demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(QS al ‘Ashr 1-3)
Berapa lama waktu yang kita angankan untuk hidup di dunia ini?60 tahun?100 tahun?atau 100 tahun?
Bila saja Allah mengizinkan kita untuk mendapatkan kesempatan hidup 1000 tahun lagi ,apa yang akan kita lakukan ?
Sebenarnya 10 atau 1000 tahun tak terlalu menjadi soal .Yang paling menjadi soal adalah mentalitas dan cara pandang kita terhadap hidup ini .Terhadap apa yang seharusnya dilakukan dalam10 atau 100 tahun itu .Bekerja.Cari Uang.Menikah.bersenang-senang.Beribadah.Beramal shaleh,berdakwah.berjihad.Dan seterusnya.Pilihan mana yang aka kita kerjakan?
Untuk menjawab pertanyaan terakhir ini ,rasanya kita akan kesulitan jika tidak meletakkan dan menentuka terlebih dahulu :Apa sebenarnya yang ingin kita raih kelak ; saat kehidupan ini usai ,saat usia ini telah tiba pada ambang batas akhirnya? Jawaban terhadap ini akan sangat menentukan pilihan-pilihan mana yang akan kita kerjakan selama hayat masih dikandung badan.
Apapun jawaban anda terhadap pertanyaan ini sebenarnya tidak lagi terlalu relevan dengan 10 atau 1000 tahun usia anda di dunia ini.Jika anda menjawab: “ Aku merindukan syorga.Aku rindu berjumpa dengan Allah.Aku rindu ingin duduk bersama Rasululllah …… “ maka dengan waktu yang kurang dari 10 tahun sekalipun anda -dengan izin Allah- dapat meraihnya .Bukankah tidak sedikit shahabat mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang meraih syahadah (mati syahid) dalam usia keislaman yang kurang dari 10 tahun . Bahkan ada yang syahid sebelum sempat mengerjakan satu shalatpun dalam hidupnya,sebab setelah mengikrarkan syahadatnya,sgera saja ia memenuhi seruan jihad dan gugur sebagai syahid.
Sebaliknya,jika anda tidak memiliki planning akhirat (atau ungkin saja ada,tapi anda “setengah-setengah “ saja menetapkannya),maka 100 tahun –atau bahkan lebih panjang dari itu -boleh jadi hanya akan menjadi bumerang.Hanya menjadi ladang-ladang subur untuk menyemai dosa dan kedurhakaan.1000 tahun hanya akan memperpanjang catantan-catatan kemaksiatan kita.Yah,jangankan 1000 tahun ,sehari sekalipun cukup sudah untuk menorehkan nama kita dalam daftar para penghuni neraka -wal iyaadzu billaah-.Seperti ummat Nabi Nuh ‘alaihisslam ,mereka didakwahi selama 950 tahun .Namun waktu sepanjang itu tak dapat berbuat apa-apa .Mereka kemudian dibinasakan.Tersapu gelombang air bah.Tenggelam.Lenyap dari kehidupan,namun kisah mereka abadi dalam catatan hitam sejarah,sebagai ummat pembangkang.
Maka sekali lagi,persoalanya bukan berapa lama kita hidup di dunia ini,persoalan paling utama adalah bagaimana kita “memasang niat” untuk menjalani usia dunia kita ,berapa tahun pun ia . . . .
“ Meamasang niat” itu memiliki simpul yang sangat kuat dengan cita-cita,kehendak kuat ,,tujuan utama dan paradigma berpikir kita.Kita baru akan dapat “memasang niat” dengan sebenar-benarnya,jika cita-cita kita jelas,kehendak kita kuat,tujuan utama perjalanan Nampak begitu nyata,lalu ia mewarnai paradigma berpikir kita,yang kemudian melekat kuat dalam seluruh aktifitas kita.Innamal A’maalu bin Niyat,sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suatu ketika .Sungguh amal-amal itu hanya bergantumng pada niyatnya.
Jika semuanya bernuansa akhirat,maka apapun yang kita lakukan akan bernuansa akhirat.Selalu diukur denga akhirat.Jika ia berguna di akhirat,maka “ pertunjukan jalan terus !”.Jika sebaliknya,maka cukup sampai di situ saja.Dan itulah hakikat zuhud yang sesungguhnya.
Terakhir,saudaraku . . . .
10 atau 1000 tahun tetaplah waktu yang sangat singkat.Oh tidak,bahkan jika Allah menganugerahkanmu 10.000 tahun usia dunia ,itu tetaplah waktu yang teramat sangat singkat.Yah, teramat singkat jika dibandingkan denga keabadian akhirat.Namun Allah Maha Pemurah.Dengan waktu yang sangat singkat ini ,engkau dapat meraih puncak segala nikmat dan bahagia untuk selama-lamanya di dalam Jannah.Di sanalah peristirahatan kaum beriman yang sesungguhnya kata Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.
(disalin dari tulisan Ust Abu Miqdad al –Madany di Majalah al wahdah edisi rajab 1431H)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar