah-langkah diskriminatif dan ilegal dari sejumlah pejabat, karena mereka melarang minoritas Sunni di kota-kota besar Iran menggelar shalat khususnya shalat Id dan shalat Jum'at. Ini adalah permintaan seluruh Sunni di Iran," katanya sebagaimana dikutip SunniOnline.us.
Iran kerap membual bahwa penduduk Syi'ah dan Muslim di negaranya hidup berdampingan dengan damai. Namun, warga Muslim beberapa tahun belakangan mengeluhkan tindakan keras yang dilakukan rezim Syi'ah.
Rezim Syi'ah menuding Muslim yang bertanggungjawab atas pemboman belum lama ini di daerah selatan Iran. Syi'ah menuding Muslim bersama negara-negara Islam di Timur Tengah yang melakukan kejahatan itu.(http://www.hidayatullah.com/read/18773/09/09/2011/muslim-teheran-dilarang-syi%27ah-shalat-idul-fitri.html).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar