Senin, 11 Oktober 2010

AGAR TIDAK MERUGI


“Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholih serta nasihat menasihati dalam menetapi kebenaran dan kesabaran”.(QS Al ‘Ashr:1-3)
Surat ini meskipun singkat, hanya tiga ayat tetapi mencakup ma’na yang begitu dalam dan kandungan yang begitu luas. Sampai-sampai Al-Imam As Syafi’I Rahimahullah mengatakan “Jika sekiranya manusia mentadaburi surat ini dengan benar niscaya surat ini sudah cukup menjamin kebahagiaan mereka.” Dalam ungkapan yang lain beliau mengatakan “ jika sekiranya Allah tidak menurunkan surat yang lain kepada hamba-Nya melainkan surat ini saja maka ia sudah cukup bagi mereka. Maksudnya surat ini sudah cukup sebagai perintah untuk berpegang dengan agama Allah berupa keimanan amal sholih dan berda’wah di jalan Allah, serta bersabar diatasNya. Bukan berarti surat ini sudah cukup bagi hamba dalam seluruh syari’at demikian Syaikh Utsaimin menuturkan.
Surat yang mulia ini mengajarkan  kepada manusia beberapa langkah agar selamat dari kerugian. Berkata Asyaikh Utsaimin Rahimahullah : Allah Azza Wa jalla bersumpah di dalam surat ini dengan masa bahwa setiap manusia berada di dalam kerugian bagaimanapun banyaknya hartanya dan anak-anaknya serta tingginya kedudukannya melainkan dapat mengumpulkan pada dirinya sifat yang empat (Lih Syarh Utsul Tsalatsah Hal : 26).

1.  Keimanan
Keimananlah yang membuat seorang manusia selamat dari kerugian. Dan keimanan pulalah yang akan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang baik. Allah telah menjamin bahwa Dia akan memberikan kehidupan yang baik kepada hamba yang hidupnya dan amalan-amalannya dilandasi oleh keimanan Allah berfirman :
ô`tB Ÿ@ÏJtã $[sÎ=»|¹ `ÏiB @Ÿ2sŒ ÷rr& 4Ós\Ré& uqèdur Ö`ÏB÷sãB ¼çm¨ZtÍósãZn=sù Zo4quym Zpt6ÍhŠsÛ ( óOßg¨YtƒÌôfuZs9ur Nèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$Ÿ2 tbqè=yJ÷ètƒ ÇÒÐÈ  
 Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(Qs An Nahl:97).


Dan keimanan di sini bukan sekadar ucapan dibibir saja, tetapi benar-benar tertanam di dalam hati lalu di ucapkan dengan lisan selanjutnya di buktikan oleh amalan anggota badan. Al Hasan Al Basri mengatakan : “bukanlah keimanan itu sekadar angan-angan saja tetapi keimanan adalah keyakinan yang tertanam didalam hati dan di buktikan oleh amalan”.
Keimanan disini juga mencakup seluruh perkara yang mendekatkan kepada Allah berupa aqidah yang benar dan ilmu yang bermanfaat (lih Syarh Utsul Tsalathah Hal : 26).
2.  Amal Sholih
Keimanan yang benar akan membuahkan amal seseorang merugi sampai ia membuktikan keimanannya dengan amal sholih, Amal sholih adalah seluruh perkataan dan perbuatan yang mendekatkan kepada Allah dimana pelakunya melakukannya ikhlash karena Allah dan mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wassallam.
Seorang tabiin yang mulia Fudhail bin Iyadh ketika mengomentari firman Allah. “Dialah Allah yang telah menjadikan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian siapakah yang paling baik amalannya diantara kalian (QS. Al-Mulk : 2). Beliau mengatakan “ Ahsanukum amala ” yang paling baik amalannya diantara kalian maksudnya ; amalan yang paling ikhlash dan paling benar. Ditanyakan kepada beliau; wahai Abu Abdillah apa maksudnya suatu amalan meskipun pelakunya ikhlash tapi tidak benar dan benar tapi tidak ikhlash maka tidak akan diterima.
Jadi suatu amalan dapat disebut sebagai amal sholih jika niyatnya suci (ikhlash) dan caranya benar (sesuai contoh / petunjuk Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam).
Nah bagaimana caranya mewujudkan amalan yang benar yang sesuai petunjuk Nabi ?  caranya adalah dengan ilmu syar’i. Sebab kita nggak bakalan tahu apakah wudhu dan sholat kita. Sesuai dengan wudhu dan sholat Nabi tanpa ilmu. Disinilah rahasianya mengapa menuntut ilmu dalam islam hukumnya wajib.
3.  Berdakwah
Seseorang yang telah beriman lalu merealisasikan keimanannya dengan amal sholih maka ia sudah mencapai Al-Kamaal Al Fardi (kesempurnaan secara individual), demikian Ibnul Qayim menuturkan.
Namun seorang muslim tidak pantas hanya menikmati keimanan dan kesholihannya sendirian. Ia masih terancam dengan kerugian sampai mentransfer keimanan dan kesholihannya kepada orang lain. “Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri “demikian Nabi bersabda”.
Nah proses transformasi kesholihan itu adalah da’wah yang dalam surah Al-Asr ini dibahasakan dengan “Nasihat Menasihati di dalam kebenaran”.
Jangan lupa bahwa mentransfer kesholihan bukan hanya menyelamatkan dari kerugian tapi memiliki pahala yang lumayan banyak. Diantaranya ia akan mendapatkan pahala orang yang melakukan kebaikan yang ia ajarkan tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, demikian ma’na sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam.

4.  Bersabar
Mewujudkan ketiga perkara yang disebutkan di atas (Iman, amal, da’wah) bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak rintangan dan tantangan yang mesti dihadapi,terlebih dizaman seperti sekarang dimana kebaikan dan kebenaran dianggap sebagai sesuatu yang asing. Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap yang berjalan di atas kebenaran dan mengajak kepadanya pasti akan menghadapi hambatan dan ujian. Jadi bersabar di dalam merealisasikan keimanan, beramal sholih dan menda’wahkannya adalah satu kemestian yang tidak dapat ditawar-tawar.
Barang siapa yang telah mewujudkan keempat aspek tersebut di atas maka menurut Ibnul Qayyim ia termasuk orang-orang Rabbani. Dengan mewujudkan keempatnya seorang manusia telah selamat dari kerugian dan mendapat keberuntungan yang besar.

Harus berjamaah
Jika kita perhatikan, keempat aspek di atas dijelaskan oleh Allah dengan bentuk jamak. Hal ini mengisyaratkan pentingnya Ta’awun dan kebersamaan di dalam mewujudkan keempat hal di atas. Terlebih dizaman ini dimana pelaku-pelaku kebathilan bekerjasama dengan begitu solid dan rapi di dalam menyebarkan kebathilan. Allah berfirman : “…Dan orang-orang kafir adalah penolong antara satu dengan yang lain. Jika kalian tidak melakukannya (Tolong-menolong) maka akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar di bumi” (QS. Al-Anfal) .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar