Rabu, 27 April 2011

Kelalaian dan Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak (2)

Meski begitu besar tanggungjawab dalam mendidik anak ,namun banyak orangtua yang melalaikannya.Bahkan tidak sedikit yang menganggap enteng amanah tersebut.Mereka tidak memelihara dengan sebaik-baiknya.Mereka menelantarkan anak-anaknya ,mengabaikan pendidikannya,tidak memeprhatikan dan tidak mengarahkan mereka.
Begitu mereka melihat benih-benih penyimpangan dan kenakalan pada anak-anak mereka ,mulailah mereka menghardik dan mengeluhkannya.Mereka tidak menyadari,penyebab utama dari kenakalan dan penyimpangan itu adalah kelalaian mereka sendiri .Sebagaimana dikatakan dalam sebuah sya’ir,
Dia telah campakkan anak-anaknya ketelaga dengan terbelenggu
Lalu berkata,”jangan sekali-kali engakau basah dengan air!”

Pada edisi lalu telah kami sebutkan tiga bentuk kelalaian dalam mendidik anak. Berikut ini kembali kami sebutkan beberapa kelalaian yang lain, dan masih merupakan kelanjutan dari kelalaian sebelumnya. Diantara bentuk-bentuk kelalaian itu adalah:

4. Memanjakan Anak dan menuruti Semua Keinginannya.

Ada sebagian orang tua yang selalu menuruti apa yang diminta dan diinginkan oleh Anaknya. Tidak ada satupun permintan yang mereka tolak. Tipe orang tua seperti ini terlalu berlebih-lebihan dan tanpa perhitungan dengan memberikan segalanya untuk sang anak.

Melihat sikap orang tua seperti ini, sang anak akan terbiasa menghamburkan harta dan membelanjakannya hanya sekedar untuk menuruti kesenangannya semata. Hal ini akan membuat mereka semakin buta dan tidak peduli dengan nilai harta (uang), serta tidak dapat menggunakan harta yang dimilikinya dengan baik.

5. Mengabulkan Semua Permintaan Anak.

Sering terjadi, bahwa anak-anak yang masih kecil meminta sesuatu (permintaan) kepada ayah atau ibunya. Lalu, ketika ayah atau ibunya menolak permintaannya, maka sang anak akan menangis tanpa henti-hentinya sampai dikabulkannya permintaannya. Ketika orang tua mengalah dalam masalah ini atau memenuhi permintaannya, baik karena alasan sayang kepada anak, agar tangisan anak terhenti, ataupun alasan-alasan yang lain. Maka, ini merupakan bentuk sikap yang salah. Sebab, hal ini justru dapat menyebabkan ketidakmandirian dan kelemahan pada diri anak.

Dr. Muhammad Ash-Shabbag mengatakan, “Saya mendengar perkataan dari Malik bin Nabi rahimahullah bahwa ada seseorang yang meminta saran dalam mendidik anak laki-laki atau anak perempuan yang baru lahir. Maka Malik bertanya, “Berapa umurnya ?” Orang tersebut menjawab, “Sebulan.” Maka Malik berkata, “Engkau telah ketinggalan kereta!”

Malik melanjutkan, “Sebelumnya saya menyangka bahwa apa yang saya katakan berlebihan, akan tetapi ketika saya merenungkan, maka saya menyadari bahwa apa yang saya katakan itu benar. Hal ini karena setiap anak menangis, maka ibunya memberinya susu, sehingga terpatri dalam jiwanya bahwa “teriakan” adalah cara untuk mewujudkan keinginan, dan si anak akan tumbuh dengan persepsi ini. Maka, ketika orang-orang Yahudi memukulnya ia menangis, ia menangis di majlis keamanan, dia mengira bahwa tangisannya akan menghantarkannya untuk mendapatkan haknya.

6. Membelikan Mobil untuk Anak yang Usianya Masih Belia.

Sebagian orang tua membelikan mobil (kendaraan) untuk anak-anak mereka saat usianya masih belia. Alasan yang ada, bisa jadi karena sang anak terus menerus memintanya, atau karena sang ayah ingin bebas dari banyaknya tuntutan kebutuhan rumah dan ingin mengalihkannya kepada permasalahn anaknya. Atau sang anak terus menerus meminta melalui sang ibu, kemudian sang ibu berganti merengek kepada sang ayah. Atau berbagai alasan lain
yang digunakan.

Ketika sang anak berhasil mendapatkan mobil idamannya, biasanya ia mulai bersikap menyimpang. Bisa dipastikan dia banyak begadang di malam hari, sering keluar rumah, banyak berinteraksi dan berteman dengan orang-orang yang tidak baik, banyak orang yang terganggu dengan ulah mereka, atau mulai bolos sekolah. Demikianlah, muncul kenakalan anak dari kesalahan sikap kedua orang tuanya, sehingga sangat sulit untuk dikendalikan dan diarahkan.

(Bersambung insya Allah)

Sumber : Disalin dari buku “Jangan Salah Mendidik Buah Hati” karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al Hamd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar