Rabu, 01 Desember 2010

Urgensi Tauhid dan Realisasinya



Oleh : Abu Shofwan Al-Munawi

A. Makna Tauhid
Lafaz tauhid berasal dari kata "wahhada, yuwahhidu" yaitu meyakini bahwa sesuai itu tunggal, sedangkan dalam istilah syar'i, Imam As-Safaarini mendefinisikannya "sebagai pengesaan yang disembah (Allah) dengan beribadah (kepada-Nya) yang disertai keyakinan atas keesaan dzat, sifat dan perbuatan-Nya." (Lawami'ul Anwar Al-Bahiyah : 1/57).
Kata "tauhid" memiliki beberapa istilah yang identik dengannya yaitu aqidah, ushuluddin, ataupun sunnah, yang mana hal ini sering digunakan oleh para salaf sebagai istilah lain dari kata "tauhid". Istilah ini, bukanlah istilah baru, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian orang namun penamaannya bersumber dari hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diantaranya :
1) Hadits Mu'adz radhiyallahu 'anhu tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutusnya ke Yaman.
Artinya :
"Hendaknya perkara pertama yang engkau dakwahkan kepada mereka adalah syahadat laa ilaha Illallah (tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah), dan dalam riwayat lain agar mereka mentauhidkan Allah. (HR. Bukhari : 1395, dan Muslim : 19)

2) Hadits Amr bin Al-Ash radhiyallahu 'anhu bahwasanya ia bertanya keapda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang sedekah yang pahalanya ia hadiahkan kepada ayahnya yang musyrik. Rasulullahpun menjawab :
Artinya :
"Sesungguhnya ayahmu jika dahulu berikrar dengan tauhid, lalu engkau berpuasa atau memerdekakan budak atau bersedekah atasnya, maka (pahalanya) akan sampai kepadanya" (HR. Ahmad : 6704).

B. SUMBER TALAQI TAUHID

Sumber Talaqi tauhid atau aqidah adalah Al-Qur'an dan Sunnah, bahkan semua yang berkaitan dengan kehidupan baik berupa ibadah maupun mu'amalah adalah bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah, sebab keduanya merupakan pedoman dan petunjuk atas umat manusia dalam semua lini kehidupan. Allah ta'ala berfirman :
Artinya : "Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu, dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus : 57)
Sedangkan sunnah adalah sebagai penjelas dan penjabaran ayat-ayat Al-Qur'an yang masih bersifat umum. Allah befirman :

Artinya : "Dan Kami turunkan kepadamu adzdzikra (sunnah) agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka (Al-Qur'an). (QS. An-Nahl : 44)

C. PEMBAGIAN TAUHID
Tauhid menurut Ahlussunah wal Jama'ah terbagi menjadi 3, yaitu :
1) Tauhid Rububiyah : keyakinan teguh atas adanya Alah ta'ala serta keesaan-Nya dalam menciptakan, menguasai dan mengatur semua makhluk-Nya.
2) Tauhid uluhiyah (ibadah) : Mengesakan (mentauhidkan) Allah dengan beribadah kepada-Nya semata.
3) Tauhid Asma' Wasshifat : meyakini bahwa Allah memiliki beberapa nama dan sifat baik yang Dia sebutkan dalam AlQur'an maupun nabi-Nya dalam hadits-haditsnya, tanpa adanya takyif (penjelasan cara dan bentuk sifat dan perbuatan Allah), Tamsil (penyerupaan-Nya dengan makhluk), Tahrif (merubah hakikat makna nama dan sifat Allah, dengan makna lain), dan Tah'thil (peniadaan nama dan sifat-sifat Allah ataupun maknanya.

Dalam masalah ini, perlu diketahui bahwa pembagian tauhid ini, bukanlah hasil rekayasa para ulama –sebagaimana yang dituduhkan oleh musuh-musuh Ahlussunnah- namun hal ini berdasarkan penelitian dan pembelajaran yang detail terhadap dalil-dalil tauhid yang ada dalam Al Qur'an dan Sunnah.

D. PENTINGNYA MENGETAHUI TAUHID DAN PEREALISASIANNYA
Tauhid adalah inti dan asas pokok ajaran Islam dan merupakan kewajiban pertama dan utama bagi umat manusia, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada Mu'adz :
"Hendaknya perkara pertama yang engkau dakwahkan kepada mereka adalah syahadat Laa ilaha Illallah –dalam riwayat lain- agar mereka mentauhidkan Allah."
Dan seseorang tidak dikatakan sebagai muslim dan beriman, kecuali jika ia memiliki asas yang urgen ini, sebab itu tidaklah Allah mengutus Rasul-rasul, dan menurunkan kitab-kitabNya melainkan demi terwujudnya "tauhid beserta konsekuensinya" dikalangan umat manusia serta menjauhkan mereka dari segala bentuk kekufuran dan noda kesyirikan. Alla berfirman :
Artinya : "Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) "sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut" (QS. An-Nahl : 36)
Bahkan manusia hidup dan tercipta serta diberikan rezeki dan berbagai sarana kehidupan oleh Allah demi terealisasinya asas hidup yang paling urgen ini, sebagaimana firman-Nya :
Artinya : "Dan saya tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (QS. Adz-Dzariat : 56)
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu menafsirkan lafaz liya'budunna (menyembahku), dengan yuwahhidun yaitu mentauhidkan dan mengesakan-Ku.
Dan ini adalah penafsiran yang tepat sebab misi dan inti semua ibadah yang disyariatkan Allah adalah perealisasian tauhid dan aqidah yang murni terhadap-Nya. Sedangkan ibadah tanpa disertai adanya ketauhidan dan aqidah yang benar adalah amal yang sia-sia dan tertolak sebab hilangnya aqidah yang benar mengharuskan adanya kesyirikan pada diri seseorang, dan Allah sama sekali tidaklah mengampuni dan menerima amal ibadah mereka, sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (An-Nisa' : 48)
Sedangkan muwahhid yaitu mereka yang beribadah kepada Allah dengan merealisasikan aqidah dan tauhid murni yang bebas dari noda syirik, amal ibadah mereka senantiasa diterima oleh Allah azza wa jalla, dan mereka berhak mendapatkan surga-Nya. Rasulullah bersabda : "Barangsiapa yang menjumpai Allah sedang Dia tidak menyekutukan sesuatupun denganNya, ia masuk surga, dan barangsiapa yang menjumpaiNya sedang ia menyekutukan sesuatu dengan-Nya, ia masuk neraka (HR. Muslim : 93)
Dan dalam hadits qudsi, Allah berfirman:
Artinya : "Wahai Anak Adam, seandainya engkau datang mengadap-Ku dengan dosa sepenuh bumi, lalu engkau menjumpaiKu dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku, niscaya saya akan mendatangimu dengan pengampunan sebesar (dosa itu) pula (HR. Tirmidzi (3540) dan berkata : hadits hasan ghorib).
Merealisasikan tauhid adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan menyalahinya merupakan jalan yang menjerumuskan kejurang kesengsaraan. Merealisasikannya juga adalah sarana untuk menyatukan kalimat umat, merapatkan barisan dan menghantarkan umat pada puncak kejayaan sebagaimana yang terwujud pada zaman nabi, para sahabat dan khalifah-khalifah setelah mereka.

Allah berfirman yang artinya : "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang mengamalkan amal-amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dibumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoinya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka sesudah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. (QS. AnNur : 55).
Dan Allah telah menjanjikan kepada mereka yang memiliki keimanan dan tauhid murni keamanan dari rasa takut di dunia dan azab di akhirat serta hidayah yang menuntun mereka ke jalan yang lurus. Allah berfirman :
Artinya : "orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan kezaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapati petunjuk (Al-An'am : 82).
Demikianlah bahasan tentang makna tauhid dan urgensi perealisasiannya dalam kehidupan, semoga dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca dan memberikan taufik kepada setiap muslim untuk mewujudkan aqidah dan tauhid ini dengan benar amin.
Washallallahu 'ala nabiyyina Muhammad.
http://dar-elanshor.com/mutiara-islam/aqidah/56-urgensi-tauhid-dan-realisasinya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar