Judul buku: Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib: Refleksi 50 tahun Gerakan Dakwah Para Ulama untuk Membangkitkan Umat dan Merebut Palestina
Judul Asli: Hakadza zhahara Jil Shalahuddin wa hakadza adat al-quds.
Penulis: Dr. Majid Irsan Al-KilaniAlih Bahasa: Asep Sobari, Lc. dan Amaluddin, Lc. M.A.
Penerbit: Kalam Aulia Mediatama, 2007,xvi + 360 hlm. ; 15x23
Peresensi: M. Masykur
Tidak ada yang menyangkal, kekalahan kaum Muslimin dari pasukan Salib pada akhir abad 5 Hijriah, merupakan salah satu tragedi terbesar yang dialami umat Islam. Hal itu terjadi tidak lain karena kesalahan umat Islam sendiri. Sebagaimana dipaparkan dalam buku ini, bahwa sebelum terjadi invasi pasukan Salib kondisi umat Islam berada dalam kemunduran dan kerusakan yang parah. Para penguasa meninggalkan amanat yang diemban dan gila dengan kemewahan serta kekuasaan, bahkan mereka berlaku dzolim kepada rakyat. Para ulama pun banyak yang menjadi “ulama dunia” dengan mencari muka di depan para penguasa demi sebuah simpati atau jabatan dan bahkan tidak jarang terjadi permusuhan dan saling menjatuhkan antar ulama. Singkatnya, ada arus penyimpangan kolektif yang dilakukan oleh berbagai lapisan umat setelah ditinggalkan oleh tiga generasi emas (shalafus shalih). Penyimpangan yang merambah semua kalangan umat baik pemerintah, ulama, tentara, kaum kaya dan masyarakat biasa.
Namun fakta sejarah berbicara, sekitar 90 tahun kemudian, tampil Shalahuddin Al-Ayyubi yang memimpin pasukannya merebut Hitthin sebaga pembuka jalan untuk merebut Palestina kembali. Apa gerangan yang terjadi? Apakah Shalahuddin Al-Ayyubi seoran utusan langit yang datang begitu saja untuk menyelamatkan umat? Apakah Shalahuddin seorang pahlawan tunggal yang berjuang sendirian dan mengandalkan segala keistimewaan pribadinya? Jawabannya tentu tidak. Sejak awal Shalahuddin “hanya” seorang anak didik Nuruddin Zanki yang sudah menyiapkan mibar baru untuk Masjidil Aqsha jauh sebelum itu.
Di sisi lain, sejarah tidak mungkin melupakan karya dan peran signifikan sejumlah ulama dan tokoh umat Islam yang hidup dalam kurun waktu tersebut, seperti Al-Ghazali, Abdul Qodir al-Jilani, Ibnu Qudamah al-Madisi dan sederetan nama lainnya yang berhasil melakukan perubahan radikal pada paradigma pemikiran dan pendidikan umat. Mereka berhasil mengikis virus-virus yang menggerogoti imunitas internal umat berupa hegemoni filsafat, aliran kebatinan, dikotomi fiqih dan tasawuf, mazhabisme dan lain-lainnya, sebelum melahirkan sebuah generasi baru yang mengimplementasikan nilai-nilai nilai-nilai Islam dan mengusung panji kejayaannya saat berhadapan denan lawan-lawannya.
Kesimpulannya, dalam buku ini dinyatakan bahwa shalahuddin hanya seoran juru bicara resmi dari sebuah generasi yang telah mengalami proses penggodokan dan perubahan. Sebuah generasi yang telah berhasil melampaui kesalahan-kesalahan masa lalu yang ditorehkan oleh para pendahulunya.
Buku ini seakan menjadi sindiran kepada kita semua, umat Islam generasi sekarang. Masjid Al-Aqsha sudah dikuasi oleh pasukan Israel, mereka memperlakukan umat Islam di Palestina dengan semena-mena. Masihkah kita belum berpikir untuk bangkit dan merebut kembali Palestina? Jika generasi Shalahuddin mampu merebut kembali Palestina dari pasukan Salib, mengapa kita tidak mampu melakukan hal yang sama? Apa yang salah dari generasi kita? Buku ini akan memberi petunjuk pada kita, bagaimana melahirkan generasi yang mampu meninggikan izzah Islam dan menyongsong peradaban Islam yang gemilang. (http://www.inpasonline.com/images/stories/buku misteri.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar