Hati-hati memakan bangkai saudara sendiri (ghibah). Apalagi jika dia seorang da’i atau ulama. Sebab “daging mereka itu beracun” (luhumuhum masmumah). Yang demikian lantaran kehormatan mereka itu sangat tinggi dan mulia untuk dicemarkan. Duhai, fenomena sikap lancang sebagian thullabul ilmi yang masih hijau hari ini begitu mengiris hati. Tanpa rasa takut sedikit pun kepada Allah dan pertanggungjawaban di hari kiamat kelak, begitu berani mencabik-cabik kehormatan para ulama. Mengais-ngais kesalahan dan ketergelinciran mereka, lalu diumbar di majelis-majelisnya. Apakah mereka tidak mengambil ibrah dan pelajaran, bahwa dahulu, para pendahulu mereka juga melakukan kelancangan serupa, lalu apa akibatnya?! Aib dan cela mereka pun disingkap oleh Allah Ta’ala di hadapan khalayak. Dan sadarilah, siapa yang lancang mengais aib dan kesalahan saudaranya, maka Allah pun akan mengejar aib dan celanya hingga yang tersembunyi sudut-sudut rumahnya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat shahih; wal’iyadzubillah.
Berkaitan dengan hal ini, Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitabnya Jami' al-Ulum wa al-Hikam, berkata tatkala mengomentari hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dari 'Uqbah bin 'Amir radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang menutupi aib seorang mukmin, niscaya Allah Ta'ala akan menutupi (aib) nya pada hari kiamat", beliau (Ibnu Rajab) berkata: Diriwayatkan dari perkataan sebagian salaf: "Sungguh aku mendapati suatu kaum yang sebenarnya mereka tidak memiliki aib dan cela, namun mereka suka mengungkit aib-aib manusia, maka orang lain pun mengungkap aib-aib mereka. Sebaliknya, aku juga mendapi suatu kaum yang memiliki banyak aib dan kekurangan, namun mereka menahan diri dari (mencari-cari) aib orang lain, maka aib-aib mereka pun terlupakan". (Lihat: Ibnu Rajab al-Hambali, Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, 1/340 al-Maktabah al-Syamilah).
Demikian pula Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah, beliau menumpahkan keheranan beliau terhadap golongan ini. Ungkapan keheranan beliau ini layak menjadi perhatian, sebab sangat nyata melukiskan kondisi sebagian penuntut ilmu di zaman ini: "Merupakan perkara aneh, seorang itu begitu mudah baginya menjaga diri dari makanan haram, berlaku zalim, zina, mencuri, minum khamer, memandang sesuatu yang diharamkan dan sebagainya, namun sulit baginya mengontrol gerakan lisannya. Hingga engkau melihat seorang yang terkenal akan kebaikan agama, sifat zuhud dan ibadah, namun ia berkata-kata dengan kalimat yang memancing murka Allah sementara ia tidak peduali akan hal itu, namun satu kalimat itu cukup menjauhkannya antara timur dan barat. Betapa banyak engkau saksikan seorang yang begitu wara' (menjaga diri) dari perbuatan keji dan zalim, namun lisannya panjang dalam (mencela) kehormatan dan harga diri orang, baik yang masih hidup maupun yeng telah mati, serta tidak ambil peduli terhadap apa yang ia ucapkan". (Lihat: Ibnul Qoyyim al-Jauziyah, Al-Jawabul Kafiy Liman Saala an ad-Dawaai asy-Syafi, hal 111. al-Maktabah al-Syamilah). Wallahu A’lam. (Oleh: Ustad Rapung Samuddin, Lc, MA/https://www.facebook.com/rappung.samuddin/posts/595287997150287)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar