Selasa, 21 Juni 2011

Kelalaian dan Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak (7)

Pada edisi lalu (tulisan 1 -7 ) telah kami sebutkan 27 bentuk kelalaian dalam mendidik anak. Berikut ini kembali kami sebutkan beberapa kelalaian yang lain, dan masih merupakan kelanjutan dari kelalaian sebelumnya. Diantara bentuk-bentuk kelalaian itu adalah:

28. Kurangnya Perhatian Pada Pendidikan Tanggung Jawab


Sebagian orang tua tidak mendidik anak-anaknya untuk memiliki sikap tanggung jawab; baik karena alasan tidak ingin membebani mereka atau karena tidak percaya kepada mereka, atau karena tidak mempu¬nyai perhatian sama sekali kepada pendidikan mereka. Maka, engkau lihat sebagian orang tua –misalnya– yang mempunyai tempat-tempat bisnis yang banyak, mereka merekrut para karyawannya dari luar negeri. Bisa jadi para karyawan itu berasal dari golongan orang-orang kafir. Atau para orang tua itu merekerut para karyawannya dari dalam negeri, sementara anak-anaknya berada di rumah tanpa aktivitas dan pekerjaan, atau bahkan mereka bekerja di tempat lainnya.
Barangkali anak-anak cenderung tidak maksimal dalam bekerja atau menjadi kendala kesuksesan, na¬mun apa sebenarnya peran bapak terhadap mereka?
Adapun jika anak-anak sibuk dalam dunia pedidikan, dakwah, dan aktivitas-aktivitas lainnya, dan orang tua hendak memberikan peluang waktu (membebaskan mereka dari bekerja) demi pekerjaan-pekerjaan mulia ini, maka sikap dan langkah ini tidak menjadi masalah, bahkan sebagai orang tua menjadi terpuji dengan sikap dan langkah seperti ini.
Namun, catatan buruk bagi orang tua adalah mereka yang membiarkan anak-anak mereka bergantung kepada orang lain, padahal orang tua mampu memperbaiki keadaan mereka dan mengarahkan mereka menjadi lebih bermanfaat dan berdaya guna.

29. Tidak Memberikan Kesempatan Kepada Anak Untuk Memperbaiki Kesalahan

Sekedar kesalahan kecil atau kekeliruan yang dilakukan anak, adakalnya orang tua memarahi anaknya, dan hampir tidak melupakan kesalahannya. Ketika seorang anak mengambil barang tanpa izin maka dia memanggilnya “pencuri”, ketika pernah berdusta maka dia memanggilnya “pendusta”, seakan-akan keslahan itu merupakan pukulan telakdan tidak akan hilang, atau kesalahan dan cacat yang tak terhapuskan.
Dari sini anak berkembang dengan membawa stigma dalam dirinya bahwadia sudah menjadi “pencuri” atau “pembohong”, sehingga dia tidak berusaha untukmembebaskan dirinya dari aibnya, dan tidak mendapatkan pembelaan bagi dirinya.

30. Orangtua Kurang Memahami Psikologis dan Watak Anak

Banyak orang tua yang kurang memahami psikologis anak-anaknya, tidak mengenal karakter dan wataknya. Setiap anak itu mempunyai watak dan karakter yang berbeda. Ada dari mereka yang mudah marah, ada yang sangat dingin, ada yang pertengahan. Maka memperlakukan mereka dengan satu model pendekatan –padahal mereka memiliki karakter yang berlainan– terkadang menyebabkan penyimpangan dan kecenderungan buruk dari diri mereka.

31. Kurangnya Perhatian dengan Perkembangan Usia Anak

Ada juga orang tua yang memperlakukan anaknya seperti anak kecil, meskipun sebenarnya sudah besar. Perlakuan ini memberi pengaruh dalam diri anak dan menjadikannya merasakan kekurangan dalam dirinya. Maka, setiap fase usia ada perlakuan khusus yang dite-rapkan dengan tepat kepada anak.

32. Umpatan kepada Orang-Orang yang Mendapatkan Cobaan

Sebagian orang tua ketika melihat ada orang yang mendapatkan cobaan, maka dia mengumpat dan menuduh orangtuanya tidak maksimal dalam mendidik anaknya. Padahal, sebaiknya dalam menyikapi hal ini, dia memohon perlindungan kepada Allah Ta'ala untuk dirinya agar terbebas dari cobaan yang telah menimpa orang lain.
Betapa banyak orang yang mempunyai anak ber¬perilaku buruk, menyimpang, dan sesat tidak lain dise¬babkan umpatannya, kemarahan, serta keculasannya kepada manusia.

33. Kurangnya Perhatian Orangtua dalam Memilih Sekolah Anaknya

Betapa banyak orang tua yang kurang memper¬hatikan masalah ini. Mereka tidak peduli untuk men¬cari sekolah terbaik yang akan menjadi pelabuhan bagi anak-anaknya. Begitu juga tentang perilaku dan akhlak para teman-teman di sekolah tempat anak mereka be¬lajar, tentang kurikulum pengajarannya, serta input siswa yang belajar di sekolah bersama anak-anaknya nanti.

34. Menyekolahkan Anak Ke Sekolah-Sekolah Asing

Hal ini dapat merusak akidah dan akhlak mereka, terlebih lagi jika mereka adalah anak-anak kecil yang kurang mempunyai imunitas (pertahanan) dalam bi¬dang ilmu dan ketakwaan.
Terkadang efek kerusakan itu tidak hanya terbatas pada diri si anak semata, akan tetapi nantinya si anak akan menjadi agen penghancur umat.

35. Kurangnya Komunikasi dengan Pihak Sekolah

Banyak orang tua tidak mau bekerja sama (berkon¬sultasi seputar perkembangan dan pendidikan anaknya) dengan pihak sekolah tempat belajar anak-anaknya, bahkan ada sebagian orang tua yang tidak mengetahui di manakah sebenarnya anak-anaknya belajar ?

(Bersambung Insya Allah)

Sumber : Disalin dari buku “Jangan Salah Mendidik Buah Hati” karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al Hamd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar