Rabu, 13 Oktober 2010

Ada Syarat Dalam Taubat


             Alangkah indahnya pertaubatan dalam kesadaran  ! Sebuah puncak pengakuan hamba akan makna kesalahan dan kekeliruan,kepada pihak yang berhak dan layak .Ia bukan ritual kosong yang lahir dari keterpaksaan,ketakutan dan penyesalan palsu ,yang bahkan seringkali lahir dari kekecewaan akan  terlepasnya sebagian nikmat duniawi.Hingga,begitu peluang kesenangan terbentang ,taubat menghilang dan kekliruan itupun kembali terulang.
            Taubat adalah kata sakti untuk berhenti dari dosa-dosa.Yang mestinya kuat mengandungi niat mendekat erat kepada Sang Maha Melihat dalam pekatnya tumpukan maksiat  dan kesadaran yang hanya sesaat.Karena itu,ia harus memenuhi sejumlah syarat ,agar menjadi  momentum transformasi diri menjadi pribadi  baru yang diridhai.Taubat adalah keinginan membersihkan diri dari keruhnya ketidaktaatan yang membuat jarak hati dengan sang Rabbi semakin menjauh,bahkan putus.
            Awalnya adalah sebuah penyesalan.Bahwa tidak ada yang kuasa menyelamatkan selain Allah saja,Itu bermakna kepasrahan  yang utuh kepada-Nya.Berjalan di atas jalan lurus lempang tanpa bimbang, seraya menjaga diri dari setiap persimpangan yang menghadang.Shirathal Mustaqiim hanya satu ,dan tidak ada yang lain.Jalan-jalan yang lain ,meski berbilang dalam jumlah dan para penempuhnya ,juga tampak cemerlang karena ramai peminatnya,sejatinya hanyalah fatamorgana.
            Menyesal sebab nafsu sering tertipu.Mencoba mencicipi maksiat yang terlihat lezat,meski kemudian membawa kesunyian dan ketakutan,rasa bersalah dan penyesalan.Kebusukan yang tersingkap oleh ‘ilmu dan kebersihan kalbu yang meronta dalam ketidaknyamanan luka.Ia serupa perburuan semu perampok waktu yang menghambur dalam kesia-siaan tanpa makna ,tanpa nilai,tanpa janji keselamatan.Alangkah jeleknya!
            Berikutnya adalah  pelepasan.Yaitu,dengan segenap keikhlasan membuang semua yang menyimpang,seraya berjanji untuk tidak mengundangnya kembali agar taubat ini  sempurna.Sebab,apa artinya taubat jika jiwa tetap menetapi maksiat ?
            Lalu,kita merendah di hadapan-Nya mengaku kalah .Bahwa tidak ada yang salah dengan takdir-Nya,hingga seluruh keburukan hakikatnya kembali kepada diri kita sendiri.Ia bukan ternisbah kepada setan meski begitu pntar ia merayu dan menipu.Meski bergitu pandai ia menghias kesesatan dan menjanjikan kenikmatan .Begitu berpengalaman dalam seluruh  rangkaian penyesatan.
            Kitalah yang lemah melawan sebab nafsu yang yang membelenggu dan terlalu sering meminta pelampiasan,hingga jauh menjangkau keikhlasan.Kita juga terlalu bodoh,hingga sering gagal menangkap isyarat kalbu,karena semu tampak samar dan menipu.
            Maka,dalam ketidakberdayaan dan kelemahan ini,kita memohon kekuatan agar mampu tegar berjalan di atas jalan-Nya yang lurus,dengan tulus.Sebab hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan .Ya Allah ,bimbing kami menuju kelurusan jalan-Mu.
            (Disalindari Majalah ar Risalah No.100 /Vol.IX/4 Syawwal 1430 H).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar